Monday, November 30, 2015

LAPORAN KELOMPOK ACARA PEMBUATAN YOGHURT "PRAKTIKUM PRINSIP TEKNOLOGI FERMENTASI"


BAB 1 . PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang
Banyak cara yang dilakukan untuk mengawetkan makanan, salah satunya dengan pembuatan yogurt dimana yogurt berasal dari susu sehingga memperpanjang masa sinpan susu dan bermanfaat bagi tubuh manusia. Salah satu cara pengolahan dan pengawetan susu yang tertua di dunia adalah metode pengasaman susu.  Pengasaman susu dilakukan melalui proses fermentasi, susu yang difermentasi menggunakan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococccus thermophillus sehingga menghasilkan bentuk yang konsisten, padat menyerupai pudding. Menurut Fardiaz (1992), bakteri Streptococccus  ini bersifat homofermentatif, dan beberapa spesies memproduksi asam laktat secara cepat pada kondisi anaeorbik, oleh karena itu sering digunakan dalam pengawetan makanan, terutama untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan pembentuk racun.  Begitu juga bakteri Lactobacillus bulgaricus juga tergolong dalam spesies bakteri homofermentatif.
Pudding tersebut biasanya disebut dengan yoghurt.  Konsumsi yoghurt memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia, misalnya bagi orang yang menderita Lactose intolerance yaitu, orang yang tidak tahan terhadap gula susu atau laktosa.  Karena dalam pembuatan yoghurt bakteri-bakteri yang ada dapat menurunkan seperempat kadar gula susu yang ada.  Selain itu, fungsi yoghurt bagi tubuh manusia untuk memperbaikai mikroflora usus.  Bakteri-bakteri yoghurt yang masuk dalam usus akan menyelimuti dinding usus sehingga kondisi dinding usus menjadi asam.
Prinsip dasar pembuatan yoghurt adalah memfermentasikan susu dengan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococccus thermophillus.  Fungsi biakan antara lain sebagai starter. Ada berbagi faktor yang mempengaruhi pembuatan yogurt salah satunya konsentrasi penambahan starter pada produksi yogurt (Anonim, 2008).
Mengingat begitu besar manfaat dari yogurt ini, acara pembuatan yogurt pada praktikum teknologi fermentasi penting untuk dilakukan. Sehingga kita sebagai mahasiswa teknologi pertanian tidak hanya tahu akan produk-produk fermentasi yang ada dipasaran. Namun juga mampu membuat produk fermentasi dari susu(yogurt) dengan mempelajari perlakuan yang tepat, faktor yang mempengaruhi, dan reaksi-reaksi yang terjadi selama fermentasi susu. Sehingga nantinya dapat lebih bersaing didunia nyata.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini antara lain sebagai berikut :

1. Agar mahsiswa mengetahui cara pembuatan yogurt
2. Agar mahasiswa mengetahui produk terbaik dengan konsentrasi penambahan starter atau biakan pada pembuatan yogurt
3. Agar mahasiswa mengetahui produk terbaik dengan lama inkubasi starter yang tepat pada pembuatan yogurt.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

 Kata  “Yoghurt” berasal dari bahasa Turki yan berarti susu asam. Yoghurt adalah susu hasil pemeraman yang mempunyai cita rasa spesifik sebagai hasilnya. Yoghut juga bisa berarti bahan pangan yang berasl dari susu sapi dengan bentuk seperti bubur atau es karena dibuat dengan menambahkan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Yoghurt merupakan sejenis produk susu yang diperoleh dari fermentasi asam laktat melalui aktivitas bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dimana mikroorganisme dalam produk akhirnya harus hidup aktif dan berlimpah.
Pada dasarnya dapat dibedakan 3 jenis yoghurt ditinjau dari karakteristik struktur fisiknya,yaitu:
 l.         Firm yoghurt:
Yoghurt dengan konsistensi gel padat yang dikemas sehingga untuk mengonsumsinya   harus menggunakan sendok
2.         Stirred yoghurt
Pada saat proses dilakukan pengadukan sehingga gel pecah dan kemudian didinginkan dan dikemas setelah terjadi penggumpalan kembali. Selama dalam kemasan akan terjadi peningkatan viskositas dan produk mempunyai tekstur yang cukup padat. Biasanya ditambahkan bahan pengental.
3.         Drinking yoghurt
Hampir sama dengan Stirred yogurt tetapi produk telah dihomogenisasi sehingga konsistensi menjadi encer, selanjutnya dikemas. Pada yoghurt jenis ini tidak ditambahkan bahan pengental tetapi ditambahkan stabiliser.

