Wednesday, November 25, 2015

Pemilihan Alternatif, NPV, IRR, B/C ratio



TUGAS  EKONOMI  TEKNIKEKONOMI TEKNIK
“PEMILIHAN  ALTERNATIF”




“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Teknik”
Nama : FRIDA MASLIKHAH
Nim : 101710101064
Kelas : A



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011



PENDAHULUAN

Dalam pemilihan alternatif, kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan (NP, AE, IIR, BCR, dan PBP) dapat dipergunakan dan akan konsisten satu sama lainnya, kecuali untuk metode playback period. Namun, dalam penerapannya perlu pula diperhatikan umur dari masing-masing alternatif sehingga dalam membandingkan terpenuhi kaidah-kaidah indikator perbandingan, yaitu:
a.       Indikator harus sama
b.      Bernilai tunggal
Kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan dapat dipergunakan dalam rangka pemilihan investasi, tentu saja dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alternatif dalam menetapkan metode apa yang sebaiknya dipergunakan.

Pemilihan alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal) atau belum.

 


ISI

Pemilihan alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal) atau belum. Suatu rencana sudah layak belum berarti sudah optimal jika alternatif yang disediakan baru satu-satunya. Untuk menjamin suatu pilihan sudah optimal, tentu setidaknya tersedia sejumlah alternatif layak yang perlu dipilih salah satu yang terbaik diantaranya. Oleh karena itu perlu disiapkan alternatif-alternatif yang cukup untuk dipilih (Giatman, 100).
Dalam suatu proses pemilihan alternatif investasi, hanya dapat dilakukan bila disertai dengan pemahaman yang baik terhadap permasalahan teknis pada bidang investasi yang direncanakan. Sebagai contoh, dalam perencanaan pengadaan mesin-mesin pengolahan produk agroindustri., perlu ditunjang dengan berbagai pengetahuan tentang teknis mesin pengolahan. Hal ini akan lebih baik jika dilakukanoleh tim yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dalam mempertimbangkan keputusan layak atau tidaknya sebuah alternatif (Suryaningrat, 39).
Tiga jenis alternatif yang digunakan dalam studi ekonomi teknik adalah :
1.      Independent: pemilihan dan penolakan suatu alternatif tidak mempengaruhi alternatif lain diterima/ditolak. Bila ada dua alternative A dan B, maka alternatif-alternatif dikatakan independen jika penolakan terhapap suatu alternatif tidak mengakibatkan apakah alternatif lainnya diterima atau ditolak.
2.      Mutually Exclusive: pemilihan suatu alternatif mengakibatkan penolakan /penerimaan alternatif lain. Sehingga pada pemilihan alternatif seperti ini hanya dipilih satu alternatif yang terbaik sesuai dengan kriteria.
3.      Contingen atau Conditional: (bergantung) pemilihan alternatif bergantung pada satu atau lebih alternatif lain yang menjadi prasyarat (Suryaningrat, 40).
Selain tiga alternatif yang disebukan diatas, satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih alternatif investasi adalah alternatif tidak mengerjakan sesuatu atau tetap pada kondisi semula, atau lebih dikenal dengan alternatif “do nothing”. Meskipun tidak memerlukan biaya, alternatif ini harus dipertimbangkan secara cermat, karena ongkos kesempatan tetap akan terjadi (Suryaningrat, 40).
Pada kondisi tertentu alternatif “do nothing” juga dapat memberikan dampak kehilangan daya saing atau kehilangan pangsa pasar atau berkurangnya konsumen. Kondisi tersebut misalnya pada sebuah perusahaan atau agroindustri yang tidak mengikuti perkembangan teknologi (misalnya teknologi pengolahan produk dengan drying, frying technology atau teknologi pengemasan), sehingga akan tertinggal dari produk yang lain yang berdampak pada penjualan. Seorang manajer harus selalu memperhatikan alternatif ini., apakah akan menjadi inovator atau dikuasai oleh perubahan (mastered by change). Kegagalan yang sering terjadi dalam menganalisis alternatif  “do nothing” adalah karena terbatasnya dalam melihat biaya-biaya yang terjadi di lur pabrik dan fasilitas distribusi (Suryaningrat, 40).
Tujuan dalam memilih alternatif adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomis yang optimal. Oleh karena itu kriteria pemilihan akan dipengaruhi oleh stuasi alternatif yang akan dipilih sebagai berikut :
Situasi :                                               Kriteria :
Input fixed / tetap                                 Þ max. Output
Output fixed / tetap                              Þ min. Input
Input-output tidak tetap                       Þ optimasi (max. Output) (Giatman, 100).
            Dalam pemilihan alternatif, kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan (NP, AE, IIR, BCR, dan PBP) dapat dipergunakan dan akan konsisten satu sama lainnya, kecuali untuk metode playback period. Namun, dalam penerapannya perlu pula diperhatikan umur dari masing-masing alternatif sehingga dalam membandingkan terpenuhi kaidah-kaidah indikator perbandingan, yaitu:
c.       Indikator harus sama
d.      Bernilai tunggal
Kelima metode evaluasi investasi yang telah dibicarakan dapat dipergunakan dalam rangka pemilihan investasi, tentu saja dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alternatif dalam menetapkan metode apa yang sebaiknya dipergunakan (Giatman, 100-101).

