1.
Sistem organisasi bisnis dalam
industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan”
Industri pengolahan
sebagai organisasi bisnis merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk
memberikan manfaat atau keuntungan bagi pemiliknya. Dalam hal ini manfaat dan
keuntungan dapat diartikan sebagai sebuah laba setelah proses pengolahan
berakhir dan dihasilkanlah produk yang siap untuk dipasarkan. Sistem organisasi
bisnis yang saya ambil sebagai contoh adalah industri pengolahan “Keripik
Kentang dalam Kemasan”. Dalam sistem organisasi bisnis tersebut terdapat input
yang terdiri dari :
·
Bahan baku yang meliputi :
kentang sebagai bahan baku utama, bumbu pelengkap untuk menambah rasa keripik kentang dll.
·
Tenaga kerja yang meliputi : SDM
(Sumber Daya Manusia) yang berkompeten. Karena pada industri pengolahan
“Keripik Kentang dalam Kemasan” telah digunakan mesin sebagai pengolahnya untuk
mencegah higienitas produk maka SDM yang dibutuhkan tidak terlalu besar, yakni
sebagai operator yang menjalankan mesin, pengelola pabrik, bagian riset
pengembangan produk dll.
·
Modal disini merupakan banyaknya
uang yang dimiliki untuk mendanai biaya-biaya yang diperlukan untuk membangun
industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan” termasuk biaya produksi untuk
membeli bahan baku dan biaya sewa gedung/pendirian pabrik. Pada pengadaan bahan
baku dapat digunakan sistem kontrak farming untuk menjamin kualitas dan
kuantitas bahan baku dari petani.
·
Energi yang meliputi : tenaga
listrik dan gas yang digunakan untuk menjalan peralatan/mesin pengolah kentang
sehingga dapat dihasilkan keripik kentang. Selain itu digunakan pula energi
bahan bakar kendaraan (BBM) untuk distribusi.
·
Mesin yang meliputi : mesin-mesin
yang digunakan seperti mesin slicer (pemotong kentang), mesin pengupas kentang,
mesin sortasi, mesin vacum drying agar keripik kentang tidak cepat gosong dan
masak merata, mesin pencampur bumbu, mesin pengemas, mesin pendeteksi logam,
dan mesin transportasi untuk
mendistribusikan produk.
Pada industri
pengolahan yang telah lengkap inputnya maka dapat dilakukan proses produksi
untuk mendapatkan output yang berupa keripik kentang dalam kemasan yang siap
untuk dipasarkan. Pada organisasi bisnis dalam industri pengolahan terdapat
proses untuk merubah input menjadi output untuk menghasilkan keuntungan yang
berupa laba bagi pemilik industri pengolahan tersebut. Pemasaran produk sangat
penting untuk diperhatikan agar didapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Karena tujuan pendirian industri pengolahan disini adalah untuk mendapatkan
keuntungan sebesar mungkin dengan input sekecil mungkin yang digunakan yakni
dengan cara menekan biaya produksi. Terdapat feedback pada sistem organisasi
bisnis di atas artinya setelah diperoleh hasil penjualan produk maka hasil
penjualan tersebut nantinya dapat disimpan sebagai laba dan juga digunakan
untuk melakukan pengadaan input untuk melakukan produksi kembali. Selanjutnya
proses tersebut akan berulang sehingga diperoleh keuntungan yang semakin banyak
dari hasil penjualan.
2.
Manajemen resiko dalam industri
pengolahan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir
atau mengurangi resiko yang mungkin dihadapi. Usaha tersebut dapat berupa
identifikasi resiko, analisis resiko, dan pengendalian resiko pada tiap-tiap kegiatan industri yang
dilaksanakan. Sehingga diharapkan dengan dilakukannya manajemen resiko dapat
diperoleh efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi pada industri penglahan.
Contoh : Industri Pengolahan Susu
Ultra High Temperatur (UHT) dalam Kemasan.
Resiko-resiko yang dihadapi oleh
suatu industri pengolahan produk hasil pertanian dalam mengembangkan usahanya
antara lain sebagai berikut :
·
Resiko Bahan Baku
Resiko bahan baku
merupakan resiko yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku yang meliputi :
kualitas bahan baku, kuantitas bahan baku, harga bahan baku, dan waktu
pengadaanya.
