LAPORAN
TUGAS AKHIR
PRAKTIKUM
EKONOMI TEKNIK
Oleh :
Nama : FRIDA MASLIKHAH
NIM : 101710101064
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Shift : Rabu (12.30-14.30)
LABORATORIUM
MANAJEMEN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
TAHUN
2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah suatu unit usaha kecil
atau mikro yang skala usahanya masih dalam lingkup kecil ataupun kecil menengah dan bisa disebut
juga dengan industri rumah tangga. Apabila seseorang telah memutuskan untuk
berwirausaha pada umumnya adalah karena tidak ingin terikat dengan suatu sistem
kerja pada suatu instansi tertentu. Karena dengan menjadi wirausaha kita dapat
menentukan sendiri jam kerja dan cara kerja sesuai kriteria yang kita inginkan
sendiri. Namun, menjadi wirausaha tidaklah semudah itu, dibutuhkan jiwa
wirausahawan yang tidak pantang menyerah, tekun, dan gigih serta kecermatan
agar tidak sampai merugi.
Ekonomi teknik adalah ilmu yang membantu para pelaku ekonomi
khususnya para wirausahawan dalam menghitung pendapatan, pengeluaran, besar
keuntungan, maupun kelayakan usaha yang dilakukan. Wirausahawan sering dihadapkan
pada beberapa pilihan alternatif atas usaha yang dilakukan. Melalui teori
manajemen, wirausahawan dapat menghitung besarnya nilai ekonomis perusahaan pada
masing-masing pilihan alternatif yang berbeda dan dapat menentukan alternatif mana
yang paling baik dan layak untuk dijalankan. Penilaian alternatif juga dapat
menentukan solusi usaha lain yang dapat dijalankan seandainya usaha yang
dilakukan dinilai tidak layak dalam perhitungan ekonomi teknik.
Analisa dalam ekonomi teknik dilakukan dengan memperhatikan
modal awal (investasi), pendapatan, dan pengeluaran pada periode tertentu.
Selain itu, besarnya suku bunga juga mempengaruhi nilai keuntungan/kerugian
yang terjadi pada masing-masing pilihan alternatif. Melalui analisa ekonomi
teknik, seorang pengusaha dapat mengetahui prospek usaha yang dilakukan
sehingga pengusaha tersebut dapat mengambil keputusan untuk tetap menjalankan
usahanya atau mencari alternatif usaha lain. Oleh sebab itu, analisa ekonomi
teknik sangat penting dipelajari serta dikaji lebih lanjut.
1.2 Tujuan
Dengan melakukan kegiatan penelitian ini,
praktikan diharapkan mampu:
1.
Melakukan analisa alternatif ekonomi teknik menggunakan perhitungan NPV, IRR, dan BC Ratio.
2.
Menentukan tingkat kelayakan ekonomis suatu UKM (Usaha Kecil Menengah) kemudian membandingkannya.
BAB 2 DATA DAN
PERHITUNGAN
2.1 Data
a.
Bakso Pak
Didik
keterangan
|
Pengeluaran
(cost)
|
Pemasukan
(benefit)
|
Modal awal (I) keseluruhan termasuk beli tempat dan
gerobak
|
Rp 3.000.000,00
|
|
Pemasukan @ hari Rp 150.000 x 30 hari x 12 bulan (penjualan)
|
Rp 54.000.000,00
|
|
Pengeluaran @ hari Rp 65.000 x 30 hari x 12 bulan (transport, bahan baku)
|
Rp 23.400.000,00
|
b.
