TUGAS EKONOMI TEKNIK
“PEMILIHAN
ALTERNATIF”
“Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Teknik”
Nama
: FRIDA MASLIKHAH
Nim
: 101710101064
Kelas
: A
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
PENDAHULUAN
Dalam pemilihan
alternatif, kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan (NP, AE,
IIR, BCR, dan PBP) dapat dipergunakan dan akan konsisten satu sama lainnya,
kecuali untuk metode playback period. Namun, dalam penerapannya perlu pula
diperhatikan umur dari masing-masing alternatif sehingga dalam membandingkan
terpenuhi kaidah-kaidah indikator perbandingan, yaitu:
a.
Indikator harus sama
b.
Bernilai tunggal
Kelima metode
evaluasi investasi yang telah dibicarakan dapat dipergunakan dalam rangka
pemilihan investasi, tentu saja dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh alternatif dalam menetapkan metode apa yang sebaiknya
dipergunakan.
Pemilihan
alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana
investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik
(optimal) atau belum.
ISI
Pemilihan alternatif
merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi
yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal)
atau belum. Suatu rencana sudah layak belum berarti sudah optimal jika
alternatif yang disediakan baru satu-satunya. Untuk menjamin suatu pilihan
sudah optimal, tentu setidaknya tersedia sejumlah alternatif layak yang perlu
dipilih salah satu yang terbaik diantaranya. Oleh karena itu perlu disiapkan
alternatif-alternatif yang cukup untuk dipilih (Giatman, 100).
Dalam suatu proses
pemilihan alternatif investasi, hanya dapat dilakukan bila disertai dengan
pemahaman yang baik terhadap permasalahan teknis pada bidang investasi yang
direncanakan. Sebagai contoh, dalam perencanaan pengadaan mesin-mesin
pengolahan produk agroindustri., perlu ditunjang dengan berbagai pengetahuan
tentang teknis mesin pengolahan. Hal ini akan lebih baik jika dilakukanoleh tim
yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dalam mempertimbangkan keputusan layak
atau tidaknya sebuah alternatif (Suryaningrat, 39).
Tiga jenis alternatif
yang digunakan dalam studi ekonomi teknik adalah :
1. Independent:
pemilihan dan penolakan suatu alternatif tidak mempengaruhi alternatif lain
diterima/ditolak. Bila ada dua alternative A dan B, maka alternatif-alternatif
dikatakan independen jika penolakan terhapap suatu alternatif tidak
mengakibatkan apakah alternatif lainnya diterima atau ditolak.
2. Mutually
Exclusive: pemilihan suatu alternatif
mengakibatkan penolakan /penerimaan alternatif lain. Sehingga pada pemilihan
alternatif seperti ini hanya dipilih satu alternatif yang terbaik sesuai dengan
kriteria.
3. Contingen
atau Conditional: (bergantung) pemilihan
alternatif bergantung pada satu atau lebih alternatif lain yang menjadi
prasyarat (Suryaningrat, 40).
Selain tiga
alternatif yang disebukan diatas, satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam
memilih alternatif investasi adalah alternatif tidak mengerjakan sesuatu atau
tetap pada kondisi semula, atau lebih dikenal dengan alternatif “do nothing”.
Meskipun tidak memerlukan biaya, alternatif ini harus dipertimbangkan secara
cermat, karena ongkos kesempatan tetap akan terjadi (Suryaningrat, 40).
Pada kondisi
tertentu alternatif “do nothing” juga dapat memberikan dampak kehilangan daya
saing atau kehilangan pangsa pasar atau berkurangnya konsumen. Kondisi tersebut
misalnya pada sebuah perusahaan atau agroindustri yang tidak mengikuti
perkembangan teknologi (misalnya teknologi pengolahan produk dengan drying, frying technology atau teknologi
pengemasan), sehingga akan tertinggal dari produk yang lain yang berdampak pada
penjualan. Seorang manajer harus selalu memperhatikan alternatif ini., apakah
akan menjadi inovator atau dikuasai oleh perubahan (mastered by change). Kegagalan yang sering terjadi dalam menganalisis
alternatif “do nothing” adalah karena
terbatasnya dalam melihat biaya-biaya yang terjadi di lur pabrik dan fasilitas
distribusi (Suryaningrat, 40).
Tujuan dalam
memilih alternatif adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomis yang optimal.