                    Sedangkan berdasarkan proses pembuatannya, yoghurt dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.                  Set yoghurt adalah yoghurt yang diinkubasi dengan kultur dalam kemasan-kemasan kecil siap jual sehingga gel atau koagulan yang terbentuk berasal dari aktivitas kultur starter itu sendiri.
2.                  Stirred yoghurt adalah yoghurt yang difermentasikan dengan kultur pada wadah besar. Koagulum yang terbentuk kemudian dipecah (diaduk) agar produk mudah dialirkan dalam kemasan-kemasan kecil. Gel atau koagulum yang terbentuk dalam kemasan kecil bukan merupakan hasil aktivitas kultur starter tapi karena penambahan stabilizer seperti gelatin(Helferich, W.dan D. Westhoff, 1980).
Khasiat dari yogurt ini boleh dibilang sangat banyak, mulai dari merawat kulit, menetralkan racun, mengurangi sulit tidur (insomnia), serta mencegah diare. Selain itu, yogurt pun dipercaya mampu menambah kebugaran, mencegah kanker, radang paru-paru, dan memperkuat jantung. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan di Long Island Jewish Medical Centar, New York, menemukan bahwa infeksi bakteri yeast bisa diatasi dengan mengkonsumsi yogurt. Infeksi bakteri yeast yang dimaksud adalah keputihan. Dalam jumlah terbatas bakteri ini tidak menimbulkan gangguan, tetapi, jika berkembang biak tak terkendali maka dapat menyebabkan keputihan. Di dalam yogurt mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus, yaitu jenis bakteri baik yang dapat mengontrol bakteri yeast ini. Menurut Dr. Elieen Hilton, ahli penyakit karena yeast, dengan mengkonsumsi segelas yogurt sehari, maka dapat mencegah penyakit tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Tennessee Amerika Serikat menyatakan bahwa mengonsumsi yogurt bisa menurunkan berat badan. Kata para peneliti itu, bila orang dewasa yang kelebihan berat badan mengonsumsi tiga sajian yogurt bebas lemak sehari, mengurangi 22 persen berat badannya dan 61 persen lemak tubuh dibanding mereka yang mengurangi asupan kalori. Orang yang biasa memakan yogurt secara teratur juga akan kehilangan hingga 81 persen lemak di perutnya dibanding orang yang tak mengonsumsi yogurt. Yogurt pun dianjurkan untuk dikonsumsi, karena kaya akan protein dan mengandung kalsium yang tinggi. Seorang pakar diet, Seema Talreja, menyarankan agar orang yang sedang diet mengonsumsi yogurt. 'Sebab, yogurt mengandung bakteri asam laktat yang bagus untuk membersihkan pencernaan dan membantu menghilangkan racun.
Bila di nilai dari kandungan gizi, yogurt tidaklah kalah dengan kandungan susu pada umumnya. Hal ini karena bahan dasar yogurt adalah susu bahkan ada beberapa kelebihan yogurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
1.  Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (Lactose Intolerace yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi pembuatan yogurt,
2.  Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yogurt mengandung Laktobasilus yang berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging.
Dapat juga meningkatkan daya tubuh karena yogurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu.
Yoghurt dengan manfaat yang baik untuk kesehatan sering dihubungkan dengan istilah pangan fungsional dan konsep probiotik. Pangan fungsional adalah produk-produk pangan yang secara nutrisi telah dimodifikasi dan secara terbuka (dalam labelnya) diklaim atau diberikan informasi tentang khasiat produk tersebut untuk kesehatan tertentu. Konsep probiotik adalah suatu produk yang didalamnya dimasukkan bakteri yang menguntungkan bagi tubuh sehingga dapat menimbulkan efek kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Adul, 2009).

Adapun alasan digunakannya yoghurt dihubungkan dengan pangan fungsional dan probiotik antara lain:
1.                  Kerja asam laktat yang memfermentasi susu (laktosa) sehingga dihasilkan yoghurt mampu meningkatkan kandungan gizi, terutama vitamin B kompleks, asam folat, asam patotenat dan biotin. Zat gizi ini berperan dalam membantu meningkatkan kesehatan sistem reproduksi, kekebalan tubuh dan fungsi kesehatan lainnya.
2.                  Yoghurt akan menurunkan seperempat kadar gula susu yang ada, dimana orang yang tidak tahan terhadap laktosa yang ditandai dengan diare atau lactose intoleranse akan aman mengkonsumsi yoghurt.
3.                  Bakteri asam laktat dalam yoghurt mampu mencegah terjadinya keracunan kronis alami akibat serangan radikal bebas yaitu menghambat terjadinya proses penuan dini sehingga peminum yang rutin akan tamoak awet muda.
Sering meminum yoghurt secara rutin akan terjadi penumpukan jumlah bakteri asam laktat dalam usus sehingga dapat mencegah ancaman serangan tumor atau kanker terutama kanker usus halus serta akan membuat buang air lancar dan tidak mengalami sembelit saat buang air besar (Davis, 1975). 

