Karakteristik bahan hasil
pertanian
Nama :
1.Siti Nurjanah (101710101003)
2.Anis Suhariati (101710101011)
3.Frida Maslikhah
(101710101064)
4.Alfiana (101710101097)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2011
1. TELUR
Karakteristik Telur
Telur merupakan produksi ternak ayam
yang sangat bernilai ekonomis, produksinya cepat, mudah diproses, mudah dicerna
dan memiliki flavour yang khas. Senyawa putih telur dan kuning telur memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
1.Mengikat
2.Mengentalkan
3.Menghancurkan kristal-kristal gula
4.Emulsifikasi
5. Klorisifikasi
6. Melindungi/coating
7. Memberi warna dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
2.Mengentalkan
3.Menghancurkan kristal-kristal gula
4.Emulsifikasi
5. Klorisifikasi
6. Melindungi/coating
7. Memberi warna dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
Sifat-sifat ini menyebabkan sangat ideal untuk
dikombinasikan dengan makanan lain.
Sifat Fisik
Telur yang besar memiliki berat
sekitar 60 gram, yang terdiri atas kulit luar 11 %, putih telur 58 %,
kuning/yolk 31 %. Berdasarkan kandungan bagian dalam, persentasenya adalah
putih telur 65 % dan kuning telur 35 %. Hasil pemecahan komersial berbeda
dengan hasil di atas dimana prosentase kuning telur cukup tinggi. Hal ini
disebabkan sebagian putih telur tinggal bersama kuning telur pada saat
pemecahan. Secara keseluruhan sebutir telur terdiri dari 65,5 % air. Secara
terpisah putih telur mengandung 88 % air dan kuning telur mengandung 48 % air.
tabel menunjukkan komposisi kimia dari telur dan bahan telur yang cair.
Komposisi Kimia Telur
Komposisi
|
Whole Liquid
|
White
|
Yolks
|
Yolk
(Commercially Separated)
|
Water (%)
Protein (%)
Fat (%)
Carbohydrate (%)
Free Carbohydrate (%)
Ash (%)
|
73,7
12,9
11,5
1,1
0,3
1,0
|
87,6
10,9
Tr
1,1
0,4
0,7
|
51,1
16,0
30,6
1,0
0,2
1,7
|
55,5
15,4
26,9
1,0
0,2
1,6
|
Sumber : Fakultas Peternakan IPB, 1997
2. DAGING
Karakteristik Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan
serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno
1998). Data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2006) menunjukkan bahwa
produksi daging sapi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan dari
tahun-ketahun. Produksi daging sapi di Propinsi NAD pada tahun 2006
masuk posisi empatbesar di pulau Sumatera (Tabel 1). Data Dinas Peternakan
Kabupaten Aceh Besar tahun 2001 menunjukkan produksi daging sapi hampir 1.000
ton dan pada tahun 2005 produksi daging sapi mengalami peningkatan
menjadi 1.700 ton dengan urutan produksi tiga besar di Propinsi NAD.
Lawrie (1991) mendefinisikan daging sebagai sesuatu yang
berasal dari hewan termasuk limpa, ginjal, otak serta jaringan lain yang
dapat dimakan. Soeparno (1998) menjelaskan lebih lanjut keadaan fisik
daging dapat dikelompokkan menjadi (1) daging segar yang dilayukan atau
tanpa pelayuan, (2) daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging
dingin), (3) daging yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan
(daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan.
Soeparno (1998) menyatakan bahwa karkas tersusun atas kurang
lebih enam ratus jenis otot yang berbeda ukuran dan bentuknya, susunan syaraf
dan persediaan darahnya serta perlekatannya pada bagian tulang dan tujuan
serta jenis geraknya. Karkas sapi dapat dilihat pada Gambar 1. Kesehatan
daging merupakan bagian yang penting bagi kesehatan makanan dan selalu
menjadi pokok permasalahan yang mendapatkan perhatian khusus dalam
penyediaan daging bagi konsumen.
