Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia terjadi pada saat reaksi timbal balik di sebuah sistem
tertutup. Tidak ada yang dapat ditambahkan atau diambil dari sistem itu selain
energi. Pada kesetimbangan, jumlah dari segala sesuatu yang ada di dalam
campuran tetap sama walaupun reaksi terus berjalan. Ini dimungkinkan karena
kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri sama.
Suatu
reaksi kimia dapat berlangsung secara sempurna jika terjadi suatu kesetimbangan
dari reaksi tersebut. Kesetimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu keseimbangan
homogen dan keseimbangan heterogen. Homogen bila terdapat hanya satu fase,
sedangkan heterogen bila terdapat lebih dari satu fase. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi kekiri. Kesetimbangan
merupakan kesetimbangan dinamis, bukan statis. Kesetimbangan dapat dipengaruhi
oleh perubahan konsentrasi, tekanan, volum dan temperatur. Dalam hal ini
kondisi reaksi menentukan hasil reaksi kesetimbangan dalam industri (Keenan,
1989).
Kecepatan
reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang
bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, di mana
terdapat reaktan dan produk, tetapi keduanya tidak lagi mempunyai kecenderungan
untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada
konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan,
sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. GN Lewis memperkenalkan
besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti
konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara
konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan (Syukri, 1999).
Hukum
distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu
temperatur konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini
tak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Dalam
kesetimbangan kimia, jika tekanan diperbesar sama dengan volume diperkecil,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien-koefisien gas yang
lebih kecil, dan jika tekanan diperkecil sama dengan volume diperbesar maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien-koefisien gas yang lebih
besar (Atkins, 1997).
Dalam
suatu kesetimbangan suatu larutan, maka apabila jumlah koefisien di sebelah
kiri sama dengan jumlah koefisien di sebelah kanan, faktor tekanan dan volume
tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dan jika suhu dinaikkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah yang endotermis dan jika diturunkan maka
kesetimbangan bergeser ke arah reaksi yang eksotermis (dalil Van’t Hoff). Air
dan karbon tetraklorida (CCl4) memiliki perbedaan kepolaran dalam
suatu kelarutan, dalam hal ini air merupakan pelarut polar sedangkan karbon
tetraklorida merupakan pelarut non polar (Syukri, 1999).
Apabila
kedua pelarut yang berbeda kepolaran dalam kelarutan tersebut dicampurkan
maka mereka tidak akan bisa bercampur. Diperlukannya suatu zat perantara untuk
dapat membuat kedua pelarut yang berbeda kepolaran tersebut dapat
bercampur. Dalam hal ini zat antara merupakan suatu zat yang dapat bercampur
dalam keadaan polar apabila dilarutkan dalam suatu pelarut polar dan juga dapat
bercampur apabila dilarutkan dalam pelarut non polar (Keenan, 1989).
Reaksi
timbal balik
Reaksi timbal balik adalah reaksi yang, tergantung keadaan, dapat mengalir ke dua arah.
Apabila Anda meniupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit, Fe3O4.
Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.
Reaksi timbal balik adalah reaksi yang, tergantung keadaan, dapat mengalir ke dua arah.
Apabila Anda meniupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit, Fe3O4.
Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.
Dalam
keadaan lain, hasil-hasil reaksi ini akan saling bereaksi. Hidrogen yang
melewati ferri ferro oksida panas akan mengubahnya menjadi besi, dan uap panas
juga akan terbentuk.
Uap panas yang kali ini terbentuk tersapu oleh aliran hidrogen.
Uap panas yang kali ini terbentuk tersapu oleh aliran hidrogen.
Reaksi
ini dapat berbalik, tapi dalam keadaan biasa, reaksi ini menjadi reaksi satu
arah. Produk dari reaksi satu arah ini berada dalam keadaan terpisah dan tidak
dapat bereaksi satu sama lain sehingga reaksi sebaliknya tidak dapat terjadi.
