Monday, November 30, 2015

LAPORAN KELOMPOK ACARA PEMBUATAN TAPE “PRAKTIKUM PRINSIP TEKNOLOGI FERMENTASI”



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan pangan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan pangan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu contohnya tape. Tape adalah produk fermentasi yang berbentuk pasta atau kompak, tergantung dari jenis bahan bakunya.
Tape dapat dibuat dari berbagai bahan yang mengandung karbohidrat, seperti singkong, beras, beras ketan. Pembuatannya melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroba. Mikroba yang digunakan adalah dari jenis khamir. Mikroba jenis kapang dan bakteri sebenarnya bisa digunakan untuk pembuatan tape namun yang umum digunakan oleh masyarakat adalah jenis khamir. Khamir yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.
Kualitas tape dari masing-masing produsen dapat berbeda tergantung pada jenis ragi yang digunakan. Selain itu juga kualitas tape sangat tergantung pada kondisi lingkungan (suhu, kondisi anaerob), jenis ubi kayu/beras ketan, dan lama fermentasi. Ragi tape yang sering dijumpai di pasar merupakan adonan khusus yang dibuat dengan mencampurkan biakan khamir, tepung beras dan berbagai macam bumbu (kayu manis, bawang putih, laos, jahe). Bumbu ini dapat bersifat antimikroba (mampu mengurangi jumlah mikroba non khamir), sumber nutrien, dan pembentuk rasa dan aroma pada produk tape.
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan tape dengan menggunakan bahan ubi kayu/singkong kuning, beras, beras ketan hitam, dan beras ketan putih. Dengan menggunakan metode pembuatan tape yang biasa dilakukan, serta memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dan citarasa tape tyang dihasilkan. Sehingga kita dapat mengetahui proses pembuatan dan hasil yang diperoleh disertai dengan landasan teori yang bersangkutan dalam proses pembuatan tape tersebut.
1.2 Tujuan
  1. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan tape
2.      Mahasiswa mampu membuat tape dengan berbagai bahan baku
3.      Mahasiswa mengetahui cara pembuatan ragi sendiri dan perbedaan menggunakan ragi sendiri dan ragi pasar pada produk tape yang diinginkan


II. TINJAUAN PUSTAKA
Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dimana terjadi suatu perombakan bahan – bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula dengan bantuan suatu organisme yang disebut ragi atau khamir ( Suriasih, 2001 ).
Menurut Tarigan (1998), tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan baku yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya. Tape sebagai hasil fermentasi menghasilkan alkohol dan gula.
Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung  alkohol.  Selama  fermentasi,  tape  mengalami  perubahan-perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada dasarnya semua bahan pangan yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi tape. Berdasarkan bahan bakunya, dikenal berbagai jenis tape yaitu tape ketan, tape singkong, tape beras, tape sorgum, tape pisang, tape ubi jalar dan tape sukun, akan tetapi dewasa ini yang paling populer adalah tape singkong dan tape ketan (Buckle , 1988).
Tape mempunyai rasa yang spesifik yaitu manis, alkoholis dan kadang-kadang asam. Hal ini karena terjadi perubahan pada bahan dasar menjadi tape. Mula-mula pati yang ada dalam bahan dipecah oleh enzim menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana. Gula-gula yang terbentuk selanjutnya dihidrolisis menjadi alkohol, pada fermentasi lebih lanjut alkohol dioksidasi menjadi asan-asam organik antara lain asam asetat, asam suksinat dan asam malat. Asam-asam organik dan alkohol membentuk ester yang merupakan komponen cita rasa (Srimaryati, 1978).
Rasa masam disebabkan pati yang diubah oleh enzim amilase menjadi gula (sukrosa). Enzim invertase mengubahnya lagi menjadi glukosa. Hasilnya berupa alkohol. Jika proses fermentasi terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam asetat sehingga dapat menghasilkan tape yang terasa masam. Proses fermentasi yang terlalu lama dapat menghasilkan air tape yang cukup banyak. Rasa manis pada tape akan berkurang. Dalam proses fermentasi, glukosa enzim glikolisin akan pecah dan menghasilkan karbondioksida, air, serta energi. Energi diperlukan oleh enzim amilase, intervertase dalam hal proses fermentasi (Dwi S., 2009).