Oleh karena itu kriteria pemilihan akan dipengaruhi oleh stuasi alternatif yang
akan dipilih sebagai berikut :
Situasi : Kriteria :
Input
fixed / tetap Þ
max. Output
Output
fixed / tetap Þ min. Input
Input-output
tidak tetap Þ optimasi (max. Output) (Giatman,
100).
Dalam
pemilihan alternatif, kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan
(NP, AE, IIR, BCR, dan PBP) dapat dipergunakan dan akan konsisten satu sama
lainnya, kecuali untuk metode playback period. Namun, dalam penerapannya perlu
pula diperhatikan umur dari masing-masing alternatif sehingga dalam
membandingkan terpenuhi kaidah-kaidah indikator perbandingan, yaitu:
c.
Indikator harus sama
d.
Bernilai tunggal
Kelima metode
evaluasi investasi yang telah dibicarakan dapat dipergunakan dalam rangka
pemilihan investasi, tentu saja dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh alternatif dalam menetapkan metode apa yang sebaiknya
dipergunakan (Giatman, 100-101).
A.
Pemilihan
Alternatif dengan Metode Net Present Value (NPV)
Pemilihan
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif dengan metode NPV, umumnya alternatif tersebut harus sama.
Jadi, nilai NPV dari setiap alternatif belum bisa dipakai sebagai indikator
perbandingan antara alternatif kecuali jika umur setiap alternatif sudah sama.
Oleh karena itu, sebelum analisis dilakukan perlu terlebih dahulu diperhatikan
umur dari masing-masing alternatif, yaitu :
(a) Umur
masing-masing alternatif sama
(b) Umur
masing-masing alternatif berbeda
(c) Umur
alternatif tidak berhingga (Giatman, 101).
1)
Jika
Umur Masing-masing Altrnatif Sama
Jika
umur masing-msing alternatif sudah sama, analisis pemilihan alternatif dapat langsung
dilakukan dengan prosedur analisis sebagai berikut.
Þ
Hitung NPV dari masing-masing alternatif dengan formula NPV = S
CFt
(FBP)t
di mana = FBP faktor bungan present.
Þ
Bandingkan NPV masing-masing alternatif
Þ
Keputusan: NPV terbesar merupakan alternatif
terbaik.
Contoh :
Suatu rencana investasi
dalam bidang produksi komponen manufaktur diketahui ada tiga alternatif
teknologi yang dapat diterapkan, yang terdiri dari teknologi konvensional,
teknologi mekanis, dan teknologi semi otomatik kontrol. Setiap pilihan
teknologi akan memberikan efek cash flow yang berbeda, yaitu sperti tertera
pada tabel cash flow berikut.
Alternatif
Uraian
|
A
|
B
|
C
|
Investasi
Annual
Benefit
Annual
Cost
Nilai
Sisa
Umur
Investasi
Suku
Bunga
|
Rp
1200 jt
Rp
350 jt
Rp
125 jt
Rp
350 jt
10
thn
8%
|
Rp
2000 jt
Rp
600 jt
Rp
250 jt
Rp
750 jt
10
thn
8%
|
Rp
2600 jt
Rp
750 jt
Rp
375 jt
Rp
550 jt
10
thn
8%
|
Diminta :
Analisis
dan tentukanlah alternatif terbaik.
Penyelesaian :
Karena
ketiga alternatif umur investasinya sama yaitu 10 tahun, analisis dapat dimulai
dengan menghitung NPV dari masing-masing alternatif.
Alternatif A :
NPV = S
CFt
(FBP)t dimana : FBP = faktor bunga present
NPV = - I + Ab(P/A,i,n)
+ S(P/F,i,n) – Ac(P/A,i,n)
NPV = -1200 +
350(P/A,8,10) + 350(P/F,8,10) – 125(P/A,8,10)
NPV = -1200 +
350(6.710) + 350(0.4632) – 125(6.710)
NPV = + Rp 471,87 juta → layak ekonomis
Dengan cara yang sama
dapat dihitung pula alternatif B dan alternatif C sehingga didapati untuk:
alternatif B adalah +
Rp 695,90 juta → layak ekonomis dan
alternatif C sebesar +
Rp 171,01 juta → layak ekonomis
dari hasil perhitungan NPV ketiga alternatif tersebut diketahui
NPVB = Rp 695,90 juta merupakan yang paling besar, maka kriteria
sebelumnya disimpulkan alternatif B
merupakan pilihan terbaik (Giatman, 102-103).
