Sunday, November 29, 2015

Tugas Manajemen Industri Pengolahan (Sistem Organisasi Bisnis Dalam Industri Pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan”, Manajemen Resiko Dalam Industri Pengolahan)



1.        Sistem organisasi bisnis dalam industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan”




 



















Industri pengolahan sebagai organisasi bisnis merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk memberikan manfaat atau keuntungan bagi pemiliknya. Dalam hal ini manfaat dan keuntungan dapat diartikan sebagai sebuah laba setelah proses pengolahan berakhir dan dihasilkanlah produk yang siap untuk dipasarkan. Sistem organisasi bisnis yang saya ambil sebagai contoh adalah industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan”. Dalam sistem organisasi bisnis tersebut terdapat input yang terdiri dari :
·           Bahan baku yang meliputi : kentang sebagai bahan baku utama, bumbu pelengkap  untuk menambah rasa keripik kentang dll.
·           Tenaga kerja yang meliputi : SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkompeten. Karena pada industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan” telah digunakan mesin sebagai pengolahnya untuk mencegah higienitas produk maka SDM yang dibutuhkan tidak terlalu besar, yakni sebagai operator yang menjalankan mesin, pengelola pabrik, bagian riset pengembangan produk dll.
·           Modal disini merupakan banyaknya uang yang dimiliki untuk mendanai biaya-biaya yang diperlukan untuk membangun industri pengolahan “Keripik Kentang dalam Kemasan” termasuk biaya produksi untuk membeli bahan baku dan biaya sewa gedung/pendirian pabrik. Pada pengadaan bahan baku dapat digunakan sistem kontrak farming untuk menjamin kualitas dan kuantitas bahan baku dari petani.
·           Energi yang meliputi : tenaga listrik dan gas yang digunakan untuk menjalan peralatan/mesin pengolah kentang sehingga dapat dihasilkan keripik kentang. Selain itu digunakan pula energi bahan bakar kendaraan (BBM) untuk distribusi.
·           Mesin yang meliputi : mesin-mesin yang digunakan seperti mesin slicer (pemotong kentang), mesin pengupas kentang, mesin sortasi, mesin vacum drying agar keripik kentang tidak cepat gosong dan masak merata, mesin pencampur bumbu, mesin pengemas, mesin pendeteksi logam, dan mesin  transportasi untuk mendistribusikan produk.
Pada industri pengolahan yang telah lengkap inputnya maka dapat dilakukan proses produksi untuk mendapatkan output yang berupa keripik kentang dalam kemasan yang siap untuk dipasarkan. Pada organisasi bisnis dalam industri pengolahan terdapat proses untuk merubah input menjadi output untuk menghasilkan keuntungan yang berupa laba bagi pemilik industri pengolahan tersebut. Pemasaran produk sangat penting untuk diperhatikan agar didapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Karena tujuan pendirian industri pengolahan disini adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin dengan input sekecil mungkin yang digunakan yakni dengan cara menekan biaya produksi. Terdapat feedback pada sistem organisasi bisnis di atas artinya setelah diperoleh hasil penjualan produk maka hasil penjualan tersebut nantinya dapat disimpan sebagai laba dan juga digunakan untuk melakukan pengadaan input untuk melakukan produksi kembali. Selanjutnya proses tersebut akan berulang sehingga diperoleh keuntungan yang semakin banyak dari hasil penjualan.


2.        Manajemen resiko dalam industri pengolahan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir atau mengurangi resiko yang mungkin dihadapi. Usaha tersebut dapat berupa identifikasi resiko, analisis resiko, dan pengendalian resiko  pada tiap-tiap kegiatan industri yang dilaksanakan. Sehingga diharapkan dengan dilakukannya manajemen resiko dapat diperoleh efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi pada industri penglahan.
Contoh : Industri Pengolahan Susu Ultra High Temperatur (UHT) dalam Kemasan.
Resiko-resiko yang dihadapi oleh suatu industri pengolahan produk hasil pertanian dalam mengembangkan usahanya antara lain sebagai berikut :