Tabel 1. Komposisi Gizi Tape Singkong, Tape Ketan Putih, dan Tape Ketan Hitam dalam 100 gram
Zat Gizi
Tape
Singkong
Tape Ketan Putih
Tape Ketan Hitam
Energi (Kkal)
173
172
166
Protein (G)
0,5
3,0
3,8
Lemak (G)
0,1
0,5
1,0
Karbohidrat (G)
42,5
37,5
34,4
Kalsium (MG)
30
6
8,0
Fosfor (MG)
30
35
106
Besi (MG)
0
0,5
1,6
Vitamin B1 (MG)
0,07
0,04
0,02
Air (G)
56,1
58,9
50,2
Sumber: Direktotar Gizi, Depkes RI (992)

Pati yang terkandung dalam beras terdiri dari amilosa dan amilopektin yang berbeda. Sedangkan pada beras ketan kandungannya 90% berupa pati dan selebihnya merupakan amilosa 2% dan amilopektin 88,89%, maka dapat dikatakan bahwa amilosa hampir tidak ada dalam beras ketan. Beras ketan dan beras biasa mempunyai kandungan amilosa dan amilopektin yang berbeda. Butiran pati pada umumnya mengandung 15-30% amilosa dan 10-85 amilopektin, khususnya yang dinamakan varietas waxy atau glutinous dari beberapa bahan berpati hampir sepenuhnya disusun oleh amilopektin. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidis. Pati penyusun beras ketan terdiri dari amilopektin termasuk polimer glukosa yang memiliki banya percabangan yang disusun oleh rantai-rantai lurus yang terdiri dari 20-30 unit glukosa dengan ikatan α1,4-glikosidis pada atom C nomor 2 dan 3. Sedangkan pada ubi kayu kandungan karbohidrat antara 30-60%. Pati yang terkandung dalam ubi kayu adalah amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa adalah 17-20%, sedangkan kandungan amilopektinnya adalah 80-83%. Semakin tua ubi kayu kandungan patinya semakin tinggi (Syarief, 1988).
Menurut Desrosier (1987), fermentasi adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan aerob sebagian dan merupakan suatu kegiatan penguraian bahan-bahan karbohidrat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah sebagai berikut : 
a.    pH
Mikroba  tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.
b.    Suhu 
Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.
c.    Oksigen
Derajat an aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian fermentasi. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum. 
d.   Substrat
Mikroba memerlukan substrat yang  mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhannya.
 Tape dapat dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembuatan tape antara lain, banyaknya ragi yang diberikan, jenis singkong, serta suhu dan tempat penyimpanan (Artie, 2009).
Menurut Astawan (2004), proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
• Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
• Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
• Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
• Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang memberi cita rasa pada tape.
Kata ”ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain.  Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus  Aspergillus, genus  Saccharomyces, genus  Candida, genus Hansenula, sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak ketinggalan. Genus tersebut  hidup  bersama  secara  sinergetik.  Aspergillus  dapat  menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1990).
Menurut Astawan  (2004), ragi  tape merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape. Ragi  tape terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 2-3 cm. Mikroba yang terdapat di dalam ragi  tape dapat  dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu kapang amilolitik, khamir amilolitik,  khamir nonamilolitik, bakteri asam laktat dan bakteri amilolitik.  

