BAB
1. PROSEDUR ANALISIS
1.1 Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu dan lama
pemanasan terhadap kerusakan vitamin C. Serta menentukan besarnya kinetika
kerusakan vitamin C.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1
Alat
Peralatan yang digunakan adalah
timbangan,mortar, kertas saring, erlenmeyer, corong, beakerglass 150 ml,
penangas air, labu ukur 100 ml, hot plate, stopwatch, buret.
1.2.2
Bahan
Bahan yang digunakan adalah air perasan
buah jeruk, kertas saring, aquadest, 1% pati 1 ml, Iodin 0,01 N.
1.3 Prosedur
Prosedur analisisnya adalah buah jeruk
ditimbang lalu dicatat beratnya. Selanjutnya dihaluskan dengan mortar dan
disaring sebanyak 50 g filtrat. Lalu dimasukkan dalam beakerglass dan
dipanaskan pada suhu 1000C dalam waktu 1 menit, 10 menit dan 15
menit. Setelah dipanaskan kemudian diambil 15 gr filtrat dan disaring dengan
kertas saring dan dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan di tera dengan aquadest
hingga tanda batas. Sejumlah 20 ml filtrat dimasukkan dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan 1 ml pati 1%. Kemudian, dititrasi dengan 0,01 N Iodin standar yang
mengandung 16 g KI per liter hingga warna menjadi biru.
BAB 2. HASIL PENGAMATAN DAN
PERHITUNGAN
2.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
a
|
b
|
ml
Titrasi
|
Blanko
|
-
|
-
|
0,45
|
1
menit
|
25,004
gr
|
15,008
gr
|
3,05
|
10
menit
|
25,009
gr
|
7,503
gr
|
2,9
|
15
menit
|
50,00
gr
|
15,052
gr
|
3,8
|
Keterangan
:
Sampel
= Jeruk
2.2 Hasil Perhitungan
Perlakuan
|
Kadar
Vitamin C (ml/gr)
|
1
menit
|
0,762
|
10
menit
|
1,436
|
15
menit
|
0,979
|
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Vitamin
Vitamin adalah zat organik esensial yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah relative sedikit untuk pemeliharaan kesehatan dan
pertumbuhan normal. Berdasarkan kelarutannya vitamin dibedakan menjadi vitamin
larut air dan vitamin larut lemak. Contoh vitamin larut air adalah
tiamin(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin
(vitamin B6), niasin, folasin, asam pantotenat, biotin, dan
sianokobalamin, serta asam askorbat (vitamin C). Adapun contoh vitamin larut
lemak adalah retinol (vitamin A), kalsiferol (vitamin D), tokoferol (vitamin
E), dan vitamin K (Tejasari, 2005).
Menurut Winarno (2004), vitamin adalah
zat kimia yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sangat sedikit dengan tujuan
untuk pengaturan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
3.2 Prosedur Analisa
dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini bahan yang digunakan
adalah buah jeruk. Jeruk ditimbang kemudian diiris dan diperas untuk
mendapatkan air perasannya. Air perasan disaring dengan kertas saring untuk
mendapatkan filtrat. Sejumlah 50 gram filtrat dimasukkan dalam beakerglass 150
ml lalu dipanaskan pada suhu 1000C dengan tiga variasi waktu, yaitu
1 menit, 10 menit, dan 15 menit. Hal ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
pemanasan terhadap kandungan vitamin C pada bahan. Kemudian, bahan yang sudah
dipanaskan, diambil filtratnya sebanyak 15 gram lalu dimasukkan ke beakerglass
150 ml dan disaring dengan kertas saring untukmendapatkan sari dari buahjeruk
setelah pemanasan. Filtrat dimasukkan dalam labu ukur 100 ml kemudian ditera
sampai tanda batas untuk menurunkan konsentrasi larutan agar lebih mudah dalam
proses selanjutnya. Sejumlah 20 ml filtrat dimasukkan dalam erlenmeyer 150 ml
dan ditambahkan 1% pati sebanyak 1 ml sebagai indikator dimana pati akan
membentuk kompleks warna biru. Titrasi dengan Iodin 0,01 N untuk mendapatkan
nilai kadar vitamin C yang terkandung dalam bahan.