Bakso Sayur
keterangan
|
Pengeluaran
(cost)
|
Pemasukan
(benefit)
|
Modal awal (I) keseluruhan termasuk beli tempat dan
gerobak
|
Rp 850.000,00
|
|
Pemasukan @ hari Rp 500.000 x 30 hari x 12 bulan (penjualan)
|
Rp 180.000.000,00
|
|
Pengeluaran @ hari Rp 400.000 x 30 hari x 12 bulan (transport, bahan baku)
|
Rp 144.000.000,00
|
2.2 Perhitungan
a) Perhitungan
nilai NPV (Net Present Value)
·
Bakso Pak Didik
NPV = (Am-Ak)(P/A,i%,N) + SV(P/F,i%,N) – I
NPV = (Am-Ak)(P/A,11%,10) + SV(P/F,11%,10) – I
NPV = (Rp 54.000.000,00 – Rp 23.400.000,00)(5.8892) +
0(0.3522) – Rp 3.000.000,00
NPV = Rp 180.209.520,00 – Rp 3.000.000,00 = Rp 177.209.520,00
·
Bakso Sayur
NPV = (Am-Ak)(P/A,i%,N) + SV(P/F,i%,N) – I
NPV = (Am-Ak)(P/A,11%,10) + SV(P/F,11%,10) – I
NPV = (Rp 180.000.000,00 – Rp 144.000.000,00)(5.8892) +
0(0.3522) – Rp 850.000,00
NPV = Rp212.011.200,00 – Rp 850.000,00 = Rp 211.161.200,00
b) Perhitungan nilai
IRR (International Rate of Return)
·
Bakso Pak Didik
Misal: i1=
7 %
NPV1
= (Am-Ak)(P/A,7%,10) + SV(P/F,7%,10) – I
NPV1 = (Rp 54.000.000,00 – Rp 23.400.000,00)(7,0236) + 0 – Rp 3.000.000,00
NPV1= Rp 214.922.160,00 – Rp 3.000.000,00 = Rp211.922.160,00
Misal: i2=
50 %
NPV2
= (Am-Ak)(P/A,50%,10) + SV(P/F,50%,10) – I
NPV2 = (Rp 54.000.000,00 – Rp 23.400.000,00)(1,9653) + 0 – Rp 3.000.000,00
NPV2 = Rp 60.138.180,00 – Rp 3.000.000,00 = Rp57.138.180,00
IRR =
0,07 + 1,369(0,43)
IRR = 0,65867
·
Bakso Sayur
Misal: i1= 7 %
NPV1
= (Am-Ak)(P/A,7%,10) + SV(P/F,7%,10) – I
NPV1 = (Rp 180.000.000,00 – Rp 144.000.000,00)(7,0236) + 0 – Rp
850.000,00
NPV1= Rp 252.849.600,00 – Rp 850.000,00 = Rp 251.999.600,00
Misal: i2=
50 %
NPV2
= (Am-Ak)(P/A,50%,10) + SV(P/F,50%,10) – I
NPV2 = (Rp 180.000.000,00 – Rp 144.000.000,00)(1,9653) + 0 – Rp 850.000,00
NPV2 = Rp70.750.800,00 – Rp 850.000,00 = Rp 69.900.800,00
IRR = 0,07 + 1.384(0,43)
IRR = 0,66512
c) Perhitungan
nilai BCR (Benefit-Cost Ratio)
·
Bakso Pak Didik
B/C = 2,25853
·
Bakso Sayur
B/C = 1,24875
BAB 3 HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Nama UKM
|
NPV (Rp)
|
IRR
|
BCR
|
Bakso pak Didi
|
177.209.520,00
|
0,658733594
|
2,26
|
Bakso Sayur
|
211.161.200,00
|
0,665060637
|
1,25
|
3.1 Pembahasan
Ekonomi teknik
(Engineering economy) merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan aspek-aspek
ekonomi dalam teknik yag terdiri dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat atas
usulan proyek-proyek teknik. Ilmu ekonomi tidak pernah lepas dari ilmu teknik,
terutama dalam perancangan dan penerapannya di masyarakat. Dalam hal tersebut,
selalu ada beberapa alternatif dalam pelaksanaannya, masing-masing alternatif
memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda-beda jenis dan jumlahnya. Namun
penyelesaian masalah tersebut selalu memiliki kriteria ekonomi, dan kriteria
tersebut digunakan untuk memilih satu dari banyak alternatif yang tersedia
tersebut (Harmaizar. 2006).
Analisa alternative investasi dalam ilmu ekonomi teknik
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:
a.
NPV (Net Present
Value)
Nilai NPV suatu proyekmerupakan selisih PV arus benefit dengan PV arus
biaya, dengan kata lain NPV merupakan keuntungan bersih. Penilaian NPV
adalah putusan untuk menerima atau menolak usulan suatu investasi yang
didasarkan pada kriteria berikut:
a.
Investasi dapat
diterima jika NPV > 0
b.
Investasi dapat
ditolak jika NPV < 0
NPV menunjukkan nilai positif maka proyek investasi layak
untuk dilaksanakan (feasible).
Sebaliknya, jika NPV menunjukkan nilai negatif maka proyek tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan (Giatman, 2006).
Suatu usaha diterima jika nilai akhir NPV berharga positif
(NPV>0). Jika dihubungkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan
tingkat bunga yang telah ditentukan yakni 11%, pada UKM “Bakso Pak Didik” dan
“Bakso Sayur” dapat diketahui bahwa kedua UKM tersebut layak untuk dijalankan
karena memiliki nilai NPV yang positif. Jika dibandingkan pada hasil
perhitungan NPV antara UKM “Bakso Pak Didik”
dan “Bakso Sayur” dapat disimpulkan bahwa UKM “Bakso Sayur” nilai NPVnya lebih
besar sehingga dapat dikatakan bahwa UKM “Bakso Sayur” lebih layak dibandingkan
dengan UKM “Bakso Pak Didik”.
b.