2)
Jika
Umur Masing-masing Alternatif Tidak Sama
Bila umur alternatif tidak sama,
perhitungan NPV masing-masing alternatif belum dapat dilakukan. Oleh karena
itu, sebelumnya perlu dilakukan proses penyamaan umur alternatif. Proses
penyamaan umur alternatif ini dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu :
a. Metode
penyamaan umur dengan angka Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK);
b. Metode
penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang;
c. Metode
penyamaan umur dengan suatu umur yang ditetapkan (Giatman,103).
a.
Menyamakan
Umur dengan Metode KPK
Metode ini mengasumsikan
setiap alternatif akan dilakukan “re-invstasi semu” sebanyak hasil bagi KPK
dengan umur alternatif yang bersangkutan dikurang satu. Dengan demikian, cash
flow yang akan diperhitungkan merupakan cash flow keseluruhan sepanjang umur
KPK tersebut (Giatman,104).
Metode KPK
mempunyai kelemahan, dimana jika umur masing-masing alternatif bukan merupakan
bilangan istimewa atau jumlah alternatif terlalu banyak, akan diperoleh nilai
KPK yang cukup besar. Artinya akan terjadi sekian kali re-investasi semu, yang
tentu saja akan menjadikan alternatif gabungan menjadi tidak ideal lagi. Jika
terjadi hal demikian, biasanya tidak dilakukan analisis NPV dan dapat diganti
dengan analisis Annual Ekuivalen (Giatman,107).
b.
Metode
Penyamaan Umur dengan Umur Alternatif Terpanjang;
Jika pada metode
KPK, reinvestasi dilakukan pada semua alternatif, pada metode ini umur dipatok
sama dengan umur terpanjang dari alternatif tersedia, dan yang lainnya tetap
dilakukan reinvestasi semu sejumlah periode kekurangannya dengan memerhatikan
nilai buku pada periode terpotong menjadi nilai sisa dari reinvestasi semuanya.
Selanjutnya perhitunga NPV dilakukan dengan metode yang sama (Giatman,107).
c.
Metode
Penyamaan Umur dengan Umur Alternatif Terpendek;
Kebalikan dari
metode di atas, di mana umur diambil adalah alternatif terpendek, sehingga umur
yang panjang dipotong dengan memerhatikan nilai buku (BV) sebagai nilai sisa
dari alternatif terpotong (Giatman,109).
B.
Memilih
Alternatif dengan Metode Internal Rate of
Return (IRR)
1. IRR
dengan n Alternatif
Sama halnya dengan metode sebelumnya,
nilai IRR belum bisa menjelaskan apakah alternatif yang mempunyai IRR terbesar
merupakan alternatif terbaik atau sebaliknya. Perhatikan Gambar 5.11. berikut:
MARR1 maka NPV A > NPV B > NPV C, tetapi jika MARR2 maka NPV B > NPV C > NPV A. Oleh karena
itu, nilai NPV akan dipengaruhi oleh posisi relatif MARR investasi (Giatman,113).
Gambar
5.11
Grafik
NPV dengan Tiga Alternatif
Untuk bisa menjelaskan posisi relatif
masing-masing alternatif, diperlukan analisis incremental IRR (∆ IRR) (Giatman,114).
2. Analisis
Incremental IRR
Metode incremental IRR konsepnya adalah
membandingkan setiap alternatif dengan alternatif lain sehingga betul-betul
akan diperoleh alternatif yang terbaik. Metode pemilihannya dapat di samakan
dengan metode kompetisi dalam olahraga yang diawali dengan menyedet peserta
melalui indikator tertentu, selanjutnya baru dilakukan pertandingan mulai dari
sedet terendah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 5.12 berikut.
Penyedetan untuk menentukan rangking sementara didasarkan pada investasi
terkecil menuju investasi yang besar. Investasi terkecil (terbaik sementara)
disebut dengan defender (bertahan),
terbaik berikutnya disebut dengan challenger
(penantang), sedangkan terbaik dari yang diperbandingkan disebut dengan winner (pemenang) (Giatman,114-115).
Analisis incremental IRR (∆ IRR)
merupakan kelanjutan dari analisis IRR jika jumlah alternatif yang tersedia
tidak tunggal dan kita perlu menentukan rangking/prioritas alternatif. Hal ini
terjadi karena IRR terbesar tidak dapat dipakai sebagai pedoman mentukan
alternatif terbaik, dalam arti kata IRR terbesar tidak selalu menjadi yang
terbaik, dalam arti kata IRR terbesar tidak selalu menjadi yang terbaik
sebagaimana telah dijelaskan oleh grafik NPV pada Gambar 5.11 di atas. Oleh
karena itu, untuk menentukan alternatif mana yang terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia sangat ditentukan oleh di mana posisi MARR terhadap
IRR (Giatman, 114).