A.    Pemilihan Alternatif dengan Metode Net Present Value (NPV)
Pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif dengan metode NPV, umumnya alternatif tersebut harus sama. Jadi, nilai NPV dari setiap alternatif belum bisa dipakai sebagai indikator perbandingan antara alternatif kecuali jika umur setiap alternatif sudah sama. Oleh karena itu, sebelum analisis dilakukan perlu terlebih dahulu diperhatikan umur dari masing-masing alternatif, yaitu :
(a)    Umur masing-masing alternatif sama
(b)   Umur masing-masing alternatif berbeda
(c)    Umur alternatif tidak berhingga (Giatman, 101).
1)        Jika Umur Masing-masing  Altrnatif Sama
Jika umur masing-msing alternatif sudah sama, analisis pemilihan alternatif dapat langsung dilakukan dengan prosedur analisis sebagai berikut.
Þ Hitung NPV dari masing-masing alternatif dengan formula NPV = S CFt (FBP)t di mana = FBP faktor bungan present.
Þ Bandingkan NPV masing-masing alternatif
Þ Keputusan: NPV terbesar merupakan alternatif terbaik.
Contoh :
Suatu rencana investasi dalam bidang produksi komponen manufaktur diketahui ada tiga alternatif teknologi yang dapat diterapkan, yang terdiri dari teknologi konvensional, teknologi mekanis, dan teknologi semi otomatik kontrol. Setiap pilihan teknologi akan memberikan efek cash flow yang berbeda, yaitu sperti tertera pada tabel cash flow berikut.

                  Alternatif
Uraian
A
B
C
Investasi
Annual Benefit
Annual Cost
Nilai Sisa
Umur Investasi
Suku Bunga
Rp 1200 jt
Rp 350 jt
Rp 125 jt
Rp 350 jt
10 thn
8%
Rp 2000 jt
Rp 600 jt
Rp 250 jt
Rp 750 jt
10 thn
8%
Rp 2600 jt
Rp 750 jt
Rp 375 jt
Rp 550 jt
10 thn
8%

Diminta :
Analisis dan tentukanlah alternatif terbaik.
Penyelesaian :
Karena ketiga alternatif umur investasinya sama yaitu 10 tahun, analisis dapat dimulai dengan menghitung NPV dari masing-masing alternatif.
Alternatif A :
NPV = S CFt (FBP)t        dimana : FBP = faktor bunga present
NPV = - I + Ab(P/A,i,n) + S(P/F,i,n) – Ac(P/A,i,n)
NPV = -1200 + 350(P/A,8,10) + 350(P/F,8,10) – 125(P/A,8,10)
NPV = -1200 + 350(6.710) + 350(0.4632) – 125(6.710)
NPV = + Rp 471,87 juta                  → layak ekonomis
Dengan cara yang sama dapat dihitung pula alternatif B dan alternatif C sehingga didapati untuk:
alternatif B adalah + Rp 695,90 juta   → layak ekonomis dan
alternatif C sebesar + Rp 171,01 juta  → layak ekonomis
     dari hasil perhitungan NPV ketiga alternatif tersebut diketahui NPVB = Rp 695,90 juta merupakan yang paling besar, maka kriteria sebelumnya disimpulkan alternatif B merupakan pilihan terbaik (Giatman, 102-103).