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari
hewan yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran berada dalam
pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas dari pencemaran
mikroorganisme. Secara fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang baik
adalah berwarna merah segar, berbau aromatis, memiliki konsistensi yang
kenyal dan bila ditekan tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati
(biological value) yang tinggi, mengandung 19% protein, 5% lemak, 70%
air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan lainnya
(Forrest et al. 1992). Komposisi daging menurut Lawrie (1991) terdiri
atas 75% air, 18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang
dapat larut. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air,
20% protein, 9% lemak dan 1% abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan
digemukkan yang akan menurunkan persentase air dan protein serta
meningkatkan persentase lemak (Romans et al. 1994).
Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam
amino esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah
alanin, glisin, asam glutamat, dan histidin. Daging sapi mengandung asam
amino leusin,
lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba. Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang dipanaskan pada suhu 70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90 persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin hingga 50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga sedikit mengurangi kadar asam amino (Lawrie 1991).
lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba. Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang dipanaskan pada suhu 70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90 persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin hingga 50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga sedikit mengurangi kadar asam amino (Lawrie 1991).
Kandungan lemak pada daging menentukan kualitas daging
karena lemak menentukan cita rasa dan aroma daging. Keragaman yang nyata
pada komposisi lemak terdapat antara jenis ternak memamah biak dan ternak
tidak memamah biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme
rumen (Soeparno 1998). Lawrie (1991) menyatakan lemak sapi kaya akan asam
stearat, asam palmitat dan asam oleat. Protein daging terdiri dari
protein sederhana dan protein terkonjugasi.
Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan dalam 3 kelompok
yaitu protein sarkoplasma, protein miofibril, dan protein jaringan ikat.
Protein sarkoplasma adalah protein larut air karena umumnya dapat
diekstrak oleh air dan larutan garam encer. Protein miofibril terdiri
atas aktin dan miosin, serta sejumlah kecil troponin dan aktinin. Protein
jaringan ikat ini memiliki sifat larut dalam larutan garam. Protein
jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut, terdiri atas
protein kolagen, elastin, dan retikulin (Muchtadi & Sugiono 1992).
3. SUSU
Karakteristik SUSU
A.
Pengertian susu
Susu
yang biasa kita kenal didefinisikan sebagai air susu ambing hewan sehat yang
tidak dikurangi atau ditambahi sesuatu apapun. Susu diperoleh dari hasil
sekresi normal kelenjar susu pada hewan sehat secara teratur dan
sekaligus. Hewan penghasil susu biasanya jenis hewan mamalia terutama sapi,
kambing, kerbau maupun onta. Untuk konsumsi manusia pada umumnya digunakan susu
sapi, walaupun pada daerah tertentu juga mengkonsumsi susu kambing dan susu
kerbau.
B.
Karakteristik susu
Walaupun
tanpa dibubuhi sesuatu pun, rasa susu sedikit manis, dengan aroma agak harum
serta berbau khas susu. Bau tersebut akan berkurang atau hilang
jika dipanaskan atau dibiarkan pada tempat yang terkena udara. Dibawah
mikroskop, susu mengandung butiran-butiran yang teriri dari lemak. Besar
butiran tersebut berbeda-beda dengan ukuran 0,1 sampai 22 mikron.
Disamping itu susu merupakan dua lapisan yang dapat
dipisahkan, masing-masing adalah kepala susu dan skim. Bagian paling atas susu
adalah krim yang beratnya lebih ringan daripada skim. Krim ini tamak jelas pada
susu yang baru diperah dan dibiarkan selam 20-30 menit. Dimana krim akan
mengapung pada permukaan susu. Biasanya volume krim 12-20 persen dar volume
susu, hal tersebut tergantung ukuran an jumlah lemak. Sedangkan skim terletak
dibawah krim dan terdiri dari air dan protein.
C.