·         Resiko Bahan Baku
Resiko bahan baku merupakan resiko yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku yang meliputi : kualitas bahan baku, kuantitas bahan baku, harga bahan baku, dan waktu pengadaanya.
Pada industri pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan dengan bahan baku berupa susu sapi segar yang diperoleh dari peternakan sapi. Proses produksi susu UHT sangat tergantung pada pengadaan susu sapi segar sehingga bahan baku tersebut harus selalu tersedia. Resiko berupa penyakit pada sapi perah, iklim yang tidak pasti sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas susu segar yang dihasilkan. Untuk itu perlu adanya pengendalian dengan penerapan manajemen resiko untuk menjamin ketersediaan bahan baku, misalnya dengan melakukan contract farming dengan pemilik peternakan sehingga kualitas, kuantitas, harga, dan waktu pengadaan bahan baku dapat dikendalikan. Selain itu dapat pula dilakukan pemberian intensif pada produsen untuk memberi semangat para pemilik peternakan sapi perah agar mampu memenuhi standar bahan baku dan kapasitas yang telah ditentukan dan disepakati bersama melalui perjanjian contract farming. Selain itu pemberian intensif dapat pula memacu parapeternak untuk memproduksi susu sapi segar yang memiliki kualitas baik dan selalu meningkat dari waktu kewaktu.
    
·         Resiko Pengolahan
Resiko pengolahan merupakan resiko yang berkaitan dengan jalannya proses pengolahan.
Pada industri pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko yang mungkin muncul adalah kurang tepatnya proses pengolahan dan rendahnya kualitas SDM yang digunakan sehingga produk susu UHT yang dihasilkan bermutu rendah. Selain itu terdapat pula resiko lokasi pengolahan yang kurang steril senhingga menimbulkan kontaminasi pada produk karena susu merupakan produk yang mudah terkontaminasi oleh mikroba dan kontaminan lain misalnya baudan rasa. Resiko lain dapat berupa kerusakan peralatan/mesin pengolah sehingga proses produksi tidak dapat dilakukan. Sehingga perlu adanya penerapan manajemen resiko untuk menjamin jalannya proses pengolahan, misalnya dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan peralatan/mesin secara kontinyu agar tetap dalam kondisi baik dan siap produksi. Melakukan pengujian proses pengolahan dan menentukan proses pengolahan yang paling sesuai dengan susu UHT misalnya dengan menggunakan suhu penyimpanan 50C setelah susu diterima dari peternakan karena harus menunggu giliran produksi susu. Karena produk merupakan susu UHT maka digunakan suhu sangat tinggi dan waktu singkat dalam pengolahannya misalnya digunakan suhu 2000C dalam waktu 2 detik. Proses tersebut dapat membuat susu UHT awet tanpa bahan pengawet dengan pengemasan yang sesuai hingga 6 bulan.

·         Resiko Pemasaran
Resiko pemasaran merupakan resiko yang berkaitan dengan strategi dan proses pemasaran.
Pada industri pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko pemasaran yang mungkin muncul adalah tidak tercapainya target penjualan yang telah dicanangkan perusahaan. Hal ini dapat diakibatkan karena faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal dapat berupa tidak tepatnya program bauran pemasaran yang diterapkan yang disebabkan karena kurang siapnya pihak perusahaan dalam memasuki pasar. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa harga bahan baku yang tidak menentu, kondisi persaingan dan kepuasan konsumen yang tidak menentu karena adanya situasi yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dengan program pemasaran perusahaan yang telah dicanangkan. Sehingga perlu adanya penerapan manajemen resiko untuk menjamin jalannya strategi dan proses pemasaran sehingga dapat diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Misalnya dengan menerapkan, mengendalikan, mengevaluasi rencana pemasaran yang telah dibuat. Selain itu dilakukan pula riset pasar, survei mengenai kepuasan konsumen/pelanggan, menerapkan bauran pemasaran yang tepat, dan melakukan kontrak pemasaran. Manajemen resiko untuk menangani resiko pemasaran dalam industri pengolahan susu UHT yang baik sangat membutuhkan seorang manajer pemasaran yang berkompeten dalam jeli melihat peluang, menerapkan program dan strategi pemasaran sehingga pemasaran produk susu UHT dapat berjalan dengan baik.

