BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh merupakan bahan minuman
penyegar yang sudah lama dikenal. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh
dapat memberi kesan warna, rasa, dan aroma yang memuaskan peminumnya. Jadilah
teh minuman penyegar yang nikmat. Dalam perkembangannya, teh dijadikan minuman fermentasi
yang dikenal dengan cider teh atau limun teh. Cider teh atau limun teh terbuat
dari minumen teh yang difermentasi dengan bantuan mikroba. Mikroba yang
berperan dalam proses pembuatan cider teh ini adalah Saccharomyces cereviceae dan Acetobacter
xylinum.
Dalam
kehidupan sehari-hari cider teh lebih dikenal dengan sebutan limun teh. Limun
teh memiliki rasa manis keasam-asaman yang menyegarkan dan mengandung sedikit
alkohol. Namun sebenarnya minuman ini tidak bisa begitu saja dikonsumsi.
Apabila dikonsumsi sebagai minuman segar, sebaiknya dilakukan penambahan air
sebagai pengencer atau es batu agar rasanya sedikit lebih enak.
Pada
praktikum pembuatan cider teh ini, praktikan diharapkan dapat memproduksi sendiri
cider teh dengan variasi penambahan gula yang beragam untuk mengetahui pengaruh
penambahan gula terhadap proses pembuatan cider atau limun teh ini.
1.2 Tujuan
- Mahasiswa mampu membuat cider atau Limun teh dengan dengan variasi kadar gula dan penambahan inokulum
2. Mahasiswa dapat melakukan pembahasan terhadap hasil
pengamatan dari kelompok yang berbeda
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Fermentasi Cider Teh
Istilah
cider teh merupakan suatu istilah yang sangat berbeda. Cider adalah sejenis minuman
yang mengandung alkohol yang dihasilkan melalui suatu proses fermentasi dengan
bantuan bakteri yang mana bagi manusia. Bangsa barat menyebut cuka apel atau
sari apel sebagai minuman cider meskipun dalam porsesnya, minuman ini sama
sekali tidak mengalami proses fermentasi.(Budiyanto, 2002).
Cider teh atau limun teh adalah jenis komponen minuman
yang merupakan fermentasi dari minuman teh dengan melibatkan mikroba, yang
selanjutnya dikenal sebagai bibit starter. Bakteri yang berperan dalam proses
pembuatan cider teh ini adalah Saccharomyces
cereviceae.
Karakteristik dari cider teh atau Limun teh ini adalah berasa dan bersifat
sangat asam. Beberapa faktor yang menentukan dalam pembuatan limun teh antara
lain kadar gula, inokulum dan suhu fermentasi.
Apabila fermentasi berlangsung antara 4 – 5 hari, akan dihasilkan limun
teh atau cider buah dengan karakteristik asam yang sangat tinggi. Perbandingan
antara jumlah inokulum serta glukosa juga akan memepengaruhi hasil cider teh
atau limun teh(
Ansori, 1987).
Proses fermentasi yang terjadi selama produksi cider teh
ini yaitu : glukosa yang didapatkan dari gula pasi diubah oleh bakteri Acetobacter xylinum menjadi etanol
kemudian etanol tersebut dipecah lagi dengan bantuan bakteri Saccharomyces cereviceae menjadi asam
asetat yang membuatnya menjadi berasa sedikit asam. Sisa gula yang tidak
mengalami perombakan akan memberikan rasa manis pada cider teh. Hingga gabungan
ketiga zat yang dihasilkan dan dipecahkan oleh kedua bakteri ini akan
memberikan rasa segar
dimulut saat menikmati cider teh atau limun teh ini( Ansori, 1987).