Komposisi susu
Sebagian besar susu terdiri dari air (87,75%) dan bahan
kering (12,25%) seperti karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Komposisi
susu berbeda tiap jenis hewan.
Susu mengandung protein bermutu tinggi dengan kadar lemak
3,0 hingga 3,8%. Si cair-putih-pekat ini merupakan sumber kalsium dan fosfor
yang baik, k dengan vitamin A, thiamin, niacin, riboflavin, namun miskin
mineral terutama zat besi. Kadar air di dalam susu seban 87, 5%. Meski
kandungan gulanya cuF tinggi, 5%, rasanya tidak manis kadar gula susu (laktosa)
daya kemanisan lebih rendah dari gula pasir (sukrosa) (Anonim, 2008).
Komposisi susu kerbau relatif tinggidari pada susu sapi
dan kambing, terkecuali kadar vitamin A(80,0 SI). Keadaan
tersebut sangat menguntungkan bagi konsumen, terutama untuk industri pengolahan
“ice cream”, susu kental manis dan susu krim.
Tabel komposisi rata-rata susu kerbau, kambing dan sapi
komposisi
|
Macam susu
|
||
Sapi
|
Kerbau
|
Kambing
|
|
Air (%)
Protein (%)
Lemak(%)
Karbohidrat (%)
Kalsium (mg/100gr)
Fosfor (mg/100gr)
Besi (mg/100gr)
Vit A (SI)
Vit B1 (mg/100gr)
Vit (mg/100gr)
|
88,3
3,2
3,5
4,3
143,0
60,0
1,7
130,0
0,03
1,0
|
73,8
6,3
12,0
7,1
216,0
101,0
0,2
80,0
0,04
1,0
|
85,9
4,3
2,3
6,6
98,0
78,0
2,7
125,0
0,06
1,0
|
Setelah susu dipisahkan antara krim dan skim maka komposisi masing-masing
bagian aka jauh berbeda. Krim terutama mengandun lemak, sedangkan skim terutama
mengandung protein (Syarief et al, 1988).
D. Macam-macam
susu
1.
Susu kedelai
Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi,
terutama karena kandungan proteinnya. Selaitu Susu kedelai juga mengandung
lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B
kompleks (kecuali B12), dan air. Namun perhatian masyarakat kita terhadap jenis
minuman ini pada umumnya masih kurang. Susu kedelai ini harganya lebih murah
daripada Susu produk hewani. Susu kedelai dapat dibuat dengan teknologi dan
peralatan yang sederhana, serta tidak memerlukan keterampilan khusus.
Penggunaan air sumur dapat menghasilkan Susu kedelai dengan rasa yang lebih
enak. Untuk memperoleh Susu kedelai yang baik, kita perlu menggunakan kedelai
yang berkualitas baik. Dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 10 ltr Susu kedelai
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin)
sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan
tersebut perlu diawetkan.
Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik,
tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan Susu kedelai. Kedelai
mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat
mencapai 40 % - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong,
kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein Susu skim kering
(Anonim, 2007).
2. Susu Pasteur
(pasteurized)
Susu ini dipanaskan dengan suhu tingi sehingga bakteri
berbahaya yang ada dalamnya mati. Dalam proses pasteurisasi susu dialirkan
melalui suatu pipa yang ditutup dengan
pemanas bertemperat 72oC selama 15 menit hingga semua tit
terpanaskan. Setelah itu susu didinginkan segera hingga mencapai suhu 10C untuk
mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri yang masih tinggal.
Pasteurisasi
tidak menggunakan zat pengawet, namun hasilnya susu aman untuk diminum dan
memperlama daya simpannya. Susu pasteurisasi harus disimpan di
dalam lemari pendingin, dan kualitasnya bisa bertahan hingga seminggu
3. Susu UHT
(Ultra High Temperature)
Disebut juga sterilisasi, yaitu susu yang dipasteurisasi
dengan menggunakan ultra-high temperature (UHT), 143oC dalam 5
detik. Susu UHT dapat bertahan selama 2 tahun tanpa disimpan
dalam lemari pendingin. Namun, begitu kemasannya telah dibuka, harus disimpan
di lemari pendingin dan jangan lebih dari 5 hari. Bila dibiarkan dalam suhu
ruang, susu akan menjadi asam (rusak) dalam sehari.
