Friday, November 27, 2015

EFEK BERBAGAI PENGAWET ALAMI SEBAGAI PENGGANTI FORMALIN TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK DAN MASA SIMPAN DAGING DAN IKAN






TUGAS refiu jurnal
“mikrobiologi industri pangan”

“EFEK BERBAGAI PENGAWET ALAMI SEBAGAI PENGGANTI FORMALIN TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK DAN MASA SIMPAN DAGING DAN IKAN”




Oleh :
FRIDA MASLIKHAH (101710101064)
KELAS B
}Genap{





JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2012



Judul :
“EFEK BERBAGAI PENGAWET ALAMI SEBAGAI PENGGANTI FORMALIN TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK DAN MASA SIMPAN DAGING DAN IKAN”

Tujuan :
Mengetahui efek penggunaan pengawet alami (lengkuas, kunyit, jahe, beluntas, kluwak) terhadap sifat organoleptik meliputi sifat fisik dan daya terima serta masa simpan daging dan ikan.

Metode Penelitian:
Metode penelitian dilakukan dengan eksperimen murni (true experimental) melalui percobaan di laboratorium dengan 7 perlakuan dan dilakukan 2 kali sehingga totalnya 14 satuan percobaan. Dilakukan penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan untuk menetapkan dosis (5 %, 10% dan 15%) lengkuas, kunyit, jahe, beluntas, kluwak yang tepat sebagai pengawet daging dan ikan. Penelitian utama untuk melihat efek berbagai pengawet alami tersebut terhadap sifat organoleptik dan masa simpan daging dan ikan. Dosis yang digunakan yakni 15%. Penelitian utama meliputi pengamatan sifat fisik, uji daya terima dan uji total jumlah mikrobia dengan metode TPC. Pengamatan sifat fisik dilakukan setiap hari sampai menunjukkan kerusakan. Tanda-tanda kerusakan bau busuk, permukaan daging dan ikan tertutup lendir dan teksturnya lunak. Prosedur uji sifat fisik dilakukan dengan mengambil sampel yang telah diawetkan ± 80 gram, lalu diamati tingkat kesegarannya (ada tidaknya lendir; teksturnya kenyal atau lunaknya. Prosedur uji daya terima dilakukan dengan mempersiapkan 20 sampel yang telah diberi kode masing-masing sebesar ± 40 gram, segelas air putih, serbet, form uji organoleptik dan alat tulis. Sebanyak 25 orang panelis agak terlatih yang telah diberi penjelasan, sehat, tidak dalam keadaan lapar/kenyang dan bersedia menilai melakukan uji organoleptik dan menilai sampel dan menulis angka pada form sesuai dengan kriteria. Pengamatan masa simpan dilakukan dengan menghitung jumlah mikrobia menggunakan metode TPC (Total Plate Counter). Penghitungan jumlah mikrobia dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-1. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan semua variabel dalam penelitian ini. Analisis Anova dilakukan untuk melihat ada tidaknya efek penggunaan pengawet alami tersebut terhadap masa simpan sampel yang meliputi jumlah mikrobia. Untuk melihat efek penggunaan terhadap daya terima digunakan uji Friedman Test. Untuk menyimpulkan ada atau tidaknya efek secara statistik digunakan nilai P < 0,01 menggunakan program SPSS versi 10.

Hasil :
1.    sifat fisik ikan dan daging yang diawetkan dengan jahe, laos, kunyit, beluntas dan kluwak pada hari ke-1 masih baik dan tekstur masih kenyal. Pada hari ke-2 mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
2.    Masa simpan ikan dan daging berdasarkan total mikrobia pada hari ke-0 dan 1 nilai p > 0,01 menunjukkan tidak berbeda nyata. Pada ikan hari ke-0 jumlah total mikrobia pada perlakuan dengan jahe 15%, kunyit 15% dan kluwak 15% lebih kecil dibanding  kontrol,  perlakuan dengan beluntas 15% dan laos 15% jumlah total mikrobia lebih besar dibanding kontrol. Pada hari ke-1 total mikrobia perlakuan jahe, laos, kunyit dan kluwak dosis 15% jumlahnya lebih rendah dibanding kontrol, pada beluntas 15% jumlahnya lebih tinggi dibanding kontrol. Pada daging total mikrobia pada perlakuan dengan jahe, laos, kunyit, beluntas dan kluwak dengan dosis 15% pada hari ke-0 dan hari ke-1 jumlahnya lebih kecil dibanding kontrol.
3.    Daya terima ikan dan daging oleh konsumen menunjukkan p < 0,01 yang berarti berbeda nyata. Daging dan ikan paling disukai dengan pengawet laos 15%, dan yang kurang disukai dengan pengawet kluwak 15%.

Kesimpulan :
Pengawet alami seperti laos, jahe, kunyit, beluntas dan keluwak dengan dosis 15 % dapat dijadikan alternatif menghambat pertumbuhan mikroba selama 2 hari pada daging dan ikan sehingga mikroba yang tumbuh dapat ditekan jumlahnya karena adanya kandungan senyawa antimikroba yang berinteraksi dengan sel mikroba. Namun belum efektif untuk mengawetkan daging dan ikan karena jenis mikroba yang ada mungkin bukan jenis yang spesifik untuk dihambat seluruhnya oleh senyawa antimikroba yang terkandung pada pengawet alami tersebut.

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...