Gambar
5.12
Pola
Pemilihan Alternatif Terbaik
Prosedur
analisis ∆IRR :
1.
Identifikasi semua
alternatif yang tersedia.
2. Hitung
IRR masing-masingnya. Jika IRR < MARR Þ
alt gugur.
3. Susun
rangking alternatif sementara berdasarkan investasi terkecil, (investasi terkecil dianggap alternatif
terbaik sementara).
4. Bandingkan
alternatif I (defender) dan
alternatif II (Challengger), dengan
menghitung selisih cash flow (alt(C) – alt(D)) sebut ∆CF(C-D).
5. Hitung
∆ IRR(C-D) dari ∆CF(C-D) tersebut.
6. Bandingkan
∆ IRR(I-II) dengan MARR, jika ∆ IRR(C-D) > MARR, maka
alt(C) menjadi terbaik, sebaliknya jika ∆ IRR(C-D) <
MARR, maka alt(D) tetap terbaik.
7. Bandingkan
pula pemenang tadi dengan alternatif III, seperti prosedur 4 s.d. 6 di atas,
sampai ditemukan pula pemenangnya.
8. Siklus
di atas dilakukan berulang sampai semua alternatif tersedia telah dipertemukan.
9.
Pemenang terakhir akan
menjadi alternatif terbaik dari semua alternatif yang tersedia (Giatman,
115-116).
C.
Pemilihan
Alternatif dengan Metode Benefit and Cost Ratio (B/C ratio)
Pada pekerjaan
proyek pelayanan masyarakat kebanyakan proyek tersebut dijalankan, dibiayai dan
dioperasikan oleh badan-badan pemerintah maupun sosial. Terdapat banyak macam
pekerjaan pelayanan masyarakat sering kali nilainya lebih besar daripada
perusahaan-perusahaan swasta. Karena memerlukan pengeluaran modal, maka
terhadap proyek-proyek tersebut dikenakan juga prinsip-prinsip ekonomi teknik
sehubungan dengan desain dan operasinya. Akan tetapi karena merupakan proyek
publik, maka ukuran kelayakannya tidak selamanya berdasarkan pada nilai
keuntungannya (Suryaningrat, 57).
Analisis manfaat
biaya (B/C ratio) adalah rasio atau perbandingan dari nilai ekuivalen manfaat-manfaat
terhadap nilai ekuivalen biaya-biaya (Suryaningrat, 58-59).
B/C ratio
digunakan sebagai kriteria keputusan dalam pemilihan alternatif proyek
kepentingan umum (Public Works) dimana di dalam penerapannya, manfaat proyek
dinikmati masyarakat luas, biaya ditanggung pemilik proyek (pemerintah, badan
sosial) dan dinyatakan dalam persamaan :
B/C
=
manfaat ekuivalen

Dimana :
Manfaat ekuivalen
= semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak negatif, dinyatakan dengan
nilai uang.
Ongkos ekuivalen
= semua ongkos setelah dikurangi dengan besarnya penghematan yang bisa
didapatkan oleh sponsor proyek, dalam hal ini pemerintah (Suryaningrat, 59).
Sulit untuk
membuat studi ekonomi teknik dan keputusan investasi pada proyek-proyek pekerjaan
publik secara persis sama dengan proye-proyek swasta. Sehingga analisis
kelayakan untuk proyek-proyek swasta seperti ROR, NPW terkadang tidak digunakan
dalam memutuskan kelayakan suatu proyek publik oleh pemerintah (Suryaningrat,
58).
Suatu usulan proyek
publik harus dievaluasi mulai dari tahap identifikasi kebutuhan, pemunculan
alternatif dan pemilihan alternatif yang baik. Hanya saja pada pemilihan
alternatif terbaik tidak dilakukan berdasakan besarnya keuntungan yang dapat
dihasilkan oleh pryek tersebut, tetapi lebih ditekankan pada manfaat atau
kesejahteraan umum yang bisa diberikan kepada masyarakat (Suryaningrat, 58).
Pada evaluasi
proyek-proyek publik dengan tujuan memaksimumkan kesejahteraan umum harus
mempertimbangkan manfaat yang diharapkan bisa diperoleh maupun ongkos-ongkos
yang diperkirakan dibutuhkan untuk membangun proyek tersebut. Walaupun manfaat
yang bisa disumbangkan oleh suatu proyek publik sulit diukur namun
ongkos-ongkos yang ditimbulkan biasanya lebih mudah diukur secara obyektif.