Dalam yogurt terdapat lactosa, protein, dan lemak, Lactobacillus bulgaricus bekerja untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino dan peptida, dimana asam amino dan peptida merupakan makanan atau nutrisi bagi Streptococcus thermophilus yang dapat menghidrolisis laktosa menjadi asam piruvat, asam laktat, asam asetat, etanol, asetaldehid,C02,energi dan panas dengan adanya hasil akhir ini maka protein dapat dihidrolisis oleh Lactobacillus bulgaricus menjadi asam amino dan peptida yang mudah dicerna oleh tubuh. Sehingga dapat diketahui bahwa antara Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus memiliki hubungan yang saling menguntungkan.
Dalam tubuh yang normal, Lactosa dalam susu diserap dengan cepat setelah dipecah oleh enzim lactase di usus kecil. Tetapi bagi penderita Lactose Intolerance, lactosa bergerak langsung tanpa tercerna masuk dalam usus besar, di usus besar terdapat bakteri yang memecah lactosa dalam jumlah yang besar pada saat bersamaan. Kondisi pemecahan yang cepat tersebut mengakibatkan terciptanya penumpukan gas karbondioksida dalam jumlah besar serta asam laktat. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya diare dan kram perut(Winarno, 2003).
Karakteristik cita rasa yoghurt dibawa atau ditimbulkan oleh bahan-bahan pembentuk aroma yang disintesa pada pH 5 dan akan berkurang pada pH 4,4-4,8 serta akan menurun secara nyata pada pH 4.  Penyimpanan lama pada suhu rendah akan melepaskan sebagian besar komponen penting pembentuk aroma. Komponen pembentuk aroma antara lain asetaldehida, aseton, etanol, butan-2-nol, diasetil, etil asetat, asam laktat dan asam asetat. Untuk menghasilkan yoghurt dengan bentuk dan flavour yang baik perlu diperhatikan perbandingan kedua biakan bakteri antara lactobacillus bulgaricus dengan Streptococcus thermophillus yaitu dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 : 3. Secara umum yoghurt mempunyai karakteristik, antara lain :
v    pH berkisar antara 4-6
v    Warna putih kekuning-kuningan, tekstur lunak dan halus
v    Beraroma dan flavour khas, kelarutan rendah, konsitensi tinggi
v    Kenampakan menyerupai gumpalan-gumpalan dan tidak berbusa
v    Mempunyai rasa asam, sedikit sepat tanpa rasa kasar(Suliantari, 1990).
Yoghurt yang siap disantap umumnya lebih encer dan homogen serta mempunyai aroma yang bervariasi. Untuk mengurangi rasa asam pada yoghurt polos ditambahkan madu atau sirup. Berikut kandungan gizi yoghurt dalam tiap 100 gr  yoghurt :
Kandungan gizi
Proporsi
Kalori
52 Kal
Protein
3,3 gr
Lemak
2,5 gr
Karbohidrat
4 gr
Kalsium
120 mg
Fosfor
90 mg
Zat besi
0,10 mg
Vitamin A
73,0 SI
Vitamin B1
0,05 mg
Air
88,0 mg
      Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)



BAB 3.  METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1       Alat dan Bahan
3.1.1    Alat
Penangas
Baskom
Termometer
Aluminuium foil
Pipet ukur
Inkubator
Gelas beaker
Gelas air mineral 200 cc
Alat pengepres
Platik penutup
Spatula
Gelas ukur
Bunsen
Jarum ose

3.1.2    Bahan
Susu segar
Biakan Sterptococcus Thermophilus
Biakan Lactobacillus Bulgaricus

3.2       Skema Kerja
 

 



BAB 4.  HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan
Kelompok
Kons. Starter
Ph
Warna
Bau
Kenampakan
Rasa
1
2 %
5
+10
+7
+1
+11

3%
5
+11
+6
+2
+12

4%
5
+9
+5
+3
+10
2
2 %
6
+4
+1
+10
+4

3%
6
+2
+3
+9
+6

4%
5,5
+2
+2
+7
+5
3
2 %
6
+4
+9
+8
+9

3%
5,5
+5
+4
+5
+8

4%
4,5
+12
+3
+4
+7
4
2 %
5,5
+3
+11
+12
+2

3%
5,5
+3
+10
+11
+3

4%
5
+8
+12
+6
+1

Keterangan:
            Lama inkubasi : 24 jam
            Lama produksi : 5 jam
Kelompok 2 (1 : 2)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=1,3ml  LB=2,7ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=2ml  LB=4ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=2,7ml  LB=5,3ml)
Kelompok1 (1 : 1)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=2ml  LB=2ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=3ml  LB=3ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=4ml  LB=4ml)