2)        Jika Umur Masing-masing  Alternatif Tidak Sama
Bila umur alternatif tidak sama, perhitungan NPV masing-masing alternatif belum dapat dilakukan. Oleh karena itu, sebelumnya perlu dilakukan proses penyamaan umur alternatif. Proses penyamaan umur alternatif ini dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu :
a.       Metode penyamaan umur dengan angka Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK);
b.      Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang;
c.       Metode penyamaan umur dengan suatu umur yang ditetapkan (Giatman,103).
a.      Menyamakan Umur dengan Metode KPK
Metode ini mengasumsikan setiap alternatif akan dilakukan “re-invstasi semu” sebanyak hasil bagi KPK dengan umur alternatif yang bersangkutan dikurang satu. Dengan demikian, cash flow yang akan diperhitungkan merupakan cash flow keseluruhan sepanjang umur KPK tersebut (Giatman,104).
Metode KPK mempunyai kelemahan, dimana jika umur masing-masing alternatif bukan merupakan bilangan istimewa atau jumlah alternatif terlalu banyak, akan diperoleh nilai KPK yang cukup besar. Artinya akan terjadi sekian kali re-investasi semu, yang tentu saja akan menjadikan alternatif gabungan menjadi tidak ideal lagi. Jika terjadi hal demikian, biasanya tidak dilakukan analisis NPV dan dapat diganti dengan analisis Annual Ekuivalen (Giatman,107).

b.      Metode Penyamaan Umur dengan Umur Alternatif Terpanjang;
Jika pada metode KPK, reinvestasi dilakukan pada semua alternatif, pada metode ini umur dipatok sama dengan umur terpanjang dari alternatif tersedia, dan yang lainnya tetap dilakukan reinvestasi semu sejumlah periode kekurangannya dengan memerhatikan nilai buku pada periode terpotong menjadi nilai sisa dari reinvestasi semuanya. Selanjutnya perhitunga NPV dilakukan dengan metode yang sama (Giatman,107).

c.       Metode Penyamaan Umur dengan Umur Alternatif Terpendek;
Kebalikan dari metode di atas, di mana umur diambil adalah alternatif terpendek, sehingga umur yang panjang dipotong dengan memerhatikan nilai buku (BV) sebagai nilai sisa dari alternatif terpotong (Giatman,109).


B.     Memilih Alternatif dengan Metode Internal Rate of Return (IRR)
1.      IRR dengan n Alternatif
Sama halnya dengan metode sebelumnya, nilai IRR belum bisa menjelaskan apakah alternatif yang mempunyai IRR terbesar merupakan alternatif terbaik atau sebaliknya. Perhatikan Gambar 5.11. berikut: MARR1 maka NPV A > NPV B > NPV C, tetapi jika  MARR2  maka NPV B > NPV C > NPV A. Oleh karena itu, nilai NPV akan dipengaruhi oleh posisi relatif MARR investasi (Giatman,113).

 
Gambar 5.11
Grafik NPV dengan Tiga Alternatif

Untuk bisa menjelaskan posisi relatif masing-masing alternatif, diperlukan analisis incremental IRR (∆ IRR) (Giatman,114).

2.      Analisis Incremental IRR
Metode incremental IRR konsepnya adalah membandingkan setiap alternatif dengan alternatif lain sehingga betul-betul akan diperoleh alternatif yang terbaik. Metode pemilihannya dapat di samakan dengan metode kompetisi dalam olahraga yang diawali dengan menyedet peserta melalui indikator tertentu, selanjutnya baru dilakukan pertandingan mulai dari sedet terendah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 5.12 berikut. Penyedetan untuk menentukan rangking sementara didasarkan pada investasi terkecil menuju investasi yang besar. Investasi terkecil (terbaik sementara) disebut dengan defender (bertahan), terbaik berikutnya disebut dengan challenger (penantang), sedangkan terbaik dari yang diperbandingkan disebut dengan winner (pemenang) (Giatman,114-115).
Analisis incremental IRR (∆ IRR) merupakan kelanjutan dari analisis IRR jika jumlah alternatif yang tersedia tidak tunggal dan kita perlu menentukan rangking/prioritas alternatif. Hal ini terjadi karena IRR terbesar tidak dapat dipakai sebagai pedoman mentukan alternatif terbaik, dalam arti kata IRR terbesar tidak selalu menjadi yang terbaik, dalam arti kata IRR terbesar tidak selalu menjadi yang terbaik sebagaimana telah dijelaskan oleh grafik NPV pada Gambar 5.11 di atas. Oleh karena itu, untuk menentukan alternatif mana yang terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia sangat ditentukan oleh di mana posisi MARR terhadap IRR (Giatman, 114).