3.3 Prinsip Dasar
Analisa
Penentuan banyaknya vitamin C didasarkan
pada reaksi adisi molekul I2 pada tiap molekul vitamin C dengan indikator
amilum yang akan berubah biru apabila ada kelebihan I2 (Anonim,
2011).
3.4 Hasil Data
Dari hasil praktikum diperoleh data
bahwa kadar vitamin C untuk tiap perlakuan mulai pemanasan 1 menit, 10 menit,
dan 15 menit yaitu 0,762 ml/g; 1,436 ml/g; dan 0,979 ml/g. banyak sedikitnya kandungan
vitamin C pada bahan dapat dilihat dari banyak sedikitnya volume iodin yang
bereaksi dengan asam askorbat pada bahan. Semakin banyak volume iodin yang
digunakan dalam titrasi menunjukkan semakin banyak asam askorbat yang
terkandung pada bahan dan selanjutnya iodin akan bereaksi atau mengikat asam
askorbat dan dihentikan apabila warna titrasi menjadi biru. Hal ini berarti,
semakin banyak volume iodin yang digunakan dalam titrasi, semakin banyak juga
asam askorbat yang terkandung pada bahan dan akan semakin banyak pula kadar
vitamin C nya.
Pemanasan
dapat mengakibatkan oksidasi vitamin C dan menyebabkan vitamin C rusak dan
hilang. Semakin lama waktu pemanasan, maka vitamin C juga semakin sedikit. Dari
hasil perhitungan diketahui terjadi penyimpangan, seharusnya semakin lama
pemanasan kadar vitamin C semakin kecil. Hal ini terjadi karena pembacaan
volume titrasi pada buret kurang tepat, pengukuran berat sampel kurang tepat,
dan konversi satuan dan tingkat ketelitian selama perhitungan kurang adanya
alkali atau suasana basa selama percobaan, terjadinya oksidasi O2
dengan asam askorbat karena Vitamin
C peka terhadap panas, mudah rusak, oleh cahaya yang dipercepat oleh adanya
oksigen, kondisi basa dan keberadaan logam katalisator seperti Cu dan Fe
, pembacaan volume titrasi pada buret kurang tepat, pengukuran berat sampel
kurang tepat, dan konversi satuan dan tingkat ketelitian selama perhitungan
kurang (Tejasari, 2005).
BAB 4. KESIMPULAN
1.
Vitamin merupakan zat kimia yang
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah seikit.
2.
Vitamin C merupakan vitamin larut air.
3.
Vitamin C mudah teroksidasi oleh panas
dan rusak akibat oksidasi.
4.
Prinsip dasar analisa adalah penentuan
banyaknya vitamin C didasarkan pada reaksi adisi molekul I2 pada
tiap molekul vitamin C dengan indicator amilum yang akan berubah biru apabila
kelebihan I2.
5.
Semakin lama waktu pemanasan menyebabkan
kandungan vitamin C bahan semakin rusak. Indikator perubahan warna untuk uji
vitamin C yaitu pati 1%.
6.
Titrasi berakhir apabila warna larutan
berubah biru akibat pati mengikat Iodin berlebih yang bereaksi dengan asam
askorbat.
7.
Kadar vitamin C pada bahan dengan
pemanasan 1 menit, 10 menit, dan 15 menit yaitu 0,762 ml/g; 1,436 ml/g;
dan 0,979 ml/g.
8.
Terjadi penyimpangan, seharusnya semakin
lama pemanasan kadar vitamin C semakin kecil. Hal ini terjadi karena oksidasi O2
dengan asam askorbat karena vitamin
C peka terhadap panas, mudah rusak, oleh cahaya yang dipercepat oleh adanya
oksigen, kondisi basa dan keberadaan logam katalisator seperti Cu dan Fe.
9.
Semakin banyak volume iodin yang
digunakan untuk titrasi menunjukkan semakin banyak juga kadar vitamin C pada
bahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Jember : FTP UNEJ.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.