Tabel 2. Peranan Mikroba dalam Ragi Tape

Jenis Mikroba
Fungsi
Kapang Amilolitik
- Mucor
Penghasil sakarida & cairan
- Rhizopus
Penghasil sakarida & cairan
- Amilomyces
Penghasil sedikit sakarida & cairan
Khamir Amilolitik
- Endomycopsis
Penghasil sakarida & bau yang lemah
Khamir NonAmilolitik
- Saccharomyces
Penghasil Alkohol
- Hansenula
Penghasil aroma yang menyegarkan
- Endomycopsis
Penghasil bau yang khas
- Candida
Penghasil bau yang khas
Bakteri Asam Laktat
- Pediococcus
Penghasil asam laktat
Bakteri Amilolitik
- Bacillus
Penghasil sakarida
Sumber: Saono (1982)

Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti. Dwidjoseputro & Wolf (1970) merupakan salah satu peneliti pertama yang berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tape dan berhasil mengidentifikasi dua spesies khamir yaitu Candida lactosa dan Pichia malanga. Djien (1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang Chlamydomucor oryzae, lima spesies dari genus Mucor dan satu spesies Rhizopus, serta khamir Pichia burtonii dan Endomycopsis fibuliger dari ragi tape. Chlamydomucor oryzae merupakan sinonim dari Amylomyces rouxii, dan nama terakhir tersebut merupakan nama yang sekarang digunakan (Ellis et al. 1976), Endomycopsis fibuliger dan Candida lactosa merupakan sinonim dari Saccharomycopsis fibuligera (Barnett et al. 2000), sedangkan Pichia malanga merupakan sinonim Saccharomycopsis malanga (Barnett et al. 2000). Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi tape selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis dan Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. (Gandjar 2003). (Artie, 2009)




III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
            - Kayu manis                                       - Ketan putih
            - Tepung beras                                     - Beras
            - Ubi kayu/singkong kuning                - Ragi tape                  
            - Ketan hitam                                      - Aquadest steril
3.1.2 Alat
            - Daun pisang                                      - Kompor
            - Panci/dandang                                  - Timbangan
            - Autoklaf                                           - Wadah Plastik                                                          
            - Tabung reaksi                                    - Oven
- Baki                                                  - Spatula

3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan  ragi
 

  




Keterangan:

 Jenis bahan baku :

Kelompok       1 : singkong kuning
Kelompok       2 : ketan hitam
Kelompok       3 : ketan putih
Kelompok       4 : beras

Lama Inkubasi :
Golongan I      : 2 Hari
Golongan II    : 3 Hari
Golongan III   : 4 Hari