Kelompok 3 (1 : 3)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=1ml  LB=3ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=1,5ml  LB=4,5ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=2ml  LB=6ml)
Kelompok 4 (1 : 4)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=0,8ml  LB=3,2ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=1,2ml  LB=4,8ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=1,6ml  LB=6,4ml)

Warna              : semakin + semakin cerah
Bau                  : semakin + semakin menyengat
Kenampakan   : semakin + semakin baik
Rasa                : semakin + semakin enak

4.1       Hasil Perhitungan
            ­­      ___



BAB 5. PEMBAHASAN

 
5.1       Fungsi Perlakuan
Dalam proses pembuatan yogurt terdapat 3 tahapan pokok yaitu pembuatan starter, proses produksi dan pemanenenan. Sebelumnya bahan baku distandarisasi agar mendapatkan hasil yang sama, tidak mempengaruhi hasil sehingga saat diberikan perlakuan tertentu dapat diketahui kevalidtan hasil.
Pembuatan Starter
Pembuatan starter bertujuan untuk mendapatkan mikroba pelaku fermentasi yang memiliki produktifitas tinggi. Mikroba yang akan digunakan untuk produksi yoghurt ditumbuhkan terlebih dahulu pada media yang tepat. Selama waktu inkubasi, diharapkan mikroba melewati fase adaptasi sehingga pada saat produksi sedang berada pada fase logaritmik atau fase exponensial. Pada fase ini mikroba memiliki aktifitas produksi yang maksimum sehingga diharapkan proses fermentasi saat produksi berlangsung singkat dengan massa produk hasil fermentasi yang banyak/melimpah.
Pembuatan starter diawali dengan pemanasan susu segar pada suhu 85-900C. Suhu pemanasan ini merupakan suhu pasteurisasi sehingga diharapkan mikroba yang tidak diinginkan dalam fermentasi (patogen) dapat mati sedangkan mikroba yang diinginkan dipertahankan. Selain itu pemansan yang terlalu tinggi tentu akan merusak sebagian besar zat gizi alami dalam susu yang merupakan nutrisi bagi bakteri.
Setelah dingin, mencapai suhu 45oC inokulum ditambahkan. Fungsi pendinginan adalah untuk asidifikasi yaitu untuk menjaga kadar asam yang diberikan  tidak terlalu tinggi. Inokulum yang digunakan yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Penggunaan dua kultur campuran ini dikarenakan penggunaan keduanya dalam kultur starter yogurt secara bersama sama terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan efisiensi kerja kedua bakteri tersebut.
L bulgaricus, yang umum digunakan sebagai starter yoghurt bersama dengan St. thermophillus adalah spesies homofermentatif, menghasilkan sekitar 2% berat asam laktat per volume susu. Temperatur optimum pada 42 °C dan tetap hidup dan tumbuh pada 45 °C atau lebih, dapat memfermentasi heksosa untuk menghasilkan asam laktat dan tidak dapat memfermentasi pentosa.  Spesies ini tidak menyukai lingkungan dengan kadar garam rendah.
Sedangkan S. thermophillus memiliki ciri-ciri merupakan bakteri gram positif, diameter 0,7 – 0,9 μm dan umumnya berpasangan atau membentuk rantai panjang, bersifat fakultatif anaerob, dapat memfermentasi fruktosa, manosa, laktosa tetapi tidak dapat memfermentasi galaktosa dan sukrosa. Pada akhir perlakuan, wadah ditutup dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 300C karena diharapkan pada suhu ini bakteri hanya mendegradasi gula susu menjadi asam laktat. Fungsi diinkubasi adalah untuk memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba dapat tumbuh optimal.

Produksi Yoghurt  dan Pemanenan
Produksi yoghurt diawali dengan memanaskan susu segar pada suhu 85-900C yaitu suhu pasteurisasi selama 15-20 menit. Setelah suhu mencapai 450C, starter ditambahkan dengan konsentrasi 2%, 3%, 4% dan rasio S. thermophillus : L. bulgaricus = 1:2, 2:3, dan 3:2. Setiap penambahan bakteri pun harus dilakukan secara hati hati di dekat lampu spirtus agar bakteri yang tidak diinginkan tidak masuk kedalam wadah yang telah disediakan untuk proses fermentasi. Setelah itu dipress menggunakan alat pengepres. Lalu diinkubasi pada suhu 450C selama 4 - 6 jam. Penggunaan suhu 450C ini dikarenakan pada suhu ini merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan kedua bakteri yoghurt dan diharapkan terjadi penggumpalan kasein susu sehingga didapatkan formasi gel (gumpalan) yang baik (diinginkan). Waktu 4 - 6 jam merupakan waktu optimun terbentuknya formasi gel (gumpalan) yang baik pula.