IRR (Internal Rate of
Return)
IRR adalah besarnya
suku bunga yang membuat Present Value (PV)
dari investasi dan hasil –hasil bersih yang diharapkan selama proyek berjalan
menjadi 0 (nol). Nilai suku bunga yang membuat present value= 0 (nol) tersebut dinamakan “Rate of Return”. Patokan standarisasi IRR adalah suku bunga yang
berlaku pada saat sekarang. IRR yang baik apabila lebih besar dari suku bunga
bank. Bila proyek tersebut dibiayai sendiri sebagai patokan adalah suku bunga
pinjaman, karena debitor harus mampu membayar bunga pinjaman tersebut atau
disebut juga minimum attractive rate of
return (MARR) (Kodoatie, 1995).
Penilaian IRR adalah putusan
untuk menerima atau menolak usulan suatu investasi yang didasarkan pada
kriteria berikut:
a.
Investasi dapat
diterima jika IRR > MARR
b.
Investasi dapat
ditolak jika IRR < MARR (Prasetya, 2003).
Suatu usaha diterima jika memiliki nilai IRR yang lebih
besar dari nilai MARR (IRR>MARR). Jika dihubungkan dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan nilai MARR yang telah ditentukan yakni 11%, pada UKM “Bakso
Pak Didik” dan “Bakso Sayur” nilai IRR berturut-turut adalah 65,87% dan 66,51%.
Dapat diketahui bahwa kedua UKM tersebut layak untuk dijalankan karena memiliki
nilai IRR yang lebih besar dari MARR. Dari kedua UKM yang paling layak adalah
pada UKM “Bakso Sayur”. Namun hasil ini kurang valid karena nilai NPV trial and
error selaul menghasilkan nilai positif hingga memakai nilai bunga tertiggi
yakni 50%. Hal ini bisa terjadi diakibatkan karena besar pengeluaran dan
pendapatan jauh lebih besar daripada investasi awal yang dikeluarkan. Dapat
disimpulkan bahwa UKM tersebut layak dan terus dijalankan.
c.
BCR (Benefit-Cost
Ratio)
Dalam analisis benefit dan cost perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak penerapan. Salah
satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah
dalam bidang investasi. Sesuai dengan dengan makna tekstualnya yaitu benefit
cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat
keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan
biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Alisis ini banyak
digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal
ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada
rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dengan kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau
keuangan (Pujawan, 1995).
Penilaian BCR adalah putusan
untuk menerima atau menolak usulan suatu investasi yang didasarkan pada
kriteria berikut:
a.
Investasi dapat
diterima jika BCR > 1
b.
Investasi dapat
ditolak jika BCR < 1 (Sugiono, 2000).
Suatu usaha diterima jika memiliki nilai BCR yang lebih besar
dari 1 (BCR>1). Jika dihubungkan
dengan hasil perhitungan dengan menggunakan nilai BCR dengan suku bunga 11%, pada UKM “Bakso Pak Didik” dan “Bakso Sayur” nilai BCRnya berturut-turut adalah 2,26 dan 1,25. Nilai BCR pada UKM “Bakso Pak Didik” lebih besar dibandingkan dengan nilai MARR pada UKM “Bakso Sayur” sehingga dapat disimpulkan bahwa UKM “Bakso Pak Didik” lebih layak dibandingkan dengan UKM “Bakso Sayur”.
BAB 4 PENUTUP
Adapun kesimpulan dengan berdasarkan hasil perhitugan dan
pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1.
UKM Bakso
Pak Didik dan Bakso Sayur sama-sama layak
secara ekonomis sehingga dapat terus dioperasikan untuk selanjutnya.
2.
Jika
ditinjau dari tingkat kelayakan NPV pada
UKM “Bakso Sayur” lebih
besar yakni Rp 211.161.200,00 sehingga lebih
layak dibandingkan dengan UKM “Bakso Pak
Didik”.
3.
Jika
ditinjau dari tingkat kelayakan IRR pada
UKM “Bakso Sayur” lebih
besar yakni sebesar 66,51%, sehingga lebih
layak dibandingkan dengan UKM “Bakso Pak
Didik”.
4.
Jika
ditinjau dari tingkat kelayakan BCR pada
UKM “Bakso Pak Didik” jauh lebih besar yakni 2,26 sehingga lebih layak dibandingkan dengan
UKM “Bakso Sayur”
DAFTAR PUSTAKA
Giatman, 2006. Ekonomi
Teknik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Harmaizar. 2006. Menggali
Potensi Wirausaha .Bandung: Pustaka Utama.
Kodoatie, R.J. 1995. Analisis
Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Offset.
Prasetya, H. 2003. Manajemen
Operasi. Jakarta: Media Pressindo.
Pujawan, I.N. 1995. Ekonomi
Teknik. Edisi I. Jakarta: Guna Widya.
Sugiono, A. 2000. Manajemen
Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.
LAMPIRAN

Dokumentasi
pada “BAKSO SAYUR”

Dokumentasi
pada “BAKSO PAK DIDIK”