IV. PEMBAHASAN

Tape merupakan suatu produk fermentasi tradisional dari bahan-bahan sumber pati, seperti ubi kayu atau ketan dengan melibatkan ragi didalam proses pembuatnnya (Anonim, 2010). Sedangkan pendapat lain tape adalah makanan hasil fermentasi yang dlakukan oleh mikroorganisme yaitu kapang dan khamir (Astawan dan Wahyuni, 1991) Tape adalah bahan makanan yang dihasilkan dengan cara fermentasi oleh kapang dan khamir denan menggunakan bahan mentah berupa singkong atau ketan. Tape yang dibuat dari beras ketan disebut sebagai tape ketan dan yang dibuat dari ubi kayu disebut sebagai tape ketela. Fermentasi pada tape sering memanfaatkan mikroba Saccaromyces cerevisiae yang biasa dijual di pasar dalam bentuk ragi bercampur tepung beras.
Pada praktikum fermentasi tape digunakan ragi sendiri dan ragi pasar. Ragi tape yang sering di jumpai di pasar merupakan adonan khusus yang dibuat dengan mencampurkan biakan khamir, tepung beras dan berbagai macam bumbu seperti kayu manis, bawang putih, laos, dan jahe. Bumbu-bumbu yang ditambahkan tersebut bersifat anti mikroba (mampu mengurangi jumlah mikroba non khamir), sumber nutrient, dan pembentuk rasa serta aroma pada produk tape (Anonim,2010).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan starter terlebih dahulu untuk  menyiapkan ragi yang akan digunakan pada tahap produksi tape atau ragi sendiri. Perlakuan pada tahap starter ini yaitu pembuatan adonan sebagai ragi sendiri. pertama yaitu 1,25 gram kayu manis ditambahkan 23,75 gram tepung beras kemudian disterilisasi selama 10 menit untuk membunuh mikroba-mikroba patogen yang ada dalam bahan agar menghasilkan ragi yang bermutu baik kemudian di dinginkan. Penggunaan kayu manis (Cinnanommn burmani) disini untuk memberikan rasa manis dan mampu mencegah germinasi bakteri yang tidak diinginkan karena pada kayu manis ini terdapat aldehit sinamat yang aktif melawan bakteri dan senyawa eugenol aktif. Untuk bahan adonan kedua yaitu 1,25 gram ragi pasar ditambahkan 5 ml Aquadest steril lalu diambil 6 ml sampai 7 ml (tergantung adonan) dan dicampurkan ke dalam adonan pertama tadi yang telah dingin. Setelah adonan tadi tercampur merata, dibuat bulatan pipih seperti ragi tape yang umum ada di pasaran. Pembulatan adonan ini harus benar-benar pipih dan padat. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu kamar selama 2 hari untuk mengoptimalkan pertumbuhan khamir Saccaromyces cerevisiae. Adonan ragi tape yang di buat harus benar-benar kering karena kalau basah akan mempengaruhi proses fermentasi tape, dan bisa memicu pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan atau patogen sehingga tape yang dihasilkan buruk atau tidak jadi. Pada intinya perlakuan starter ini di buat untuk membuat ragi tape sendiri yang akan dicampurkan pada bahan saat proses produksi tape yang kemudian akan dibandingkan dengan tape yang di campur dengan ragi pasar.
Pada tahap produksi tape, menggunakan beberapa bahan untuk membuat tape yaitu singkong kuning, ketan hitam, ketan putih, dan beras. Sebelumnya untuk bahan beras, ketan hitam dan ketan putih direndam terlebih dahulu selama 4 jam. Perendaman ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang ada pada beras dan ketan karena kotoran-kotoran tersebut dapat larut dalam air dan juga berfungsi untuk menambah masa ketan atau beras tidak terlalu keras untuk memudahkan proses selanjutnya. Untuk bahan singkong kuning atau ubi kayu, cukup dipotong dan dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan zat racun yang ada di dalamnya. Setelah itu, bahan-bahan tersebut dikukus sampai masak. Maksud pengukusan ini untuk lebih melunakkan jaringan pada bahan sehingga inokulumnya dapat dengan mudah merombak zat yang lebih kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana atau memudahkan proses fermentasi. Kemudian bahan didinginkan dan ditambahkan 5 gram starter dan di aduk rata. Dalam penambahan ragi ini, bahan dari tiap-tiap kelompok dibagai menjadi dua bagian masing-masing 100 gram untuk ditambahkan ragi yang berbeda yaitu ragi sendiri, ragi yang kita buat pada tahap starter dan ragi pasar. Setelah itu, bahan dimasukkan ke dalam wadah dan dibungkus daun untuk menciptakan kondisi anaerobiknya. Pembungkusan dengan daun pisang dapat menciptakan aroma yang khas pada tape yang dihasilkan karena zat-zat alami yang terkandung dalam daun pisang tersebut. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 3 hari pada suhu kamar untuk menciptakan kondisi yang optimal pada pertumbuhan mikroorganisme penggeraknya ( inokulum).
Pada proses pembuatan tape, terdapat reaksi fermentasi yang terdiri dari tiga tahapan yaitu :
  1. Pati      Aspergillus sp.  C6H12O6 gula- gula sederhana ( glukosa )
  2. C6H12O6 (Glukosa) Saccaromyces cerevisiae C2H5OH (alkohol) + CO2 + E ( panas)
  3. C2H5OH  (alkohol)  Acetobacter Acetti       CH3COOH + H2O