5.2       Reaksi Biokimiawi Pada Pembuatan Yogurt
Pada pembuatan yoghurt perlu digunakan dua starter karena kerja kedua bakteri saling menguntungkan selain menyebabkan tingkat produksi asam yang lebih tinggi, St. thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam dan karbon dioksida. Format dan karbon dioksida yang dihasilkan ini menstimulasi pertumbuhan Lb. bulgaricus. Disamping itu, aktivitas proteolitik dari L. bulgaricus ternyata juga menghasilkan peptide dan asam amino yang digunakan oleh S. thermophillus. Seperti diketahui pula, dalam proses pembuatan yogurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman yang turun. S. thermophillus berperan dahulu untuk menurunkan pH sampai sekitar 5.0, baru kemudian disusul L. bulgaricus menurunkan lagi sampai mencapai 4.0.  Dalam proses fermentasi susu menjadi yogurt terdapat 4 tahapan penting yaitu:
a.         Metabolisme laktosa
Kedua bakteri menghidrolisa laktosa (gula susu) menjadi glukosa dan galaktosa.  L. bulgaricus dan S. thermophillus mengubah glukosa menjadi asam laktat. Galaktosa oleh L. bulgaricus diubah menjadi laktat bisa juga diekskresikan, sedangkan oleh S. thermophillus galaktosa diekskresikan karena tidak dapat memetabolis galaktosa.
 
 

 

 

Bahan yang penting (komponen susu) dan paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan sebagai sumber karbon dan energi selama pertumbuhan biakan yoghurt yang nantinya akan dihasilkan asam laktat. Asam laktat yang terbentuk hasil fermentasi laktosa menyebabkan keasaman susu meningkat atau pH susu semakin menurun. Kasein merupakan komponen terbanyak dalam protein susu. Kasein mempunyai sifat peka terhadap keasaman (pH). Jika pH susu rendah sampai kurang dari pH 4,6 maka kasein menjadi tidak stabil dan akan terkoagulasi (menggumpal) sehingga membentuk padatan.
Proses yang terjadi selama proses fermentasi yoghurt sebagai berikut :
 
 
jalur 1: pemecahan laktosa
jalur 2: tahap homofermentasi (menghasilkan asam piruvat)
jalur 3: tahap heterofermentatif(menghasilkan as.laktat, as.asetat, etanol, panas, asetal dehid)
jalur 4: degradasi dan koagolasi protein

Laktosa pada susu dihidrolisis oleh Streptococcus thermophillus menjadi glukosa dan galaktosa atau glukosa dan galaktosa –6P dengan enzim b-D-Galaktosidase dan b–D-Phospogalaktosidase yang dihasilkan oleh kedua bakteri tersebut, selanjutnya glukosa memasuki  rantai glikolisis dimana glukosa diubah menjadi asam laktat dan asam format karena pengaruh aktivitas enzim laktat dehidrogenase. Asam laktat akan menurunkan pH sampai 4,4 – 4,6. Dengan suasana asam maka kasein akan tidak stabil dan akan terkoagulasi (menggumpal) sehingga membentuk padatan. Kasein diperoleh dari hasil pemecahan oleh Lactobacillus bulgaricus yang memecah protein menjadi asam amino.
Bagan pembentukan asam laktat dari laktosa oleh biakan yoghurt adalah sebagai berikut :
 
 
5.3.1        Faktor-Faktor Berpengaruh pada Fermentasi Yoghurt
Didalam proses fermentasi susu menjadi ygurt terdapat faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap yogurt yang dihasilkan, antara lain:

pH
pH akan mempengaruhi aktivitas enzim sehingga fisiologis mikroba juga akan terganggu. pH optimum bakteri untuk pembuatan yoghurt yaitu sekitar pH 4-4,6. Jika pH terlalu rendah maka akan menghambat pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus yaitu pada pH 3,5-3,8.
Suhu
inkubasi, yoghurt akan terbentuk pada inkubasi suhu antara 45-500C karena merupakan suhu optimum pertumbuhan bakteri yoghurt.
Suhu pendinginan sebelum penambahan starter juga berpengaruh, suhu optimal adalah 450C, agar starter yang ditambahkan tidak mati akibat suhu  tinggi
Pasteurisasi, bila suhu pasteurisasi kurang maka akan banyak mikroba pathogen yang masih bersarang pada susu sehingga mempengaruhi hasil. Namun bila suhu pasteurisasi melebihi standart maka susu akan rusak karena terkena suhu tinggi dengan waktu yang lama. Maka suhu yang sesuai untuuk pasteurisasi adalah T 85-90 oC
 