Gambar 5.12
Pola Pemilihan Alternatif Terbaik

Prosedur analisis ∆IRR :
1.      Identifikasi semua alternatif yang tersedia.
2.      Hitung IRR masing-masingnya. Jika IRR < MARR Þ alt gugur.
3.      Susun rangking alternatif sementara berdasarkan investasi terkecil, (investasi terkecil dianggap alternatif terbaik sementara).
4.      Bandingkan alternatif I (defender) dan alternatif II (Challengger), dengan menghitung selisih cash flow (alt(C) – alt(D)) sebut ∆CF(C-D).
5.      Hitung ∆ IRR(C-D) dari ∆CF(C-D) tersebut.
6.      Bandingkan ∆ IRR(I-II) dengan MARR, jika ∆ IRR(C-D) > MARR, maka alt(C) menjadi terbaik, sebaliknya jika ∆ IRR(C-D) < MARR, maka alt(D) tetap terbaik.
7.      Bandingkan pula pemenang tadi dengan alternatif III, seperti prosedur 4 s.d. 6 di atas, sampai ditemukan pula pemenangnya.
8.      Siklus di atas dilakukan berulang sampai semua alternatif tersedia telah dipertemukan.
9.      Pemenang terakhir akan menjadi alternatif terbaik dari semua alternatif yang tersedia (Giatman, 115-116).


C.    Pemilihan Alternatif dengan Metode Benefit and Cost Ratio (B/C ratio)
Pada pekerjaan proyek pelayanan masyarakat kebanyakan proyek tersebut dijalankan, dibiayai dan dioperasikan oleh badan-badan pemerintah maupun sosial. Terdapat banyak macam pekerjaan pelayanan masyarakat sering kali nilainya lebih besar daripada perusahaan-perusahaan swasta. Karena memerlukan pengeluaran modal, maka terhadap proyek-proyek tersebut dikenakan juga prinsip-prinsip ekonomi teknik sehubungan dengan desain dan operasinya. Akan tetapi karena merupakan proyek publik, maka ukuran kelayakannya tidak selamanya berdasarkan pada nilai keuntungannya (Suryaningrat, 57).
Analisis manfaat biaya (B/C ratio) adalah rasio atau perbandingan dari nilai ekuivalen manfaat-manfaat terhadap nilai ekuivalen biaya-biaya (Suryaningrat, 58-59).
B/C ratio digunakan sebagai kriteria keputusan dalam pemilihan alternatif proyek kepentingan umum (Public Works) dimana di dalam penerapannya, manfaat proyek dinikmati masyarakat luas, biaya ditanggung pemilik proyek (pemerintah, badan sosial) dan dinyatakan dalam persamaan :
            B/C =    manfaat   ekuivalen
  Ongkos    ekuivalen
Dimana :
Manfaat ekuivalen = semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak negatif, dinyatakan dengan nilai uang.
Ongkos ekuivalen = semua ongkos setelah dikurangi dengan besarnya penghematan yang bisa didapatkan oleh sponsor proyek, dalam hal ini pemerintah (Suryaningrat, 59).

Sulit untuk membuat studi ekonomi teknik dan keputusan investasi pada proyek-proyek pekerjaan publik secara persis sama dengan proye-proyek swasta. Sehingga analisis kelayakan untuk proyek-proyek swasta seperti ROR, NPW terkadang tidak digunakan dalam memutuskan kelayakan suatu proyek publik oleh pemerintah (Suryaningrat, 58).
Suatu usulan proyek publik harus dievaluasi mulai dari tahap identifikasi kebutuhan, pemunculan alternatif dan pemilihan alternatif yang baik. Hanya saja pada pemilihan alternatif terbaik tidak dilakukan berdasakan besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan oleh pryek tersebut, tetapi lebih ditekankan pada manfaat atau kesejahteraan umum yang bisa diberikan kepada masyarakat (Suryaningrat, 58).
Pada evaluasi proyek-proyek publik dengan tujuan memaksimumkan kesejahteraan umum harus mempertimbangkan manfaat yang diharapkan bisa diperoleh maupun ongkos-ongkos yang diperkirakan dibutuhkan untuk membangun proyek tersebut. Walaupun manfaat yang bisa disumbangkan oleh suatu proyek publik sulit diukur namun ongkos-ongkos yang ditimbulkan biasanya lebih mudah diukur secara obyektif. Seperti pada proyek-proyek swasta, perkiraan biaya pada proyek-proyek publik juga relatif sederhana (Suryaningrat, 58).
Analisis manfaaat biaya adalah analisis yang umum digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek publik. Analisis ini merupakan cara praktis untuk menghitung kemanfaatan suatu proyek, yang terkadang membutuhkan analisis dan evaluasi dari berbagai sudut pandang (Suryaningrat, 58).
Ongkos-ongkos yang harus ditanggung oleh suatu proyek sebenarnya terdiri atas biaya investasi dan biaya operasi dan perawatan. Dalam analisis manfaat-biaya biasanya biaya operasi dan perawatan dimasukkan sebagai manfaat negatif. Dengan demikian maka persamaan diatas menjadi :
             manfaaat netto                 biaya oprasional dan
             bagi umum                       perawatan proyek
B/C =
                              Biaya investasi proyek