Teh
cider (limun tea) memiliki karakteristik yang mungkin membedakannya dengan
produksi tea lain, adapun karakteristik dari tea cider (limun teh) tersebut
antara lain yaitu :
- Limun tea memiliki kadar gula sebesar 15 %
- Kadar teh 1%
- Kadar Sari teh 11.09% tiap 100 ml
- Memiliki kandungan gula sakarosa 6.10%
- Memiliki kandungan asam asetat 0.025 gram tiap 100 ml
- Memiliki kandungan alcohol 1.41%
- Mempunyai rasa manis dengan sedikit keasam-asaman serta berbuih sehingga merupakan minuman yang menyegarkan
- Limun tea tidak mengandung aseton, piridin, ataupun logam berbahaya seperti Pb, Ag, Cn sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
(Endang, 1987).
2.2 Faktor yang
Mempengaruhi Proses Fermentasi Cider Teh
Beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain :
1.
Kadar Gula
Penambahan gula yang terlalu banyak akan menyebabkan bakteri tidak dapat
hidup. Hal ini dikarenakan sifat gula yang higroskopis atau menyerap air akan
membuat media menjadi kekurangan air atau dehidrasi sehingga menyebabkna
bakteri tdak dapat tumbuh karena kehilangan air sebgai syarat utamanya utuk
tumbuh dan berkembang biak.
2.
Jumlah inokulum
Semakin banyak jumlah inokulum maka kemungkinan inokulum akan berkembang
biak sangatlah kecil. Apalagi apabila jumlah inokulum tidak di imbangi dengan
tersedianya jumlah media yang melimpah pula. Hal ini akan mennyebabkan
perebutan makanan yang berakibat pada semain menurunnya jumlah inokulum
sehingga cider asam tidak terbentuk.
3.
Suhu fermentasi
Saccharomyces cereviceae dan Acetobacter xylinum adalah jenis mikroba yang
mempunnyai sifat yang berbeda paa tempat yang berbeda pula. Aktivitas drai
kedua bakteri ini sangat dipengaaruhi oleh suhu ruangan. Dalam suhurang selama
4 – 5 hari akan sudah bisa diperoleh limun teh atau cider buah dengan rasa
sangat asam(
Srikandi, 1985).
2.3 Komposisi Teh serta
Khasiatnya
Teh
adalah minuman yang mengandung senyawa sumber alami kafein dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein
mendekati nol persen, dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau
tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman semak Camellia sinensis dengan
air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh
hitam, teh oolong, teh hijau dan teh putih. Dalam proses pengolahannya terdapat
salah satu proses yang disebut fermentasi. Fermentasi ini pada the bertujuan
untuk memecah klorofil untuk memproduksi theaflavin dan thearubigin yaitu
senyawa antioksidan alami baik untuk tubuh manusia. (Winarno, 1993).
Adapun
khasiat dari cider teh yaitu :
1. Menurunkan risiko penyakit kanker
Berbagai hasil studi menunjukan
konsumsi teh berperan dalam menurunkan risiko penyakit kanker. Senyawa
polyphenol dalam teh mampu memberikan perlindungan terhadap zat karsinogenik.
EGCg yang terdapat dalam teh hijau merupakan senyawa aktif yang berperan dalam
mencegah terjadinya kanker.
2. Mencegah
Osteoporosis
Senyawa aktif yang
terkandung di dalam teh berperan menyerupai hormon esterogen lemah yang
membantu melindungi tulang terhadap proses kerapuhan (osteoporosis).
Sumber mineral
3. Teh
ternyata menyimpan potensi sebagai sumber mineral tubuh yang penting dalam
berbagai proses metabolisme.
Kandungan mineral
tersebut muncul baik berupa makro maupun trace mineral. Keduanya sangat
diperlukan sebagai nutrisi bagi tubuh sehingga kecukupan dalam makanan
sehari-hari perlu diperhatikan (Winarno, 1993).
2.4
Inokulum yang Digunakan Serta Ciri-ciri Lengkapnya.