·         Resiko Finansial
Resiko finansial merupakan resiko yang berkaitan dengan tingkat resiko yang harus ditanggung jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh atas investasi yang dilakukan.
Pada industri pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko finansial yang mungkin muncul adalah kecilnya keuntungan yang didapatkan  dengan lebih besarnya resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan misalnya tingginya biaya produksi. Sehingga perlu dilakukan penerapan manajemen resiko untuk mengurangi/meminimalisir resiko finansial, misalnya dengan membuat studi kelayakan finansial produk susu UHT, perencanaan dan pengendalian biaya produksi dan melakukan efisiensi dan efektifitas biaya produksi. Untuk menjamin manajemen resiko finansial dilakukan dengan baik perlu seorang manajer keuangan yang berkompeten sehingga dapat menekan biaya produksi menjadi serendah mungkin agar diperoleh keuntungan yang lebih besar.

·         Resiko institusional
Resiko institusional merupakan resiko yang berkaitan dengan terhambatnya proses produksi akibat perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah.
Pada industri pengolahan susu ultra high temperatur (UHT) dalam kemasan resiko institusional yang mungkin muncul misalnya yang baru-baru ini diumumkan yakni perubahan kebijakan pemerintah mengenai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) mulai bulan Januari 2013 untuk pengguna listrik dengan daya diatas 960 volt amper sehingga menyebabkan perusahan yang merupakan pengguna listrik dengan voltase tinggi seperti industri pengolahan susu UHT harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan biaya produksi sebelumnya. Kenaikan tarif listrik ini dapat membuat perusahaan susu UHT tersebut menaikkan harga produk apabila memang tidak memungkinkan lagi dengan harga sebelumnya sehingga hal ini dapat pula menghambat proses produksi. Sedangkan peraturan pemerintah yang dapat mempengaruhi proses produksi misalnya peraturan pemerintah daerah mengenai perubahan pajak dan perubahan gaji pekerja. Kedua hal tersebut tidak dapat dihindari oleh perusahaan sehingga mau tidak mau perusahaan harus melaksanakannya, sehingga imbasnya dapat berupa PHK besar-besaran oleh perusahaan akibat tidak dapat memenuhi nilai pajak dan gaji pegawai yang terlalu tinggi.


3.        a).                           PT. SAMUDRA BERLIAN FORTUNA (SBF)
NERACA
PER 31 DESEMBER 2004
Aktiva
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
Aktiva lancar
3.500
Aktiva tetap
18.000
Total aktiva
21.500
Pasiva
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
Hutang lancar
1.500
Hutang jangka panjang
3.500
Modal sendiri
4.490
Laba tahun berjalan
420
Total Pasiva
9910

Keterangan perhitungan :
·         Total aktiva = Aktiva lancar + Aktiva tetap = 3.500 + 18.000 = 21.500
·         Laba tahun berjalan = sama dengan nilai Laba setelah pajak (EAT) = 420
·         Total Pasiva  = Hutang lancar + Hutang jangka panjang + Modal sendiri + Laba tahun berjalan
                          = 1.500 + 3.500 + 4.490 + 420
= 9910



PT. SAMUDRA BERLIAN FORTUNA
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2004
Uraian
Jumlah
(dalam jutaan rupiah)
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba kotor
Biaya operasi
Penyusutan
Laba operasi
Pendapatan dan beban lain – lain
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Biaya bunga
Laba sebelum pajak (EBT)
Pajak penghasilan 40%
Laba setelah pajak (EAT)
15.000
12.775
2.225
450
500
1.275
75
1.200
500
700
280
420

Keterangan perhitungan :
·         Laba kotor = Penjualan - Harga pokok penjualan = 15.000 – 12.775 = 2.225
·         Laba operasi    = Laba kotor – (Biaya operasi + Penyusutan)
= 2.225 – (450 + 500)
= 1.275
·         Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) = Laba operasi - Pendapatan dan beban lain-lain
   = 1.275 – 75
   = 1.200
·         Laba sebelum pajak (EBT) = Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) - Biaya bunga
        = 1.200 – 500
  = 700
·         Pajak penghasilan 40% = 40% x Laba sebelum pajak (EBT)
= 40% x 700
 = 280
·         Laba setelah pajak (EAT) = Laba sebelum pajak (EBT) - Pajak penghasilan 40%
= 700 – 280
 = 420

b).
  • Rasio Likuiditas
Current ratio      = (aktiva lancar / hutang lancar) x 100%
                 = (3.500 / 1.500) x 100%
                 = 233,33 %