Reaksi
timbal balik yang terjadi pada sistem tertutup
Sistem tertutup adalah situasi di mana tidak ada zat yang ditambahkan atau diambil dari sistem tersebut. Tetapi energi dapat ditransfer ke luar maupun ke dalam.
Pada contoh yang baru kita bahas tadi, Anda harus membayangkan sebuah besi yang dipanaskan oleh uap dalam sebuah kotak tertutup. Panas ditambahkan ke dalam sistem ini, namun tidak satu zat pun yang terlibat dalam reaksi ini dapat keluar dari kotak. Keadaan demikian disebut sistem tertutup.
Pada saat ferri ferro oksida dan hidrogen mulai terbentuk, kedua zat ini akan saling bereaksi kembali untuk membentuk besi dan uap panas yang ada pada mulanya.
Sistem tertutup adalah situasi di mana tidak ada zat yang ditambahkan atau diambil dari sistem tersebut. Tetapi energi dapat ditransfer ke luar maupun ke dalam.
Pada contoh yang baru kita bahas tadi, Anda harus membayangkan sebuah besi yang dipanaskan oleh uap dalam sebuah kotak tertutup. Panas ditambahkan ke dalam sistem ini, namun tidak satu zat pun yang terlibat dalam reaksi ini dapat keluar dari kotak. Keadaan demikian disebut sistem tertutup.
Pada saat ferri ferro oksida dan hidrogen mulai terbentuk, kedua zat ini akan saling bereaksi kembali untuk membentuk besi dan uap panas yang ada pada mulanya.
situasi
yang disebut kesetimbangan dinamis. Kata "dinamis" menunjukkan
bahwa reaksi itu masih terus berlangsung.
Pergeseran
Kesetimbangan
Kesetimbangan dalam
reaksi kimia dipengaruhi oleh salah satu atau lebih faktor berikut:
·
Perubahan konsentrasi pereaksi (PK) pada sistem
kesetimbangan
·
Perubahan
volume (PV) pada sistem kesetimbangan
·
Perubahan
tekanan (PT) pada sistem kesetimbangan
·
Perubahan
suhu (PS) pada sistem kesetimbangan
Bahasan yang paling mengemuka di pokok bahasan
ini adalah pergeseran kesetimbangan. Maksudnya bahwa reaksi yang semula
kecepatannya setimbang maka setelah dilakukan perubahan terhadap faktor tadi
kecepatan reaksinya lebih besar ke salah satu arah hingga dicapai kesetimbangan
baru.
Jika konsentrasi pereaksi ditambah maka pada
kesetimbangan reaksi kimia kecepatan pembentukan hasil reaksi lebih besar. Ini
sering dinyatakan kesetimbangan reaksi bergeser ke arah hasil reaksi. Jika
konsentrasi pereaksi dikurangi maka pada kesetimbangan reaksi kimia kecepatan
pembentukan hasil reaksi lebih kecil, ini sering dinyatakan kesetimbangan
reaksi bergeser ke arah pereaksi.
Jika pada sistem kesetimbangan volume diperbesar
(tekanan diperkecil) maka kecepatan reaksi ke arah zat yang jumlah koefisien lebiih
besar. Jika pada sistem kesetimbngan volume diperkecil (tekanan diperbesar maka
kecepatan reaksi ke arah zat yang jumlah koefisien lebih kecil. Koefisien
disini adalah koefisien total pereaksi atau koefisien hasil reaksi yang telah
disetarakan.
Jika pada sistem kesetimbangan suhu-nya ditingkatkan maka kecepatan
reaksi ke arah reaksi yang membutuhkan kalor (reaksi endoterm) menjadi lebih
besar.
Jika pada sistem kesetimbangan suhu-nya diturunkan maka kecepatan rekasi ke arah reaksi yg menghasilkan kalor (rekasi eksoterm) menjadi lebih besar.
Jika pada sistem kesetimbangan suhu-nya diturunkan maka kecepatan rekasi ke arah reaksi yg menghasilkan kalor (rekasi eksoterm) menjadi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Keenan.
1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Sukardjo.
1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Tony, Bird.
1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.