Oksigen Terlalu banyak akan menyebabkan produksi yoghurt tak terbentuk. Hal ini karena kedua bakteri merupakan organisme anaerobik fakultatif.
Jumlah dan jenis starter
Sebaiknya rasio bakteri yoghurt adalah 1:1 untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Starter yang tidak berimbang akan menyebabkan sifat sensoris produk tidak diinginkan akan muncul.
Keaktifan mikroba
Starter yang diberikan pada produksi sebaiknya dalam fase logaritmik atau starter saat kondisi aktif sehingga akan memperpendek waktu fermentasi karena bakteri tidak perlu beradaptasi terlebih dahulu sehingga akan cepat menghasilkan produk yoghurt.
 


Proses pembuatan yogurt yang kurang aseptis Saat pemindahan inokulum terdaat bakteri lain yang masuk sehingga mengkontaminasi susu yang difermentasi.

Bahan dasar susu yang digunakan
Setiap susu mempunyai kadar laktosa yang berbeda sehingga bila dibuat yogurt juga akan menghasilkan yogurt yang berbeda pula.

Bahan tambahan yang digunakan
yogurt buatan skala industri dengan praktikum berbeda karena adanya tambahan bahan pemanis, pemadat dan stabilizer yang dapat menentukan kualitas dari yogurt.

Lama inkubasi
lama inkubasi optimun pembuatan starter adalah 24 jam, sedangkan lama inkubasi produksi 4-6 jam, untuk mendapatkan koagulan yang sesuai. Bila inkubasi melewati waktu optimum maka susu akan busuk karena fermentasi yang berlebih.

5.4              Analisis Data
Setelah dilakukan proses pembuatan yogurt dengan beberapa perlakuan, didapatkan yogurt yang  bervariasi dilihat dari pH, warna, aroma, kenampakan dan rasa.
5.4.1        pH
Penilaian pH menggunakan pH universal dengan cara dicelupkan pada masing-masing yogurt, setelah terjadi perubahan pada pH universal kemudian warna diplotkan ukuran pH yang telah ada. Bila ditinjau dari kultur starter perbandingan antara LB dengan ST, pH yang menghasilkan hasil yang optimum adalalah perbandingan 1:1 yaitu pH 5. Sedangkan pada perbandingan kultur starter lainya menghasilkan pH yang bermacam-macam-macam antara 4,5-6. Untuk pH 4 akan menghasilkan yogurt yang terlalu asam sedangkan pH 6 akan menghasilkan yogurt yang kurang asam. pH yang cocok adalah pH 5 akan menghasilkan yogurt yang keasamannya pas. Hal ini dikarenakan saat proses fermntasi terjadi simbiosis mutualisme antar LB dan ST sehingga kosentrasi 1:1 merupakan konsentrasi yang pas, bila tidak seimbang maka akan mengalami ketimpangan pada saat fermentasi berlangsung sehingga mempengaruhi pH yang dihasilkan.
Bila ditinjau dari konsentrasi starter yang ditambahakan berdasarkan data semakin banyak jumlah starter maka pH yang dihasilkan akan semakin rendah/ semakin asam kecuali pada perlakuan kelompok 1. Keeluruhan pH paling rendah terdapat pada konsentrasi penambahan 4%, untuk perlakuan kelompok 3 perlakuan konsentrasi starter 4% (ST=2, LB=6ml) menhasilkan pH paling rendah yaitu 4,5. Sedangkan pH paling  tinggi terdapat pada perlakuan 2% kelompok 2 dan 3  . Apabila diurutkan dari pH yang terendah maka 4%, 3%, 2% . Perbedaan pH ini dikarenakan semakin banyak konsentrasi starter yang diberikan maka akan semakin banyak mikroba yang mengsintesis laktosa pada susu sehingga asam asetat dan asam piruvat yang dihasilkan semakin banyak sehingga akan mempengaruhi pH yogurt yang dihasilkan yaitu bertambah asamnya yogurt. Berdasarkan hasil pengamatan penambahan kultur yang sesuai adalah 2%, 3%, 4% dengan perbandingan 1:1 pada kelompok 1.