Berdasarkan reaksi tersebut inokulum yang digunakan sebagai ragi tidak hanya terkandung Saccaromyces cerevisiae tetapi juga mikroorganisme-mikroorganisme lain seperti kapang dan bakteri yang tentunya ikut membantu dalam proses fermentasi ini. Tape yang diperoleh dari proses fermentasi ini akan mempunyai rasa manis dan asam. Rasa manis diperolah dari pemecahan karbohidrat atau pati menjadi glukosa dengan bantuan Aspergillus sp. Rasa asam diperoleh dari pemecahan glukosa menjadi alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya jika fermentasi berjalan terus alkohol akan diubah menjadi asam asetat dan air oleh Axetobacter aceti. 
Konsumen lebih menyukai tape dengan kandungan air sedikit, mempunyai rasa manis, sedikit asam dan sedikit mengandung alkohol. Tape yang terlalu asam tidak disukai oleh konsumen. Oleh karena itu kualitas atau mutu tape yang diperoleh dipengaruhi oleh jenis bahan baku, Semakin besar kandungan pati (terutama amlopektin) pada bahan semakin banyak glukosa yang terbentuk maka akan semakin manis tape, bila proses fermentasi berlangsung terus akan dihasilkan alkohol yang banyak juga jika fermentasi berlangsung terus maka akan terbentuk asam cuka yang tinggi pula, ragi yang di tambahkan, takaran ragi yang ditambahkan harus sesuai dengan bahan yang akan digunakan. Selain itu, pengaruh-pengaruh eksternal seperti suhu fermentasi, Suhu pada proses fermentasi yaitu pada suhu ruang jika diinkubasi pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi maka akan mempengaruhi aktivitas mikroba pada ragi dalam pemecahan pati.  kondisi anaerob pada proses fermentasi tape tidak membutuhkan oksigen sehingga dalam proses fermentasi diusahakan tidak ada oksigen yaitu dengan ditutup dalam wadah yang rapat dimana tidak ada sirkulasi udara.  dan lama fermentasi (inkubasi) juga perlu diperhatikan. Lama fermentasi, jika bahan mempunyai tekstur yang  keras maka mikroba akan lebih sulit untuk memecahnya atau mendegradasi pati sehingga akan membutuhkan waktu fermentasi yang lebih lama.
Berdasarkan hasil pengamatan antara golongan satu golongan dua dan golongan 3 terdapat jenis perbedaan dalam masa inkubasi yaitu inkubasi selama 2 hari 3 hari dan 4 hari. Paramater pengamatan yang di lakukan adalah tekstur, warna, bau (alkohol dan keharuman) dan rasa (kemanisan keasaman).
Tekstur, pada singkong kuning dengan ragi sendiri tekstur lebih baik yaitu lebih lunak dari pada menggunkan ragi pasar. Pada ketan hitam dengan ragi pasar akan lebih lunak daripada menggunakan ragi sendiri. Pada ketan putih dengan ragi sendiri akan lebih lunak daripada menggunakan ragi pasar. Pada beras dengan ragi sendiri tekstur juga lebih lunak daripada dengan ragi pasar. Ragi pasar akan diperoleh tekstur yang lebih baik dari pada ragi sendiri, karena pada ragi pasar merupakan kumpulan dari bermacam-macam mikroba yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam proses fermentasi. sedangkan pada ragi sendiri yang diperoleh atau dibuat kemungkinan besar ada sebagian mikroba yang mati atau tidak tumbuh saat pembuatan ragi sehingga ada mikroba yang berfungsi dalam proses fermentasi tertentu tapi karena tidak ada maka ada salah satu proses yang tidak berlangsung sehingga akan mempengaruhi  tape yang dihasilkan. Tekstur sangat dipengaruhi oleh kandungan alkohol yang dihasilkan dari perombakan glukosa yang ada pada masing-masing bahan. Kandungan pati (amilosa) pada bahan juga mempengaruhi tekstur yang dihasilkan. Beras dan ketan putih memiliki kandungan pati yang lebih sedikit daripada singkong sehingga pendegradasian patinya cukup singkat dan lebih optimal daripada tape singkong.
Warna, secara keseluruhan warna pada singkong kuning, ketan hitam, ketan putih dan beras lebih baik pada penggunaan ragi pasar dari pada ragi sendiri. Karena pada ragi pasar terjadi proses fermentasi yang sempurna sehingga akan mengubah komponen-komponen yang ada pada bahan begitu juga dengan pembentukan warna pada tape yang dihasilkan dari psoses fermentasi.
Bau yang meliputi alkohol dan keharuman, alkohol pada singkong kuning, ketan hitam, ketan putih dan beras dengan menggunakan ragi pasar alkohol yang diperoleh lebih tinggi dari pada menggunakan ragi sendiri. Keharuman pada singkong kuning, ketan hitam, ketan putih dan beras dengan ragi pasar akan diperoleh  tape yang lebih harum dari pada tape yang menggunakan ragi sendiri. Perbedaan alkohol dan keharuman juga dipengaruhi oleh berlangsungnya proses fermentasi yang sempurna atau kurang sempurna. Jika fermentasi yang kurang sempurna maka alkohol dan keharuman akan rendah atau  terbentuk sedikit.
Rasa yang meliputi kemanisan dan keasaman, kemanisan pada singkong kuning, ketan hitam, ketan putih dan beras menpunyai tingkat kemanisan yang lebih tinggi dengan menggunakan ragi pasar, sedangkan bila menggunakan ragi sendiri tape yang diperoleh tidak terlalu manis. Keasaman pada singkong kuning, ketan hitam, ketan putih dan beras lebih tinggi dengan menggunakan ragi sendiri sedangkan pada ragi pasar tidak terlalu asam.