4. Susu Evaporasi/Susu kental tawar
(evaporated milk)
Susu
kental yang dihasilkan dari pemanasan sebanyak 60% kandungan airnya diuapkan
secara vakum dari susu utuh (wholemilk), kemudian dihomogenisasi, dikemas dalam
kaleng, dan distrerilkan. Masa simpannya lama, selama kaleng belum dibuka.
Sekali dibuka, harus disimpan dalam lemari pendingin agar tak tercemar mikroba
dari udara.
Jenis
susu yang telah diuapkan sebagian airnya, hingga kental. Untuk menggunakannya
tambahkan 2 bagian air. Sering dipakai sebagai pengganti krim untuk kopi atau
sup
5. Susu Bubuk
Susu
yang diawetkan dengan cara menguapkan airnya. Dalam keadaan
kering, tidak ada bakteri yang dapat hidup hingga susu dapat bertahan lama.
Mula-mula susu dikentalkan dalam keadaan tekanan rendah, kemudian diembuskan
melalui semprotan halus hingga menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Terbagi menjadi tiga jenis: susu bubuk skim, susu bubuk whole, dan susu bubuk
buttermilk.
6. Buttermilk
Cairan sisa pemrossesan mentega. Susu jenis ini
biasanya kental dan bisa langsung diminum atau untuk campuran membuat kue. Jika
diberi soda kue, susu ini berfungsi sebagai bahan pengembang. Sebagai
pengganti pakailah susu asam atau buat sendiri dari susu cair (Anonim, 2008).
7. Susu
Homogenisasi
Susu merupakan
emulsi, campuran antara minyak (lemak susu) dan air. Maka, susu
perlu dihomogenkan agar partikel lemak susu tersebar dan bercampur dengan air,
tidak hanya mengambang di permukaan. Homogenisasi merupakan proses mekanik
untuk mengubah ukuran alami globula lemak. Di pabrik, selain diaduk, susu juga
disemprotkan melalui lubang yang sangat kecil hingga globula-globula lemak
'pecah' menjadi ukuran kecil hingga lemak menyebar. Inilah yang membuat susu
bertekstur lembut dan kental. Homogenisasi tidak mengubah nilai gizi susu.
8. Susu Kental
Manis (condensed milk)
Sesuai namanya, susu ini kental dan manis sekali. Jika
digunakan untuk membuat kue/puding, perhitungkan kadargulanya. Untuk siraman es
campur, martabak manis, pancake.
Susu yang telah diawetkan dengan pemanasan, mengurangi
separuh jumlah air-nya, serta ditambah gula sebanyak 44% sebagai pengawetnya. Karena kadar
gulanya yang tinggi, daya simpannya cukup lama (Bastians, 2006).
9. Yakult
Yakult adalah
minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Karena L.
casei Shirota dapat ditemui dalam sistem pencernaan, Yakult dipromosikan
sebagai minuman yang baik untuk kesehatan.
Namanya berasal dari jahurto, bahasa Esperanto untuk "yoghurt". Yakult
ditemukan oleh doktor Minoru Shirota pada 1930. Pada 1935, ia mendirikan Yakult Honsha Co., Ltd. untuk
memasarkan minuman ini. Sejak saat itu, Yakult telah memperkenalkan berbagai
minuman yang mengandung bakteri Bifidobacterium breve, dan telah
menggunakan lactobacilli untuk mengembangkan kosmetika. Yakult Honsha juga memainkan peran
penting dalam penelitian obat kemotrapi irinotecan (Anonim, 2008).