Pembuatan cider teh ini menggunakan inokulum
mikroba Saccharomyces Cerevisiae dan Acetobacter xylinum yang
menghasilkan rasa manis keasam-asaman dan menyegarkan dengan kandungan sedikit
alkohol (1%). Bila bakteri saja yang digunakan dalam fermentasi cider teh maka
akan terbentuk lapisan nata dan bila digunakan khamir saja baik dalam bentuk tunggal (satu jenis) atau
kombinasi (dua jenis) maka tidak akan terbentuk lapisan nata tapi terbentuk
gas. Sedangkan bila digunakan ketiga jenis mikroba (bakteri dan dua khamir)
maka akan terbentuk lapisan nata dan terbentuk gas. Fermentasi ini bersifat
khas pada pembutan cider teh (Aditiwan, 2005).
1.
Saccaromycess Cerevisiae
Saccharaomyces Cerevisiae adalah
nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Pertunasan multipolar,
dimana tunas muncul dari sekitar ujung sel. Pembelahan tunas, yaitu gabungan
antara pertunasan dan pembelahan. Pada proses ini mula-mula terbentuk tunas,
tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk relatif besar, kemudian terbentuk
septa yang memisahkan tunas dari induk selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat
melekatnya tunas pada induk sedemikian kecilnya sehingga seolah tidak pernah
terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh mikroskop biasa). Pembentukan
askospora. Pada khamir diploid seperti Saccharomyces cerevisiae, meiosis dapat
terjadi langsung dari sel vegetatif. Spora berbentuk bulat atau oval dengan
permukaan halus( Astawan, 1991).
Saccharomyces cerevisiae berfungsi dalam pembuatan
roti dan bir, karena Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi,
yaitu memcah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun, dengan
adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi
gula menjadi karbon dioksida dan air
Khamir
Saccharomyces cerevisae yang digunakan dalam fermentasi cider buah, memiliki
kemampuan memecah glukosa menjadi alkhohol, karbondioksida, dan asam asetat
dalam suasana anaerob (tidak membutuhkan udara bebas). Khamir ini termasuk
khamir askospora yang memiliki bentuk spora oval sampai bulat dengan
permukaannya yang halus. Suhu optimum pertumbuhannya adalah 30 C. Sedangkan
suhu maksimumnya adalah 35-37 C dan suhu minimumnya adalah 9-11 C. Khamir ini
tumbuh baik pada keadaan pH 3-4 (asam) dalam sari buah dan tahan pada kadar
alcohol 10% atau lebih( Timur, 1993).
2.
Acetobacter
xylinum
Acetobacter
Xylinum
merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan
lebar , micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias
membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan
pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri
ini tidka membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda,
individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua
membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya.
Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk
lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum oase.
Bakteri
ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2
dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki
kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya
selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang
dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah
ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri
Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel
hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan
sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial,
fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian( Meta, 2011).
Apabila
bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan
beradaptasi terlebih dahulu. Pad afase terjadi aktivitas metabolismedan
pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi
dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan
pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja.
Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan
enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa
menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu
strain Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.
Fase
pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolic
yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua.
Pada fsae in pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih
lebih banyak disbanding jumlah sel mati.
Fase
pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati.
Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi
akibat nutrisi dalam media sudah hamper habis. Setelah nutrisi harbi, maka
bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami
kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik untuk strain nata.
Factor-faktor
yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan adalah
nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media
temperature, dan udara (oksigen. Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam
fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon
ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari
bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum
dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3.
sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada
suhu 28 – 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga
dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah
kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi (Meta, 2011).
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5,
namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum
pada suhu 28°– 31°C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa.
Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan
asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan( Franzier, 1997).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Beaker glass
-
Spatula
-
Baskom
-
Bunsen
-
Toples plastik
-
Selang
-
Kompor listrik
-
Saringan
-
Gelas ukur
-
Kertas lakmus
3.1.2 Bahan
-
Teh
-
Acetobacter
xylinum
-
Saccharomyces
Cereviceae
-
Aquadest
-
Gula pasir
3.2
Skema
Kerja
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gol
|
Kel
|
pH
|
K.Gula
|
Warna
|
K. Alkohol
|
Aroma
|
Rasa
|
I
|
1
|
5
|
6
|
+3
|
+2
|
+4
|
-
|
2
|
5
|
6
|
+4
|
+1
|
+2
|
-
|
|
3
|
5
|
6,3
|
+2
|
+4
|
+1
|
+2
|
|
4
|
5
|
6
|
+1
|
+3
|
+3
|
-
|
|
II
|
1
|
4
|
10,1
|
+2
|
+2
|
+1
|
-
|
2
|
4
|
9,6
|
+3
|
+1
|
+4
|
-
|
|
3
|
5
|
10
|
+4
|
+3
|
+3
|
-
|
|
4
|
5
|
9,3
|
+1
|
+4
|
+2
|
-
|
|
III
|
1
|
5
|
11,5
|
+4
|
+2
|
+3
|
-
|
2
|
4
|
11,9
|
+1
|
+4
|
+2
|
+2
|
|
3
|
5
|
10,7
|
+2
|
+1
|
+4
|
-
|
|
4
|
4
|
12
|
+3
|
+3
|
+1
|
-
|
Keterangan :
Kadar
Alkohol : Semakin (+) Semakin Menyengat/beralkohol
Warna : Semakin (+) Semakin Keruh
Aroma : Semakin (+) Semakin Menyengat
Rasa : Semakin (+) Semakin Asam
Komposisi Gula :
Gol 1 : 7,5 %
Gol 2 : 10
%
Gol 3 :
12,5 %
Komposisi Strarter :
Kelp 1 : 2% (10 ml)
Kelp 2 : 4% (20 ml)
Kelp 3 : 6% (30 ml)
Kelp 4 : 8% (40 ml)
4.2 Hasil
Perhitungan
-
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme
Terbentuknya Produk Minuman Cider (Starter, Produksi dan Panen) seperti Fungsi
Perlakuan
Pada pembuatan tea cider (limun
tea) ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat starter cider teh terlebih
dahulu, kemudian produksi dan terakhir pemanenan cider teh.
1. Pembuatan
starter cider teh
Pembuatan starter ini bertujuan
untuk menumbuhkan mikroba pada media yang sesuai dengan media yang digunakan
untuk produksi sehingga mikroba dapat melakukan adaptasi terlebih dahulu, sebelum pada proses pembuatan produk.
Pembuatan starter untuk memperoleh mikroba sudah berada pada fase logaritmik
atau eksponensial pada kondisi ini mikroba dalam masa pertumbuhan sehingga akan
lebih cepat menghasilkan biomassa serta produksi yang maksimal. Selain itu
pembuatan starter juga berfungsi untuk meningkatkan aktivitas enzim agar
dihasilkan produk fermentasi yang maksimal serta dapat memperkecil waktu
adaptasi mikroorganisme terhadap media produksi (menghemat waktu) dan biaya,
karena starter dapat digunakan sampai 5-10 kali pembuatan. Pembuatan starter
ini sebagai inokulan yang nantinya akan diinokulasikan pada pembuatan cider tea
dan inokulum ini diperlukan untuk menghasilkan enzim yang dapat membantu
mempercepat proses fermentasi.
Perlakuan yang dilakukan pada
saat pembuatan starter adalah 1 gram teh diseduhkan dengan 100 ml air mendidih.
Air mendidih ini berfungsi untuk mempermudah mengekstrak sari teh dan untuk
memperoleh aroma teh yang khas akibat dari senyawa tannin yang terdegradasi dan
terdekomposisi oleh panas sehingga akan menyebabkan air seduhan dari teh
tersebut berwarna coklat kehitaman. Setelah itu ditambahkan gula pasir sebanyak
10 gram. Penambahan gula pasir ini bertujuan untuk memberikan nutrisi bagi mikroba dalam
melakukan pertumbuhannya, karena sebagai sumber karbon. Kemudian diaduk dan
dibiarkan selama 10 menit untuk memberikan hasil seduhan yang optimal..