VI. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan pada praktikum kali ini di peroleh beberapa kesimpulan antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Tape merupakan suatu produk fermentasi tradisional dari bahan-bahan sumber pati, seperti ubi kayu atau ketan dengan melibatkan ragi didalam proses pembuatnnya, sehingga dihasilkan rasa manis, sedikit alkohol dan sedikit asam.
  2. Faktor yang mempengaruhi kualitas tape, yaitu jenis bahan, jenis ragi, lama fermentasi dan kondisi anaerob.
  3. Proses fermentasi tape membutuhkan kondisi anaerob sehingga ditempatkan pasa wadah yang tertutup rapat.
  4. Jenis ragi dengan beragam populasi (mikroorganisme fermentatif) yang terdapat dalam ragi maka proses fermentasi akan semakin sempurna, seperti ragi pasar akan diperoleh tape yang lebih baik daripada menggunakan ragi sendiri.
  5. Tape terbaik di buat dari bahan pada ketan putih, ketan hitam, beras dan singkong kuning.
  6. Pengamatan parameter sebagai berikut :
§  Tekstur : ragi pasar akan mempunyai tekstur yang labih baik yaitu lebih lunak daripada ragi sendiri.
§  Warna : ragi pasar akan mempunyai warna yang lebih baik dari pada ragi sendiri.
§  Bau : alkohol dan keharuman akan lebih baik dengan menggunakan ragi pasar dibandingkan ragi sendiri.
§  Rasa : dengan menggunakan ragi pasar akan diperoleh tape yang lebih manis dari pada ragi sendiri dan pada tingkat keasaman lebih baik menggunakan ragi sendiri.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Petunjuk Praktikum Teknologi Fermentasi. Jember: FTP UNEJ.
Artie, Indri. 2009. Laporan Praktikum Sains Sekolah Uji.  http://allaboutartie.blogspot.com/2009/06/laporan-praktikum-sains-sekolah-uji.html (diakses tanggal 27 Oktober 2010)
Astawan, M & M.W.Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Bahan Pangan Tepat Guna. Jakarta : Ak. Presindo.
Buckle, Edward, dan Fleed, Watton. 1988. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press.
Desrosier, N.W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang
Dwi S., Bambang. 2009. Manfaat Tape Singkong. http://bambangdwisuharmoko.blogspot.com/2009/05/tape-singkong-sarat-manfaat.html (diakses tanggal 27 Oktober 2010)
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta : PT Mediyatama Sarana Perkasa
Suriasih, Ketut. 2001. Pengaruh Subtitusi Starter Yoghurt dengan Cairan Tape Ketan Terhadap Karakteristik Yoghurt yang Dihasilkan. Vol. 1. No.1 ( 30 Januari 2010 ).
Srimaryati. 1978. Pembuatan Ragi Beras dengan Bumbu-bumbu Tunggal Tanpa Starter dan Tanpa Alas Merang. Yogyakarta : UGM
Tarigan,  Jeneng.  1988.  Pengantar  Mikrobiologi.  Jakarta: Departemen  Pendidikan  dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...