5.4.2        Warna
Berdasarkan perbandingan kultur starter secara keseluruhan terdapat pada perbandingan 1:1, warna yang dihasilkan putih susu seragam, dengan jumlah larutan koloidal yang tidak terlalu banyak. 
 
 
Sedangkan parameter warna berdasarkan konsentasi starter yang ditambahkan warna paling cerah tedapat pada perlakuan kelompok 3 perlakuan penambahan 4%((ST=2, LB=6ml) sedangkan warna paling gelap pada perlakuan penambahan 4%(ST=2,7, LB= 5,3 ml) perbandingan starter 1:2. Perubah warna dapat diakibatkan dengan suasana asam maka kasein akan tidak stabil dan akan terkoagulasi (menggumpal) sehingga membentuk padatan. Kasein diperoleh dari hasil pemecahan oleh Lactobacillus bulgaricus yang memecah protein menjadi asam amino. Bila konsentrasi starter yang ditambahakan tidak seimbang maka akan terbentuk larutan koloidal sehingga warna dari yogurt tidak seragam. Larutan koloidal adalah suspensi pemisah antara kasein susu dengan gumpalan yogurt.
 
 
            Untuk uji warna ini sangatlah subyektif tergantung dari kemampuan praktikan dalam mendiskripsikan warna yang dipantulkan dari benda. Untuk itu saat uji warna pencahayaan harus seragam agar cahaya yang dipantulkan kebenda dapat seragam pula sehinggabenda dapat memantulkannya kemata. Setelah itu akan diproses oleh otak dan diimplementasikan dalam indikator wrna yang berbeda dan dapat diketahui dengan pasti perbedaan warna pada yogurt.

5.3.1        Aroma/ Bau
Uji bau pada yogurt dilakukan dengan membau yogurt, berdasarkan  data bau paling menyengat terdapat pada perlakuan perbandingan starter 1:4 perlakuan konsentrasi starter 4% (ST=1,6, LB= 6,4 ml) kelompok 4. Sedangkan bau yang paling tidak menyengat terdapat pada perlakuan  konsentrasi penambahan starter 2% (ST=1,3, LB= 2,7 ml) kelompok 2. Bau yang paling baik adalah bau yang tidak terlalu menyengat namun juga tidak terlalu tidak terasa yaitu pada kelompok 1 dengan perlakuan konsentrasi sterter 1:1. Adanya bau ini dikarenakan adanya reaksi yang terjadi saat fermentasi pada jalur heterofermentatif yang menghasilkan asetaldehid, asam laktat, asetat, alkohol dan panas. Bila konsentrasi dan jumlah perbandingan starter yang diberikan tidak sama maka akan menghasilkan bau yang berbeda, semakin banyak jumlah starter yang diberikan maka yogurt akan semakin bau menyengat karena laktosa yang dihidolisis semakin banyak.

5.3.2        Kenampakan
Berdasarkan data pengamatan kenampakan paling baik terdapat pada kelompok 4 dengan perlakuan konsentrasi starter 2%(ST=0,8 LB= 3,2 ml) perbandingan starter 1:4). Kenampakan dlihat dari jumlah larutan koloidal yang terbentuk, pada perlakuan tersebut larutan koloidal yang terbentuk tidak terlalu banyak sehingga yogurt terlihat baik. Perubahan dapat diakibatkan dengan suasana asam maka kasein akan tidak stabil dan akan terkoagulasi (menggumpal) sehingga membentuk padatan. Kasein diperoleh dari hasil pemecahan oleh Lactobacillus bulgaricus yang memecah protein menjadi asam amino. Untuk uji kenampakan terdapat sedikit penyimpangan hal ini dikarenakan praktikan belum dapat memebedakan perbedaan kenampakan antara 1 dengn yang lain sehingga saat pembahasan data kurang valid. Berikut adalah gambar yogurt hasil praktikum :
 
 
5.3.1        Rasa
Uji rasa  dilakukan dengan uji organoleptis, rasa paling enak diberi indikator + paling banyak. Berdasarkan data pengamatan yogurt yang paling enak adalah pada perlakuan  kultur starter 1:1 pada kelompok 1. Sedangkan rasa yang paling tidak enak adalah pada perlakuan perbandingan starter 1:4 kelompok 4. Hal ini berkaitan dengan reaksi simbiosis mutualisme yang terjadi pada 2 mikroba yaitu ST dan LB sehingga menghsilkan kadar asam asetat, asetal dehid dan peptida saat fermentasi berlangsung sebagai pembentuk flavor pada yogurt  yang pas, tidak terlalu  tinggi dan tidak terlalu rendah.
Berdasarkan konsentrasi starter rasa paling enak terdapat pada perlakuan penambahan konsentrasi  starter 3%(ST=3  LB= 3 ml) total yang ditambahkan 6ml perbandingan 1:1 yaitu pada kelompok 1. Sedangkan yang paling tidak enak perlakuan konsentrasi starter 4% (ST=1,6, LB= 6,4 ml) total starter yang ditambahakan 8 ml. Hal ini dapat dikarenakan dengan jumlah susu segar 200ml jumlah starter yang optimum adalah sekitar  3% sehingga antara laktosa yang dipecah menjadi asam laktat dan lain-lain pada proses fermentasi tidak telalu banyak dan tidak terlalu sedikit sehingga flavor yang terbentuk pas.