Selanjutnya disaring yang fungsinya untuk memisahkan antara sari teh dengan
ampasnya dan kemudian didinginkan dengan tujuan agar inokulum yang akan
diberikan nantinya
dapat tumbuh dan
tidak mati karena pengaruh panas. Setelah dingin baru ditambahkan inokulum yaitu Saccharomyces cerevisiae dan Acetobacter
xylinum masing-masing 5 ml. Mikroorganisme ini berfungsi untuk memecah
karbohidrat yang terdapat dalam gula menjadi glukosa dan selanjutnya glukosa
oleh mikroba Saccharomyces cerevisiae diubah menjadi alkohol dan
karbondioksida berupa panas dan sejumlah energi, alkohol yang dihasilkan dengan
adanya oksigen akan diubah menjadi asam asetat oleh mikroba
Axetobacter xylinum yang akan memberikan rasa asam
pada produk cider teh. Kemudian dilakukan inkubasi pada
suhu kamar selama 3 hari. Inkubasi berfungsi untuk memberikan tempat dan waktu
yang tepat bagi mikroba untuk tumbuh dan menghasilkan produk cider yang
terbaik.
2. Produksi
cider teh
Setelah starter diinkubasi selama
3 hari atau pada saat starter siap untuk digunakan, maka proses produksi cider teh dapat dimulai. Langkah pertama
dari produksi adalah menyeduh 5 gram teh dengan 500 ml air mendidih. Kemudian
ditambahkan gula pasir dengan berbagai konsentrasi yaitu 7,5%
(37.5 gram); 10% (50 gram); dan 12,5% (62.5 gram). Pemberian
gula berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi mikroba (inokulum yang akan
ditambahkan) dan memberikan sensasi rasa manis tidak hanya asam. Kemudian diaduk dan dibiarkan
selama 10 menit, selanjutnya disaring dan didinginkan dengan tujuan agar
mikroba tidak mati yang disebabkan suhu yang terlalu panas.
Sementara penyaringan berfungsi agar teh terpisah dari ampasnya. Setelah dingin dilakukan penambahan starter
dengan variasi konsentrasi 2% (10 ml untuk kelompok 1), 4% (20 ml untuk kelompok 2), 6% (30 ml untuk kelompok 3) dan 8% (40 ml untuk kelompok 4) sesuai dengan ketentuan. Kemudian diinkubasi selama 4 hari pada
suhu kamar. Perlakuan inkubasi berfungsi untuk memberi kesempatan
mikroorganisme untuk melakukan fermentasi atau menghasilkan produk biomassa.
Perlakuan suhu kamar karena suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba Saccharomyces
cerevisiae dan Axetobacter xylinum, lama fermentasi 4 hari untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Variasi gula yang ditambahkan
dapat berpengaruh terhadap produksi cider tea yang dihasilkan. Semakin besar
persentase gula yang ditambahkan maka akan dihasilkan cider tea yang memiliki
rasa manis. Semakin banyak starter yang ditambahkan maka cider memiliki aroma
dan rasa yang enak. Pemberian gula dan inokulum saling berkaitan karena semakin
banyak gula pasir yang ditambahkan dan semakin banyak inokulum atau starter maka akan
dihasilkan cider tea yang maksimal.
3. Pemanenan
Pemanenan
dilakukan dengan mengeluarkan cider teh dari inkubator lalu mengamati beberapa
kriteria seperti pH (tingkat keasaman), kadar gula, warna, kadar alkohol, aroma
dan juga rasa. Untuk pengamatan rasa, cider teh harus dipanaskan terlebih
dahulu hingga mendidih untuk menghilangkan efek buruk dari mikroba yang ada di
dalamnya.
5.2 Reaksi Kimia yang
Terjadi dalam Pembentukan Minuman Cider
Pada proses fermentasi penambahan gula berfungsi untuk memperbanyak
alkohol dan CO2 dengan bantuan khamir penghasil alkohol (Sacharomyces cerevisiae atau ragi roti),
kerena fermentasi merupakan proses perombakan gula sederhana menjadi alkohol dan
CO2. Perubahan yang terjadi biasanya dinyatakan dengan reaksi
sebagai berikut:
C6H12O6 Saccharomyces
cerevisiae 2C2H5OH +
2CO2
Gula
alkohol karbon dioksida
Selanjutnya alkohol akan diubah
menjadi asam asetat dalam suasana aerob oleh Axetobacter xilinum.