  • Rasio Solvabilitas
Total hutang = hutang lancar + hutang jangka panjang
Debt to total assets        = (total hutang / total aktiva) x 100%
                             = ((1.500 + 3.500) / 21.500) x 100%
                             = 23,26 %
Debt to total equity       = (total hutang / modal sendiri) x 100%
                                    = ((1.500 + 3.500) / 4.490) x 100%
                                    = 111,36 %

  • Rasio Rentabilitas
Return on investment    = (laba setelah pajak / total aktiva) x 100%
                                    = (420 / 21.500) x 100%
                                    = 1,95 %
Return on equity            = (laba setelah pajak / modal sendiri) x 100%
                                    = (420 / 4.490) x 100%
                                    = 9,35 %
Net profit margin           = (laba setelah pajak / total penjualan) x 100%
                                    = (420 / 15.000) x 100%
                                    = 2,8 %


c).  Berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas diperoleh nilai current ratio pada rasio likuiditas sebesar 233,33% dengan nilai standar sebesar 200%. Hasil tersebut berarti perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna dapat dikatakan sangat likuid sehingga mampu memenuhi/membayar hutang jangka pendek atau hutang yang telah jatuh tempo. Namun nilai rasio yang didapatkan melebihi nilai standar sehingga tidak terlalu baik karena suatu perusahaan yang terlalu likuid juga tidak baik sebab banyak dana yang menganggur/tidak digunakan. Pada perhitungan rasio solvabilitas diperoleh nilai debt to total assets sebesar 23,26% dengan nilai standar sebesar 50%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna dalam keadaan solvabel karena nilai debt to total assets yang lebih kecil dari standar.  Sedangkan nilai debt to total equity sebesar 111,36% dengan nilai standar sebesar 100%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna tidak solvabel karena perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi dan memiliki hutang yang terlalu banyak. Pada perhitungan rasio rentabilitas diperoleh nilai return on invesment (ROI) sebesar 1,95% dengan nilai standar sebesar 6%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna tidak rentabel atau tidak dapat menghasilkan laba bersih (setelah pajak) yang besar dengan total aktiva yang digunakan. Sedangkan nilai return on equity (ROE) sebesar 9,35% dengan nilai standar sebesar 15 %. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna kurang rentabel atau tidak dapat menghasilkan laba bersih (setelah pajak) yang besar akibat kurang efisien dalam menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Dan yang terakhir adalah nilai net profit margin sebesar 2,8% dengan nilai standar sebesar 4%. Hasil tersebut berarti bahwa perusahaan PT. Samudra Berlian Fortuna kurang rentabel sehingga hanya dapat menghasilkan laba bersih (setelah pajak) yang rendah pada tiap total penjualan yang dicapai. 
Tanggapan investor untuk perencanaan pengembangan agroindustri tepung agar-agar yang mungkin adalah perlu adanya peninjauan kembali agar lebih mengefisiensikan dan mengefektifkan keuntungan sehingga kerugian dapat ditekan sampai titik yang dimungkinkan. PT. Samudra Berlian Fortuna yang memproduksi tepung agar-agar sangat likuid sehingga dana yang menganggur terlalu banyak. Apabila terlalu banyak dana yang menganggur mengindikasikan bahwa perusahaan tidak produktif atau produktifitasnya rendah dan akan dihasilkan keuntungan yang rendah pula. Hal tersebut tidak diinginkan oleh investor yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan ini. PT. Samudra Berlian Fortuna kurang solvabel sehingga perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi dengan total hutang yang terlalu banyak. Selain itu perusahaan juga kurang rentabel atau kurang mampu menghasilkan laba bersih (setelah pajak) yang tinggi. Sehingga PT. Samudra Berlian Fortuna perlu melakukan peningkatan mutu produk tepung agar-agar sehingga para investor mempercayakan dana investasinya pada perusahaan. Selain itu peningkatan produksi dan menekan biaya produksi juga dapat dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi.

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...