HASIL
SAMPING IKAN
Petis Ikan dari Hasil
Samping Pemindangan. Ikan pindang merupakan hasil olahan yang cukup populer di
Indonesia, dalam urutan hasil olahan ikan tradisional ikan pindang menduduki
tempat kedua setelah ikan asin. Pemindangan adalah salah satu cara pengawetan
ikan yang merupakan kombinasi dari penggaraman dan perebusan., tujuan dari
proses pemindangan adalah untuk menghambat aktifitas atau membunuh bakteri
pembusuk maupun aktifitas enzim.
Proses pemindangan ini
menghasilkan limbah (hasil samping) dalam proses pengolahannya, yaitu berupa
sisa rebusan ikan dalam bentuk air. Cairan ini selama ini dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk pembuatan petis ikan. Petis ikan adalah produk yang berwarna
hitam dengan aroma khas dan bertekstur lunak yang dapat memberi rasa sedap pada
masakan.
Pendapat lain
mengatakan bahwa petis adalah komponen dalam masakan Indonesia yang dibuat dari
produk sampingan pemindangan yang dipanasi hingga cairan kuah menjadi kental
seperti saus yang lebih padat. Dalam pengolahan selanjutnya, petis ditambah
karamel gula batok. Ini menyebabkan warnanya menjadi coklat pekat dan rasanya
manis.
Berdasarkan bahan baku
yang digunakan, petis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu petis yang
pengolahannya berasal dari sari ikan/ udang. Pada waktu pengolahan ebi atau
sari ikan dari pembuatan pindang dan petis yang khusus dibuat dari daging ikan
atau daging udang.
Proses pembuatan petis
sebagai berikut :
• Ekstrak ikan atau udang disaring
terlebih dahulu.
• Irisan gula merah ditambahkan ke dalam
ekstrak tersebut dengan perbandingan 500 gram gula untuk setiap 1 kg ekstrak.
Campurkan gula dan ekstrak tersebut dijerang di atas api yang tidak terlalu
besar.
• Sebelum campuran ekstrak ikan atau
udang dan gula mengental, dilakukan penyaringan kedua untuk membersihkan
kotoran yang ada.
• Sementara itu, kita menyiapkan air
tajin. Air tajin kemudian dicampurkan ke dalam adonan petis yang sedang direbus
• Apabila campuran adonan tadi sudah
agak mengental, ditambahkan garam secukupnya ke dalam adonan tersebut.
• Adonan tersebut dijerang sampai
terbentuk pasta yang kental.
• Petis yang telah mengental diangkat
sambil tetap diaduk dan dikipasi.
• Setelah dingin petis kemudian
dimasukkan ke dalam botol dan dipasarkan.
Komposisi gizi pada petis yang ada
di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bahan baku yang digunakan dan cara
pembuatannya. Kandungan unsur gizi dalam petis udang dan petis ikan : Energi
151,0 kkal Air 56,0% Protein 20%, Lemak 0.2% Karbohidrat 24%, Kalsium
37(mg)Fosfor, 36 (mg), Besi 2.8 (mg)Sumber: Direktorat Gizi (1996)
Ciri-ciri petis yang
baik adalah berwarna cerah (tidak kusam), umumnya coklat kehitaman, berbau
sedap, kental tetapi sedikit encer dari margarin. Petis yang terlalu liat dapat
dicurigai terlalu banyak mengandung tepung kanji. Selain itu rasa dan bau ikan
atau udang pada petis masih dapat dikenali dengan mudah serta teksturnya halus
dan mudah dioleskan.
Cita rasa gurih pada
petis berasal dari dua komponen utama, yaitu dari peptida dan asam amino yang
terdapat pada ekstrak serta dari komponen bumbu yang digunakan. Asam amino
glutamat pada ekstrak merupakan asam amino yang paling dominan menentukan rasa
gurih. Sifat asam glutamat yang terdapat pada ekstrak ikan, udang atau daging
sama dengan asam glutamat yang terdapat pada MSG yang berbentuk bumbu penyedap
rasa.