Reaksi sebagai berikut :
2C2H5OH +
2O2 Axetobacter
xylinum 2CH3COOH + 2H2O
alkohol oksigen asam asetat air
Gula dalam media juga merupakan
faktor utama dalam mempercepat terjadinya fermentasi karena gula dapat juga
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan khamir. Dengan adanya penambahn gula
maka pH yang dihasilkan antara 5.17-5.85 sehingga akan dihasilkan cider tea
yang tidak terlalu asam dan masam. Proses fermentasi yang berlangsung lama akan
berakibat pada kadar alkohol yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Selain gula yang sebagian besar
merupakan padatan cider, khamir sangat memerlukan subtansi yang dinyatakan
dalam keasaman dan abu dalam melakukan proses fermentasi. Pada fermentasi ini
udara tidak dikehendaki karena akan dapat menghasilkan pertumbuhan bakteri yang
tidak dikehendaki yang diikuti dengan menurunnya kadar alkohol.
5.3 Bahas Produk
Fermentasi yang dihasilkan serta Pembandingan dengan Teori yang Ada berdasarkan
Variasi Starter dan Gula
Dari
data pengamatan maka didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Kadar
alkohol
Pada
pengamatan kadar alkohol yang paling banyak yaitu adalah kelompok 3 dari shift
1, kelompok 4 dari shift 2 dan kelompok 2 dari shift 3. Disusul kemudian kelompok 4 dari shift 1,
kelompok 3 dari shift 2 dan kelompok 4 dari shift 3. Lalu kelompok 1 dari shift
1, kelompok 4 dari shift 2 dan kelompok 1 dari shift 3. Dan yang terakhir
(kadar alkohol paling rendah) yaitu pada kelompok 2 dari shift 1, kelompok 2
dari shift 2 dan kelompok 3 dari shift 3.
b. Warna
Pada
pengamatan warna cider teh yang dihasilkan didapatkan hasil bahwa warna cider
yang paling keruh terdapat pada kelompok 2 dari shift 1, kelompok 3 dari shift
2 dan kelompok 1 dari shift 3. Kemudian disusul oleh kelompok 1 dari shift 1,
kelompok 2 dari shift 2 dan kelompok 4 dari shift 3. Lalu kelompok 3 dari shift
1, kelompok 1 dari shift 2 dan kelompok 3 dari shift 3. Dan yang terakhir
(warna cider paling jernih) adalah dari kelompok 4 dari shift 1, kelompok 4
dari shift 2 dan kelompok 2 dari shift 3.
c. Aroma
Pada
pengamatan aroma maka didapatkan aroma cider yang paling menyengat didapatkan
pada kelompok 1 dari shift 1, kelompok 2 dari shift 2 dan kelompok 3 dari shift
3 adalah yang aromanya paling menyengat. Kemudian disusul oleh kelompok 4 dari
shift 1, kelompok 3 dari shift 2 dan kelompok 1 dari shift 3. Lalu kelompok 2
dari shift 1, kelompok 4 dari shift 2, kelompok 2 dari shift 3. Dan aroma yang
paling tidak menyengat adalah dari kelompok 3 dari shift 1, kelompok 1 dari
shift 2 dan kelompok 4 dari shift 3.
d. Rasa
Pada
pengamatan rasa cider kali ini hanya ada 2 kelompok yang cidernya berhasil dan
dapat dicicipi yaitu dari shift 1 kelompok 3 dan shift 3 kelompok 2. Sementara
pada shift 1 selain kelompok 2, semua terkontaminasi kapang atau khamir.