B/C = PW(B) – PW (O & M)  ≥  1     atau
                              1
B/C = PW Benefits   =  EUAB   ≥  1      
            PW Costs           EUAC                          (Suryaningrat, 59).

Contoh soal :
Untuk menanggulangi masalah banjir disuatu daerah yang menimbulkan kerugian sebesar Rp 10 milyar per tahun bagi masyarakat, pemerintah mempertimbangkan 2 alternatif proyek umum, yaitu ; pembangunan saluran atau bendungan.
Saluran :    biaya pembangunan                Rp 20 milyar
                        Biaya O&M                            Rp 1 milyar/tahun
                        Biaya peremajaan                    Rp 5 milyar dalam 5 tahun
Bendungan:     biaya pembangunan                Rp 40 milyar
                        Biaya O&M                            Rp 2 milyar/tahun
                        Biaya peremajaan                    Rp 10 milyar dalam 10 tahun

Saluran dan bendungan dapat dioperasikan selamanya dengan nilai akhir dianggap tidak ada. Dengan saluran, banjir-banjir kecil masih terjadi di berbagai lokasi dengan kerugian Rp 4 milyar per tahun. Sedangkan dengan bendungan banjir dapat ditanggulangi sepenuhnya. Apabila MARR 10% per tahun, sebaiknya pilih proyek yang mana?
            Ekuivalensi nilai tahunan dari biaya yang ditanggung
                        A* = CR + AW (O&M)
                        CR (%) = I(A/P,i%,n) – S(A/F,i%,n) atau
                        CR (%) = (I-S) (A/F,i%,n) + I(%) atau
                        CR (%) = (I-S) (A/P,i%,n) + S(%)
            A*S     = IS (A/P,10%,~) + AS + KS (A/F,10%,5)
                        = 20 milyar (0,1) + 1 milyar + 5 milyar (0,1638)
                        = 3.819.000.000
            A*B    = IB (A/P,10%,~) + AB + KB (A/F,10%,10)
                        = 40 milyar (0,1) + 2 milyar + 10 milyar (0,0627)
                        = 6.627.000.000

            B / CS = BS  = 10 milyar – 4 milyar   = 1,571 > 1
                           CS           3,819 milyar
            B / CB = BB  =    10 milyar        = 1,509 > 1
                           CB        6,627 milyar

B/C S dan B/C B > 1, berarti kedua proyek layak secara ekonomis karena B/C S > B/C B berarti proyek saluran lebih ekonomis daripada proyek bendungan, maka yang harus dilakukan adalah memilih saluran (Suryaningrat: 60-61).



KESIMPULAN


Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1.      Pemilihan alternatif merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan apakah suatu rencana investasi yang akan dilaksanakan tersebut sudah merupakan pilihan yang terbaik (optimal) atau belum.
2.      Pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif dengan metode NPV, umumnya alternatif tersebut harus sama.
3.      Nilai IRR belum bisa menjelaskan apakah alternatif yang mempunyai IRR terbesar merupakan alternatif terbaik atau sebaliknya.
4.      Analisis manfaat biaya (B/C ratio) adalah rasio atau perbandingan dari nilai ekuivalen manfaat-manfaat terhadap nilai ekuivalen biaya-biaya. B/C ratio digunakan sebagai kriteria keputusan dalam pemilihan alternatif proyek kepentingan umum (pulic works) dimana di dalam penerapannya, manfaat proyek dinikmati masyarakat luas, biaya ditanggung pemilik proyek (pemerintah, badan sosial). Hasil analisis B/C ratio dinyatakan layak apabila memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 1.





DAFTAR PUSTAKA


Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suryaningrat, I.B. 2011. Ekonomi Teknik:Teori dan Aplikasi untuk Agroindustri. Jember : Jember University Press.





ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...