Seperti pada proyek-proyek swasta, perkiraan biaya pada proyek-proyek publik
juga relatif sederhana (Suryaningrat, 58).
Analisis
manfaaat biaya adalah analisis yang umum digunakan untuk mengevaluasi
proyek-proyek publik. Analisis ini merupakan cara praktis untuk menghitung
kemanfaatan suatu proyek, yang terkadang membutuhkan analisis dan evaluasi dari
berbagai sudut pandang (Suryaningrat, 58).
Ongkos-ongkos
yang harus ditanggung oleh suatu proyek sebenarnya terdiri atas biaya investasi
dan biaya operasi dan perawatan. Dalam analisis manfaat-biaya biasanya biaya
operasi dan perawatan dimasukkan sebagai manfaat negatif. Dengan demikian maka
persamaan diatas menjadi :
manfaaat netto
biaya oprasional dan


Biaya investasi
proyek
B/C
= PW(B) – PW (O & M)
≥ 1 atau

B/C
= PW Benefits = EUAB
≥ 1

Contoh soal :
Untuk menanggulangi masalah banjir
disuatu daerah yang menimbulkan kerugian sebesar Rp 10 milyar per tahun bagi
masyarakat, pemerintah mempertimbangkan 2 alternatif proyek umum, yaitu ;
pembangunan saluran atau bendungan.
Saluran : biaya pembangunan Rp
20 milyar
Biaya
O&M Rp 1
milyar/tahun
Biaya
peremajaan Rp 5 milyar
dalam 5 tahun
Bendungan: biaya pembangunan Rp
40 milyar
Biaya
O&M Rp 2
milyar/tahun
Biaya
peremajaan Rp 10 milyar
dalam 10 tahun
Saluran dan bendungan dapat
dioperasikan selamanya dengan nilai akhir dianggap tidak ada. Dengan saluran,
banjir-banjir kecil masih terjadi di berbagai lokasi dengan kerugian Rp 4
milyar per tahun. Sedangkan dengan bendungan banjir dapat ditanggulangi
sepenuhnya. Apabila MARR 10% per tahun, sebaiknya pilih proyek yang mana?
Ekuivalensi
nilai tahunan dari biaya yang ditanggung
A* = CR + AW (O&M)
CR
(%) = I(A/P,i%,n) – S(A/F,i%,n) atau
CR
(%) = (I-S) (A/F,i%,n) + I(%) atau
CR
(%) = (I-S) (A/P,i%,n) + S(%)
A*S = IS (A/P,10%,~) + AS + KS (A/F,10%,5)
=
20 milyar (0,1) + 1 milyar + 5 milyar (0,1638)
=
3.819.000.000
A*B = IB (A/P,10%,~) + AB + KB (A/F,10%,10)
=
40 milyar (0,1) + 2 milyar + 10 milyar (0,0627)
=
6.627.000.000


CS 3,819 milyar


CB 6,627 milyar
B/C S dan B/C B > 1,
berarti kedua proyek layak secara ekonomis karena B/C S > B/C B berarti
proyek saluran lebih ekonomis daripada proyek bendungan, maka yang harus
dilakukan adalah memilih saluran (Suryaningrat: 60-61).
KESIMPULAN
Adapun kesimpulannya adalah sebagai
berikut :
1.
Pemilihan alternatif
merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi
yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal)
atau belum.
2. Pemilihan
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif dengan metode NPV, umumnya
alternatif tersebut harus sama.
3. Nilai
IRR belum bisa menjelaskan apakah alternatif yang mempunyai IRR terbesar
merupakan alternatif terbaik atau sebaliknya.
4.
Analisis manfaat biaya
(B/C ratio) adalah rasio atau perbandingan dari nilai ekuivalen manfaat-manfaat
terhadap nilai ekuivalen biaya-biaya. B/C ratio digunakan sebagai kriteria
keputusan dalam pemilihan alternatif proyek kepentingan umum (pulic works)
dimana di dalam penerapannya, manfaat proyek dinikmati masyarakat luas, biaya
ditanggung pemilik proyek (pemerintah, badan sosial). Hasil analisis B/C ratio
dinyatakan layak apabila memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 1.
DAFTAR PUSTAKA
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suryaningrat, I.B. 2011. Ekonomi Teknik:Teori dan Aplikasi untuk
Agroindustri. Jember : Jember University Press.