Seperti pada kelompok 2, terkontaminasi oleh Aspergillus flavus yang sangat berbahaya bila dikonsumsi karena
mengandung Aflatoksin. Kemudian pada shift 2 seluruhnya terkontaminasi kapang
dan khamir sehingga tidak dapat dikonsumsi. Dan pada shift 3 seluruh kelompok
kecuali kelompok 2 terjadi kontaminasi kapang dan khamir.
e. Kadar
gula
Pada
pengamatan kadar gula dengan menggunakan refraktometer didapatkan bahwa pada
masing-masing shift berbeda nyata. Kelompok 3 dari shift 1 sebesar 6.3,
kelompok 1 dari shift 2 sebesar 10.1 dan kelompok 4 dari shift 3 sebesar 12
adalah yang kadar gulanya paling tinggi. Sementara pada shift 1 kelompok 1, 2
dan 4 kadar gulanya sebesar 6. Pada shift 2 kelompok 2 sebesar 9.6, kelompok 3
sebesar 10 dan kelompok 4 sebesar 9.3. sementara pada shift 3, kelompok 1
sebesar 11.5, kelompok 2 sebesar 11.9 dan kelompok 3 sebesar 10.7. Maka dapat
dilihat bahwa pada shift 3 kadar gula cider tehnya adalah yang paling besar
dari shift 2 dan 1.
f. pH
(tingkat keasaman)
Dari
data pengamatan didapatkan bahwa semua kelompok pada shift 1 pH cider tehnya 5
sedangkan pada shift yang lainnya bervariasi yaitu pada shift 2 kelompok 1 dan
2 pHnya 4 sementara kelompok 3 dan 4 pHnya 5. Dan pada shift 3 kelompok 1 dan 3
pH cidernya 5 sedangkan kelompok 2 dan 4 pH cidernya 4.
Sementara
variasi penambahan
gula sangat berpengaruh terhadap cider teh yang dihasilkan, dengan semakin
besar konsentrasi gula yang ditambahkan maka kadar gula akan semakin besar, pH
semakin rendah, rasa semakin manis dan aroma yang semakin kuat. Penambahan gula
yang semakin tinggi maka alcohol yang dihasilkan juga akan semakin tinggi.
Konsentrasi gula yang ditambahkan harus disesuaikan dengan jumlah starter yang
digunakan. Konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan
inokulum, karena gula yang berlebih akan menurunkan kadar air atau aw dengan
sifat gula yang akan menyerap air. Penambahan starter yang terlalu tinggi akan
dihasilkan cider
yang semakin asam karena aktivitas
mikroba yang tinggi sehingga pembentukan produk yang cepat dan fermentasi yang
berlebihan produk yang dihasilkan akan terasa asam.
5.4 Pembahasan
Penyimpangan
Pada
praktikum kali ini telah didapatkan hasil sesuai dengan yang ada pada hasil
pengamatan. Adapun penyimpangan yang terjadi yaitu ada pada pH. Seharusnya
seiring penambahan starter berupa Acetobacter
xyllinum yang semakin besar maka pH cider yang didapatkan juga semakin
kecil (suasana asam) karena terbawa oleh asam laktat yang dihasilkan oleh
mikroba tersebut.
Kemudian
pada pengamatan rasa dari hasil pengamatan tidak didapatkan secara pasti. Hal
ini disebabkan oleh cider yang dihasilkan sebagian besar telah terkontaminasi
oleh kapang dan khamir. Oleh karenanya hanya ada beberapa shift saja yang dapat
diamati rasa cidernya. Penyimpangan ini faktor utamanya adalah kekurang
hati-hatian praktikan saat memproduksi cider hingga mengalami kontaminasi.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
- Mikroba yang berperan dalam proses pembuatan cider teh adalah Saccharomyces cereviceae dan Acetobacter xylinum.
- Fungsi dari Saccharomyces cereviceae adalah untuk memecah glukosa yang berasal dari gula menjadi alkohol.
- Fungsi dari Acetobacter xylinum untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat.