Pada industri
pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan dengan bahan baku
berupa susu sapi segar yang diperoleh dari peternakan sapi. Proses produksi
susu UHT sangat tergantung pada pengadaan susu sapi segar sehingga bahan baku
tersebut harus selalu tersedia. Resiko berupa penyakit pada sapi perah, iklim
yang tidak pasti sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas susu segar yang
dihasilkan. Untuk itu perlu adanya pengendalian dengan penerapan manajemen
resiko untuk menjamin ketersediaan bahan baku, misalnya dengan melakukan
contract farming dengan pemilik peternakan sehingga kualitas, kuantitas, harga,
dan waktu pengadaan bahan baku dapat dikendalikan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemberian intensif pada produsen untuk memberi semangat para pemilik
peternakan sapi perah agar mampu memenuhi standar bahan baku dan kapasitas yang
telah ditentukan dan disepakati bersama melalui perjanjian contract farming.
Selain itu pemberian intensif dapat pula memacu parapeternak untuk memproduksi
susu sapi segar yang memiliki kualitas baik dan selalu meningkat dari waktu
kewaktu.
·
Resiko Pengolahan
Resiko pengolahan
merupakan resiko yang berkaitan dengan jalannya proses pengolahan.
Pada industri
pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko yang mungkin
muncul adalah kurang tepatnya proses pengolahan dan rendahnya kualitas SDM yang
digunakan sehingga produk susu UHT yang dihasilkan bermutu rendah. Selain itu
terdapat pula resiko lokasi pengolahan yang kurang steril senhingga menimbulkan
kontaminasi pada produk karena susu merupakan produk yang mudah terkontaminasi
oleh mikroba dan kontaminan lain misalnya baudan rasa. Resiko lain dapat berupa
kerusakan peralatan/mesin pengolah sehingga proses produksi tidak dapat
dilakukan. Sehingga perlu adanya penerapan manajemen resiko untuk menjamin
jalannya proses pengolahan, misalnya dengan melakukan pemeliharaan dan
pembersihan peralatan/mesin secara kontinyu agar tetap dalam kondisi baik dan
siap produksi. Melakukan pengujian proses pengolahan dan menentukan proses
pengolahan yang paling sesuai dengan susu UHT misalnya dengan menggunakan suhu
penyimpanan 50C setelah susu diterima dari peternakan karena harus
menunggu giliran produksi susu. Karena produk merupakan susu UHT maka digunakan
suhu sangat tinggi dan waktu singkat dalam pengolahannya misalnya digunakan
suhu 2000C dalam waktu 2 detik. Proses tersebut dapat membuat susu
UHT awet tanpa bahan pengawet dengan pengemasan yang sesuai hingga 6 bulan.
·
Resiko Pemasaran
Resiko pemasaran
merupakan resiko yang berkaitan dengan strategi dan proses pemasaran.
Pada industri
pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko pemasaran yang
mungkin muncul adalah tidak tercapainya target penjualan yang telah dicanangkan
perusahaan. Hal ini dapat diakibatkan karena faktor internal dan eksternal
perusahaan. Faktor internal dapat berupa tidak tepatnya program bauran
pemasaran yang diterapkan yang disebabkan karena kurang siapnya pihak
perusahaan dalam memasuki pasar. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa harga
bahan baku yang tidak menentu, kondisi persaingan dan kepuasan konsumen yang
tidak menentu karena adanya situasi yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan dengan program pemasaran perusahaan yang telah dicanangkan. Sehingga
perlu adanya penerapan manajemen resiko untuk menjamin jalannya strategi dan
proses pemasaran sehingga dapat diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Misalnya dengan menerapkan, mengendalikan, mengevaluasi rencana pemasaran yang
telah dibuat. Selain itu dilakukan pula riset pasar, survei mengenai kepuasan
konsumen/pelanggan, menerapkan bauran pemasaran yang tepat, dan melakukan
kontrak pemasaran. Manajemen resiko untuk menangani resiko pemasaran dalam
industri pengolahan susu UHT yang baik sangat membutuhkan seorang manajer
pemasaran yang berkompeten dalam jeli melihat peluang, menerapkan program dan
strategi pemasaran sehingga pemasaran produk susu UHT dapat berjalan dengan
baik.
·
Resiko Finansial
Resiko finansial
merupakan resiko yang berkaitan dengan tingkat resiko yang harus ditanggung
jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh atas investasi yang
dilakukan.
