Wednesday, November 25, 2015

ANALISIS KOMPARATIF



Untuk menentukan kelayakan usaha penangkapan dan pembesaran lobster dapat digunakan kriteria B/C ratio, NPV dan IRR, analisis titik impas (break even point, BEP) dan periode pengembalian modal (pay back period, PBP). Dari analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ke dua usaha penangkapan dan pembesaran lobster di Teluk Ekas, lombok timur layak untuk dilakukan atau dijalankan.

Suatu proyek usaha dikatakan layak apabila nilai B/C ratio lebih besar dari 1. Usaha penangkapan dengan B/C ratio 1,53 dan usaha pembesaran dengan B/C ratio 1,71. Suatu proyek usaha dikatakan layak apabila NPV bernilai positif atau lebih besar dari nol. Nilai NPV pada usaha penangkapan adalah Rp.2.905.327,00 dan Rp.9.923.020,00 pada usaha pembesaran, sehingga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.

Usaha penangkapan dengan IRR sebesar 42,25% sedangkan usaha pembesaran dengan nilai IRR sebesar 56,20%. Semakin tinggi nilai IRR yang diperoleh, maka tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar makin tinggi yang berarti bahwa besarnya insentif yang diterima oleh pemilik modal dari modal yang dinvestasikan makin tinggi. Atau dengan kata lain semakin menguntungkan apabila nilai IRR semakin tinggi.

Usaha penangkapan akan berada pada posisi BEP atau keuntungan sama dengan nol apabila menghasilkan lobster sebanyak 29,73 kg atau jika harga satuan lobster mencapai Rp.100.891/kg. Sedangkan usaha pembesaran akan berada pada posisi BEP, apabila volume produksi mencapai 35,67 kg atau jika harganya mencapai Rp.93.038/kg. Dengan demikian, usaha penangkapan maupun usaha pembesaran layak diusahakan, karena mampu menghasilkan lobster sebanyak 44,68 kg dan 61,67 kg dengan harga satuan yang diterima nelayan sebesar Rp.150.000,00 per kg atau 33-42% di atas BEP.

Periode pengembalian modal (PBP) usaha penangkapan adalah 2,5 tahun atau lebih singkat dari usia ekonomisnya selama 4 tahun, sedangkan PBP usaha pembesaran adalah 1,5 tahun atau lebih singkat dari usia ekonomisnya selama 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kedua usaha tersebut mampu mengembalikan modal investasinya sebelum usia ekonomisnya berakhir. Namun dari kedua usaha tersebut, usaha pembesaran lobster lebih menguntungkan karena nilai PBP nya jauh lebih kecil daripada nilai ekonomisnya dibandingkan dengan usaha penangkapan.



 Jurnal :
                        ANALISIS KOMPARATIF ASPEK SOSIAL EKONOMI ANTARA
                           USAHA PENANGKAPAN DAN PEMBESARAN LOBSTER
                                      DI TELUK EKAS, LOMBOK TIMUR
                          Moh. Nazam, Prisdiminggo dan Arief Surahman
                             Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
                                      

                                                      ABSTRAK

        Semenjak lobster mulai dikenal sebagai komoditas komersial sekitar tahun 1990-an, maka usaha penangkapan lobster menjadi salah satu sumber pendapatan sebagian nelayan di Teluk Ekas. Intensitas penangkapan yang terus meningkat dan sering diikuti penggunaan racun sianida, telah menimbulkan tekanan serius pada populasi lobster dan habitatnya, sehingga populasinya terus mengalami penurunan. Berkembangnya usaha pembesaran lobster dalam keramba jaring apung (KJA) di Teluk Ekas, mendorong sebagian nelayan penangkapan beralih ke usaha pembesaran ini. Sejauh mana kontribusi kedua usaha ini terhadap pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga nelayan, telah dilakukan penelitian untuk menganalisis dan membandingkan aspek sosial ekonomi antara usaha pembesaran lobster dalam KJA dengan usaha penangkapan lobster. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2003, dengan metode survei deskriptif terhadap rumah tangga nelayan penangkapan dan nelayan pembesaran yang ditentukan secara stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan pembesaran lebih baik dibandingkan dengan nelayan penangkapan. Hal ini dapat diukur dari tingkat pendapatan dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga, kelayakan usaha, status kesejahteraan rumah tangga, peluang usaha dan kesempatan kerja, posisi tawar nelayan dan resiko usaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya lobster, antara lain : kebijakan investasi, skim kredit, kelembagaan dan hukum, penelitian dan penyuluhan.
 
Kata kunci : lobster, penangkapan, pembesaran, aspek sosial, ekonomi.

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...