          

BAB 6. PENUTUP
  
6.1       Kesimpulan
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan praktikum dan pembahasan didapatkan kesimpulan antara lain:
1.      Fungsi pemanasan dengan psteurisasi untuk mematikan bakkteri pathogen danmemberikan viskositas tekstur agar tetap terjaga, fungsi pendinginan untuk asidifikasi, fungsi fermentasi untuk mendapatan yogurt dari hasil fermentasi menggunakan LB dan ST,  fungsi inkubasi untuk meberikan ruang hidup yang optimum agar fermentasi dapat berkembang maksimal.
2.      Proses yang terjadi selama proses fermentasi yoghurt sebagai berikut :
 
 
1.      Melalui jalur EMP terdapat  4 jalur: jalur 1: pemecahan laktosa,jalur 2: tahap homofermentasi (menghasilkan asam piruvat), jalur 3: tahap heterofermentatif(menghasilkan as.laktat, as.asetat, etanol, panas, asetal dehid), jalur 4: degradasi dan koagolasi protein
2.      Faktor yang memepengaruhi proses fermentasi adalah ph, suhu, oksigen, jumlah dan jenis starter, keaktifan mikroba, proses pembuatan yogurt yang kurang aseptis, bahan dasar susu yang digunakan, bahan tambahan yang digunakan, lama inkubasi
3.      Yogurt yang paling baik secara keseluruhan (pH, warna, aroma, rasa, kenampakan) pada perlakuan kultur starter 1:1 dengan penambahan jumlah inokulum 3%( ST=3  LB= 3 ml) total yang ditambahkan 6ml.



DAFTAR PUSTAKA


Adul. 2009.Yogurt. http://www-adul.blogspot.com/2009/01/yogurt.html [ 1November 2009].
 Anonim. 2009. Petunjuk Praktikum Teknologi Fermentasi. Jember : FTP Universitas Jemb 
Davis, J.E.1975. The Microbiology of Yoghurt. Didalam : J.E Carr,C.V.Cutting dan G.C Whitting (eds). Lactic Acid Bacteria in Beverage and Food. London : Academic press.
Helferich, W dan D. Westhoff.1980.All About Yoghurt. New Jerssey: Prentice Hall, Inc.
Suliantari dan Winiati Pudji Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi. Bogor : ITB.
Winarno, F.G.2003.Flora Usus Dan Yoghurt. Bogor : M-Brio press.



DATA PENGAMATAN SHIFT 1

Kelompok
Kons. Starter
Ph
Warna
Bau
Kenampakan
Rasa
1
2 %
5
+10
+7
+1
+11

3%
5
+11
+6
+2
+12

4%
5
+9
+5
+3
+10
2
2 %
6
+4
+1
+10
+4

3%
6
+2
+3
+9
+6

4%
5,5
+2
+2
+7
+5
3
2 %
6
+4
+9
+8
+9

3%
5,5
+5
+4
+5
+8

4%
4,5
+12
+3
+4
+7
4
2 %
5,5
+3
+11
+12
+2

3%
5,5
+3
+10
+11
+3

4%
5
+8
+12
+6
+1

Keterangan:
            Lama inkubasi : 24 jam           Lama produksi : 5 jam
Kelompok 2 (1 : 2)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=1,3ml  LB=2,7ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=2ml  LB=4ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=2,7ml  LB=5,3ml)
Kelompok 1 (1 : 1)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=2ml  LB=2ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=3ml  LB=3ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=4ml  LB=4ml)
Kelompok 3 (1 : 3)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=1ml  LB=3ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=1,5ml  LB=4,5ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=2ml  LB=6ml)
Kelompok 4 (1 : 4)
              2% x 200 = 4 ml                   (ST=0,8ml  LB=3,2ml)
              3% x 300 = 6 ml                   (ST=1,2ml  LB=4,8ml)
              4% x 300 = 8 ml                   (ST=1,6ml  LB=6,4ml)


ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...