Pada industri
pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko finansial yang
mungkin muncul adalah kecilnya keuntungan yang didapatkan dengan lebih besarnya resiko yang harus
ditanggung oleh perusahaan misalnya tingginya biaya produksi. Sehingga perlu
dilakukan penerapan manajemen resiko untuk mengurangi/meminimalisir resiko
finansial, misalnya dengan membuat studi kelayakan finansial produk susu UHT,
perencanaan dan pengendalian biaya produksi dan melakukan efisiensi dan
efektifitas biaya produksi. Untuk menjamin manajemen resiko finansial dilakukan
dengan baik perlu seorang manajer keuangan yang berkompeten sehingga dapat
menekan biaya produksi menjadi serendah mungkin agar diperoleh keuntungan yang
lebih besar.
·
Resiko institusional
Resiko
institusional merupakan resiko yang berkaitan dengan terhambatnya proses
produksi akibat perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah.
Pada industri
pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko institusional
yang mungkin muncul misalnya yang baru-baru ini diumumkan yakni perubahan
kebijakan pemerintah mengenai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) mulai bulan
Januari 2013 untuk pengguna listrik dengan daya diatas 960 volt amper sehingga
menyebabkan perusahan yang merupakan pengguna listrik dengan voltase tinggi
seperti industri pengolahan susu UHT harus mengeluarkan biaya produksi yang
lebih tinggi dibandingkan biaya produksi sebelumnya. Kenaikan tarif listrik ini
dapat membuat perusahaan susu UHT tersebut menaikkan harga produk apabila
memang tidak memungkinkan lagi dengan harga sebelumnya sehingga hal ini dapat
pula menghambat proses produksi. Sedangkan peraturan pemerintah yang dapat
mempengaruhi proses produksi misalnya peraturan pemerintah daerah mengenai
perubahan pajak dan perubahan gaji pekerja. Kedua hal tersebut tidak dapat
dihindari oleh perusahaan sehingga mau tidak mau perusahaan harus
melaksanakannya, sehingga imbasnya dapat berupa PHK besar-besaran oleh
perusahaan akibat tidak dapat memenuhi nilai pajak dan gaji pegawai yang
terlalu tinggi.
3.
a). PT. SAMUDRA
BERLIAN FORTUNA (SBF)
NERACA
PER 31 DESEMBER 2004
Aktiva
|
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
|
Aktiva lancar
|
3.500
|
Aktiva tetap
|
18.000
|
Total
aktiva
|
21.500
|
Pasiva
|
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
|
Hutang lancar
|
1.500
|
Hutang jangka panjang
|
3.500
|
Modal sendiri
|
4.490
|
Laba tahun berjalan
|
420
|
Total
Pasiva
|
9910
|
Keterangan
perhitungan :
·
Total
aktiva = Aktiva lancar + Aktiva
tetap = 3.500
+ 18.000 = 21.500
·
Laba tahun
berjalan = sama dengan nilai Laba
setelah pajak (EAT) = 420
·
Total
Pasiva = Hutang lancar + Hutang jangka
panjang + Modal sendiri + Laba tahun berjalan
=
1.500 +
3.500 + 4.490 + 420
= 9910
PT. SAMUDRA BERLIAN FORTUNA
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2004
Uraian
|
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
|
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba
kotor
Biaya operasi
Penyusutan
Laba
operasi
Pendapatan dan beban lain –
lain
Laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Biaya bunga
Laba
sebelum pajak (EBT)
Pajak penghasilan 40%
Laba
setelah pajak (EAT)
|
15.000
12.775
2.225
450
500
1.275
75
1.200
500
700
280
420
|
Keterangan perhitungan
:
·
Laba kotor = Penjualan - Harga pokok
penjualan = 15.000 – 12.775 = 2.225
·
Laba
operasi = Laba kotor – (Biaya
operasi + Penyusutan)
= 2.225 – (450 + 500)
= 1.275
·
Laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) = Laba operasi - Pendapatan
dan beban lain-lain
= 1.275 – 75
= 1.200
·
Laba
sebelum pajak (EBT) = Laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) - Biaya bunga
= 1.200 – 500
= 700
·
Pajak
penghasilan 40% = 40% x Laba sebelum pajak (EBT)
= 40% x 700
= 280
·
Laba
setelah pajak (EAT) = Laba sebelum pajak
(EBT) - Pajak penghasilan 40%
= 700 – 280
= 420
b).