- Pembuatan starter untuk memperoleh mikroba sudah berada pada fase logaritmik atau eksponensial pada kondisi ini mikroba dalam masa pertumbuhan sehingga akan lebih cepat menghasilkan biomassa serta produksi yang maksimal.
- Pemberian gula berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi mikroba (inokulum yang akan ditambahkan) dan memberikan sensasi rasa manis tidak hanya asam.
- Semakin besar persentase gula yang ditambahkan maka akan dihasilkan cider tea yang memiliki rasa manis dan semakin banyak starter yang ditambahkan maka cider memiliki aroma dan rasa yang enak.
- Selain gula yang sebagian besar merupakan padatan cider, khamir sangat memerlukan subtansi yang dinyatakan dalam keasaman dan abu dalam melakukan proses fermentasi.
- Pada pengamatan kadar alkohol yang paling banyak yaitu adalah kelompok 3 dari shift 1, kelompok 4 dari shift 2 dan kelompok 2 dari shift 3.
- Pada pengamatan warna cider teh yang dihasilkan didapatkan hasil bahwa warna cider yang paling keruh terdapat pada kelompok 2 dari shift 1, kelompok 3 dari shift 2 dan kelompok 1 dari shift 3.
- Pada pengamatan aroma maka didapatkan aroma cider yang paling menyengat didapatkan pada kelompok 1 dari shift 1, kelompok 2 dari shift 2 dan kelompok 3 dari shift 3 adalah yang aromanya paling menyengat.
- Pada pengamatan rasa cider kali ini hanya ada 2 kelompok yang cidernya berhasil dan dapat dicicipi yaitu dari shift 1 kelompok 3 dan shift 3 kelompok 2.
- Pada pengamatan kadar gula dengan menggunakan refraktometer didapatkan bahwa pada masing-masing shift berbeda nyata yaitu kelompok 3 dari shift 1 sebesar 6.3, kelompok 1 dari shift 2 sebesar 10.1 dan kelompok 4 dari shift 3 sebesar 12 adalah yang kadar gulanya paling tinggi.
- Dari data pengamatan didapatkan bahwa semua kelompok pada shift 1 pH cider tehnya 5 sedangkan pada shift yang lainnya bervariasi yaitu pada shift 2 kelompok 1 dan 2 pHnya 4 sementara kelompok 3 dan 4 pHnya 5.
- Konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan inokulum, karena gula yang berlebih akan menurunkan kadar air atau aw dengan sifat gula yang akan menyerap air.
6.1 Saran
Ada
baiknya bila peralatan laboratorim seperti spatula dan penangas lebih
dilengkapi lagi agar praktikum berjalan lebih efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011.
Petunjuk Praktikum Teknologi Fermentasi. Jember : FTP-UNEJ.
Aditiwan, Produksi dan Kusnadi. 2005. Kultur Campuran dan Kebutuhan
Lingkungan Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi “Tea Cider”.
www.ip.itb.ac.id
Ansori,
dkk. 1987. Teknologi Fermentasi : Penuntun Praktikum. Bogor :
TPG-FAPERTA-IPB.
Astawan, M & M.W.Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Bahan Pangan Tepat Guna. Jakarta : Ak.
Presindo
Budiyanto, Agus Krisno. 2002 . Malang. Universitas
Muhammadiyah.
Endang,
Gumbira S.. 1987. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
Franzier
W.C and D.C. Westhaff. 1997. Food Microbiology. Tata Mc-Coraw Hill
Publishing Company Sarana Perkasa.
Meta.
2011. Arsip untuk Teknologi Pengolahan
Hasil. http://mencholeo.wordpress.com/category/teknologi-pengolahan-hasil/ ( diakses tanggal 15 November 2011)
Timur, T dan U.Permadi. 1993. Manfaat dri tanaman perkebunan. Sidoarjo : Sinar Ilmu
Srikandi, F. 1985. Mikrobiologi
Pangan Penuntun Praktik Laboratorium. Bogor : ITB
Winarno, F. G.
1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumsi. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.