- Rasio Likuiditas
Current ratio = (aktiva lancar /
hutang lancar) x 100%
= (3.500 / 1.500) x 100%
=
233,33 %
- Rasio Solvabilitas
Total hutang = hutang lancar + hutang jangka panjang
Debt to total assets =
(total hutang / total aktiva) x 100%
= ((1.500 + 3.500)
/ 21.500) x 100%
=
23,26 %
Debt to total equity =
(total hutang / modal sendiri) x 100%
= ((1.500 +
3.500) / 4.490) x 100%
=
111,36 %
- Rasio Rentabilitas
Return on investment =
(laba setelah pajak / total aktiva) x 100%
=
(420 / 21.500) x 100%
=
1,95 %
Return on equity =
(laba setelah pajak / modal sendiri) x 100%
=
(420 / 4.490) x 100%
=
9,35 %
Net profit margin =
(laba setelah pajak / total penjualan) x 100%
=
(420 / 15.000) x 100%
=
2,8 %
c). Berdasarkan hasil
perhitungan rasio-rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
rentabilitas diperoleh nilai current ratio pada rasio likuiditas sebesar 233,33% dengan nilai standar sebesar 200%. Hasil
tersebut berarti perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna dapat dikatakan sangat likuid sehingga mampu memenuhi/membayar
hutang jangka pendek atau hutang yang telah jatuh tempo. Namun nilai rasio yang didapatkan melebihi
nilai standar sehingga tidak terlalu baik karena suatu perusahaan yang terlalu
likuid juga tidak baik sebab banyak dana yang menganggur/tidak digunakan. Pada
perhitungan rasio solvabilitas diperoleh nilai debt to total assets sebesar 23,26% dengan nilai standar sebesar 50%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna dalam keadaan solvabel karena nilai debt
to total assets yang lebih kecil dari standar. Sedangkan nilai debt to
total equity sebesar 111,36% dengan nilai standar sebesar 100%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna tidak solvabel karena perusahaan memiliki resiko keuangan yang
tinggi dan memiliki hutang yang terlalu banyak. Pada perhitungan rasio rentabilitas diperoleh nilai return on invesment (ROI) sebesar 1,95% dengan nilai standar sebesar 6%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna tidak rentabel atau
tidak dapat menghasilkan laba
bersih (setelah pajak) yang besar dengan total aktiva yang digunakan. Sedangkan nilai return on equity (ROE) sebesar
9,35% dengan nilai
standar sebesar 15 %. Hasil tersebut berarti bahwa
perusahaan PT. Samudra Berlian
Fortuna kurang rentabel atau tidak
dapat menghasilkan laba bersih (setelah pajak)
yang besar akibat kurang efisien dalam menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Dan yang terakhir
adalah nilai net profit margin sebesar 2,8% dengan nilai standar sebesar 4%. Hasil tersebut
berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian
Fortuna kurang rentabel sehingga hanya dapat
menghasilkan laba bersih (setelah pajak)
yang rendah pada tiap total
penjualan yang dicapai.
Tanggapan investor
untuk perencanaan pengembangan agroindustri tepung agar-agar yang mungkin
adalah perlu adanya peninjauan kembali agar lebih mengefisiensikan dan mengefektifkan
keuntungan sehingga kerugian dapat ditekan sampai titik yang dimungkinkan. PT. Samudra Berlian Fortuna yang memproduksi tepung agar-agar
sangat likuid sehingga dana yang menganggur terlalu banyak. Apabila terlalu
banyak dana yang menganggur mengindikasikan bahwa perusahaan tidak produktif
atau produktifitasnya rendah dan akan dihasilkan keuntungan yang rendah pula.
Hal tersebut tidak diinginkan oleh investor yang ingin menginvestasikan dananya
pada perusahaan ini. PT. Samudra Berlian
Fortuna kurang solvabel sehingga perusahaan memiliki resiko keuangan yang
tinggi dengan total hutang yang terlalu banyak. Selain itu perusahaan juga
kurang rentabel atau kurang mampu menghasilkan laba bersih (setelah pajak) yang
tinggi. Sehingga PT. Samudra Berlian
Fortuna perlu melakukan peningkatan mutu produk tepung agar-agar sehingga para
investor mempercayakan dana investasinya pada perusahaan. Selain itu
peningkatan produksi dan menekan biaya produksi juga dapat dilakukan oleh
perusahaan sehingga dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi.