Wednesday, November 25, 2015

Laporan Protein



BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1   Uji Ninhidrin
Praktikum hari ke-1
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Keruh
Ungu Kehitaman
Kuning Bening
Ungu pekat Kehitaman
            
             Praktikum hari ke-2
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Kuning Keruh
Ungu Pekat
Ungu Pekat
Ungu pekat Gelap

             Praktikum hari ke-3
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Bening
Ungu
Bening Agak Kuning
Ungu Pekat

4.1.2              Uji Biuret
Praktikum hari ke-1
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Biru Muda Bening
Biru Muda Bening
Biru Muda Bening
Biru Memudar Ada Endapan Hijau Di atas
Bening Endapan Hitam Di Atas
Bening Keunguan

                   Praktikum hari ke-2
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Kuning Keruh
Keruh Mengendap
Keruh Mengendap
Keruh tanpa endapan

                   Praktikum hari ke-3
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Putih Bening
Putih Bening
Putih Bening
Ungu Pucat
Bening
Bening


4.1.3  Uji Xanthoprotein
          Praktikum hari ke-1
Bahan
Mula-mula
Perubahan
HNO3
NaOH
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Kuning Keruh
Bening
Bening
Pink Bening
Putih Bening
Kuning Bening
Kuning Pekat Ada Endapan

              Praktikum hari ke-2
Bahan
Mula-mula
Perubahan
HNO3
NaOH
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Kuning Keruh
Bening
Hijau Muda
Kuning Tua
Bening
Hijau Muda
Kuning Tua

              Praktikum hari ke-3
Bahan
Mula-mula
Perubahan
HNO3
NaOH
Glisin
Tirosin
Kasein
+
++
+++
+
+++
++++
+
+++
++++
                                    Keterangan :
                                    Bening                         : +
                                    Sedikit Kuning            : ++
                                    Kuning                        : +++
                                    Kuning Orange           : ++++

4.1.4    Uji Denaturasi Protein
                   Praktikum hari ke-1
Bahan
Mula-mula
Perubahan
9ml Albumin 0,2%+1ml HCl 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+1ml NaOH 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+2ml HNO3 pekat
Putih Bening
Putih Bening
Putih Keruh
Bening
Bening
Bening

                   Praktikum hari ke-2
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Penambahan
Pemanasan
9ml Albumin 0,2%+1ml HCl 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+1ml NaOH 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+2ml HNO3 pekat
Bening
Bening
Bening
-
-
Hangat
Bergelembung
-
-

                   Praktikum hari ke-3
Bahan
Mula-mula
Perubahan
9ml Albumin 0,2%+1ml HCl 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+1ml NaOH 0,1 N
9ml Albumin 0,2%+2ml HNO3 pekat
Putih Bening
Putih Bening
Putih Keruh
Bening
Bening
Bening

4.1.5    Uji Presipitasi Protein oleh Logam berat
Praktikum hari ke-1
Bahan
Mula-mula
Perubahan
2ml tirosin + 20tetes CuSO4 0,1N
2ml glisin +  20tetes CuSO4 0,1N
2ml kasein +  20tetes CuSO4 0,1N
 Putih Bening
Putih Bening
Kuning Bening
Putih Bening
Biru Kuning
Kehijauan

             Praktikum hari ke-2
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Keruh
Biru Muda Bening
Tetap Bening
Kuning Kehijauan Keruh

             Praktikum hari ke-3
Bahan
Mula-mula
Perubahan
Glisin
Tirosin
Kasein
Bening
Bening
Putih Keruh
Biru Bening
Bening Ada Kristal
Kuning Kehijauan

4.2 Hasil Perhitungan
            Dalam praktikum ini tidak dilakukan perhitungan.




BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Protein      
            Protein adalah polimer dari asam-asam amino atau polipetida dengan berat molekul besar. Batasan protein dengan polipeptida tergantung pada berat molekulnya (Hartanti,2002:91).
            Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen. Beberapa protein juga mengandung unsur mineral yaitu fosfor, sulfur, dan zat besi (Suhardjo,1992:29).
            Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar kimia yaitu asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling berhubung-hubungan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (-CONH-). Suatu molekul protein dapat terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah ratusan asam amino (Suhardjo,1992:29).
Protein makanan mempunyai tiga fungsi yang luas :
(1)  Asam-asam aminonya digunakan untuk sintesis protein tubuh,
(2)  Kerangka karbon asam aminonya dapat dioksidasi untuk memperoleh energi,
(3)  Atom karbon dan nitrogennya dapat digunakan untuk sintesis banyak metabolit yang tidak mengandung nitrogen (Fessenden,1997:646).
Secara garis besarnya fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, sebagai pengatur kelangsungan proses didalam tubuh, sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak (Marsetyo,1995:63).
a. Protein sebagai enzim. Enzim merupakan protein yang mempunyai sifat katalik sehingga enzim disebut juga biokatalisator.
b. Protein transport. Protein ini berfungsi sebagai pembawa material dalam sel atau tubuh.
c.   Protein nutrien atau penyimpan. Protein ini terdapat dalam biji-bijian dan merupakan protein nutrien yang dibutuhkan oleh biji-biji untuk pertumbuhan embrio tanaman.
d.  Protein kontraktil. Protein ini memberikan sel dan organisme mampu berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak.
e. Protein struktural. Protein ini memberikan struktur atau bangunan biologi kekuatan atau proteksi.
f. Protein pertahanan. Berperan dalam proses mempertahankan diri oleh sel terhadap serangan sel lain ata melindungi dari luka.
g. Protein pengatur. Membantu mengatur aktifitas seluler atau fisiologis.
h. Protein lain merupakan jenis protein yang agak lain dengan protein umumnya, seperti protein antibeku yang terdapat dalam darah ikan antartika yang melindungi dari pembekuan darah ikan (Hartanti,2002:93-94).


5.2 Denaturasi protein, Presipitasi, dan faktor-faktornya
            Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau wiru molekul (Winarno,1992:68).
            Salah satu penyebab denaturasi protein adalah temperatur dan juga penambahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut (Anonim,2009).
            Denaturasi dapat terjadi akibat pengaruh berbagai hal, termasuk panas dan senyawa kimia yang memutus ikatan hidrogen dalam protein, seperti urea dengan kadar 6 mol/liter, detergent (misalnya natrium dodesil sulfat) dan reagen sulfihidril (misalnya merkaptoetanol). Proses denaturasi tidaklah disertai oleh pemutusan struktur primer protein, sehingga kadang-kadang denaturasi dapat dihilangkan dan konformasi semula dapat dikembalikan dengan menyingkirkan faktor penyebab (Montgomery,1993:76).
            Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi penggumpalan yang parsial. Presipitasi protein disebabkan oleh berkurangnya kelarutan suatu protein (perubahan fisik) yang terjadi karena perubahan kimia. Dengan demikian presipitasi merupakan fenomena fisika yang disebabkan oleh perubahan struktur kimia. Presipitasi disebabkan oleh pengembangan molekul protein akibat “unfolding” atau membukanya heliks-heliks protein. Presipitasi juga terjadi akibat terganggunya kestabilan koloid protein yang disebabkan oleh menurunnya muatan elektrostatistik protein sehingga gaya grafitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak molekul (Valensia,2008)

5.3 Uji Ninhidrin, Uji Biuret, Uji Xanthoprotein, Uji Denaturasi Protein, dan Uji Presipitasi Protein oleh Logam Berat 
a. Uji Ninhidrin
            Uji ninhidrin adalah reaksi yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Ninhidrin merupakan hidrat dari triketon siklik warna violet (Hart,1990:368).
            Ninhidrin suatu pengoksidasi yang sangat kuat, menyebabkan dekarboksilasi oksidasi asam amino-alfa, menghasilkan CO2, NH3, dan suatu aldehida dengan suatu atom karbon kurang daripada asam amino induknya (Harper,1974:26).
            Ninhidrin tereduksi kemudian bereaksi dengan amino yang lepas, membentuk kompleks biru-violet yang maksimal menyerap cahaya dengan panjang gelombang 570 nm (Harper,1974:27).

  b. Uji Biuret
            Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya reaksi antara larutan protein dalam basa kuat. Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikata peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida (Anonim,2009).
 
c. Uji Xanthoprotein
            Uji xanthoprotein terjadi proses nitrasi terhadap inti benzena yang terdapat dalam protein untuk membentuk senyawa berwarna kuning yang berubah menjadi orange setelah penambahan amonia. Adanya tirosin, fenilalanin dan triptofan dalam molekul protein akan memberikan reaksi positif (Anonim,2011:19).

d. Uji Denaturasi Protein
            Pada uji denaturasi protein dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan protein yang terjadi pada suhu dan pH ekstrim. Oleh karena itu diberikan penambahan asam kuat (HNO3) dan basa kuat (NaOH) untuk menciptakan suasana basa dan asam pada larutan protein. Pemanasan juga dilakukan untuk menciptakan suhu ekstrim pada protein.

e. Uji Presipitasi Protein oleh Logam Berat
            Uji presipitasi protein dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan logam terhadap larutan protein. Penambahan CuSO4 untuk mengetahui reaksi yang terjadi antara logam Cu2+ dengan protein yang dapat menghasilkan garam protein yang tidak larut.
            Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein dengan ion logam antara lain ialah Ag+, Ca2+, Zn2+, Cu2+, Pb2+. Sedangkan ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, trikorasetat, pikrat, tanat, dan sulfosalisilat (Poedjiadi,1994:118).

5.4 Fungsi Perlakuan dan Penambahan
a. Uji Ninhidrin
            Pada uji ninhidrin dilakukan penambahan buffer asetat pada protein dan asam amino pada percobaan ini berfungsi sebagai penambah pH larutan agar tidak berubah tingkatannya atau nilai pH-nya yang dipertahankan sekitar pH 4 sampai 8 agar dapat bereaksi dengan reagen ninhidrin.

b. Uji Biuret
            Penambahan NaOH berfungsi untuk mendenaturasikan protein dan agar suspensi protein menjadi bernuansa alkalis. Sedangkan penambahan CuSO4 adalah sebagai pemberi warna ungu (Harisdianto,2010)

c. Uji Xanthoprotein
            Larutan HNO3 yang ditambahkan pada larutan akan menyebabkan terjadinya endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan (Poedjiadi,1994:121).
            Penambahan NaOH untuk mendenaturasikan protein dan agar suspensi protein menjadi bernuansa alkalis (Harisdianto,2010).
            Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah, maka protein ini dikatakan terdenaturasi (Winarno,1992:67).

d. Uji Denaturasi Protein
            Pada uji denaturasi protein dilakukan penambahan asam kuat (HNO3) dan basa kuat (NaOH) untuk menciptakan suasana basa dan asam pada larutan protein. Selain itu juga dilakukan pemanasan juga dengan maksud untuk menciptakan suhu ekstrim pada protein.

e. Uji Presipitasi Protein oleh Logam Berat
            Pada uji presipitasi protein oleh logam ini dilakukan penambahan CuSO4 dengan maksud untuk mengetahui reaksi yang terjadi antara logam Cu2+ dengan protein yang dapat menghasilkan garam protein yang tidak larut.
            Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein dengan ion logam antara lain ialah Ag+, Ca2+, Zn2+, Cu2+, Pb2+. Sedangkan ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, trikorasetat, pikrat, tanat, dan sulfosalisilat (Poedjiadi,1994:118).

5.5 Analisa Data
a. Uji Ninhidrin
             Pada uji ninhidrin digunakan sampel glisin , tirosin, dan kasein. Mula-mula sebanyak 1ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2ml buffer asetat kemudian ditambah 20 tetes ninhidrin 0,2%, kemudian dipanaskan dalam waterbath selama lima menit, kemudian didinginkan dengan mengalirkan air pada sisi luar tabung reaksi. Kemudian diamati dan hasilnya adalah larutan glisin menjadi ungu kehitaman pada hari ke-1, pada hari ke-2 berwarna ungu pekat, dan pada hari ke-3 berwarna ungu. Larutan tirosin berubah warnanya menjadi kuning bening pada hari ke-1, ungu pekat pada hari ke-2, dan pada hari ke-3 berwarna bening agak kuning. Sedangkan larutan kasein berubah menjadi ungu pekat kehitaman pada hari ke-1, ungu pekat gelap pada hari ke-2 dan ungu pekat pada hari ke-3
             Protein yang mengandung sedikitnya satu karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino (Vivanalis,2009).
             pada uji hanya tirosin yang memberi hasil negatif, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Sedangkan glisin dan kasein memberi hasil positif, hal ini menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut mengandung asam amino a. Sedangkan tirosin memberi hasil negatif karena adanya kesalahan pada penambahan bahan secara kualitatif, misalnya penambahan ninhidrin, semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya (Taufik,2009).

b. Uji Biuret
         Pada uji ke dua adalah uji biuret. Sampel yang digunakan pada uji ini sama dengan sampel yang digunakan untuk uji ninhidrin yaitu glisin, tirosin, dan kasein. Masing-masing sampel sebanyak 1ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambah 1ml NaOH 10%, vorteks selama 2 menit, lalu ditambah 1 tetes CuSO4 0,1%dan divorteks selama 3 menit, ditambah CuSO4 hingga ungu, lalu ditambahkan urea 0,04gr, kemudian dipanaskan dalam waterbath selama 7 menit, didinginkan dan dilarutkan dengan 2ml aquades.
         Dari hasil pengamatan pada uji biuret diperoleh bahwa semua larutan yang mula-mula berwarna biru muda bening berubah menjadi berturut-turut dari glisin, tirosin, dan kasein pada hari ke-1 adalah biru memudar ada endapan hijau di dasar, bening ada endapan hitam di dasar, dan bening keunguan. Pada hari ke-2 berturut-turut juga yakni keruh mengendap, keruh mengendap, dan keruh tanpa endapan. Pda hari ke-3 berubah menjadi ungu pucat, bening, dan bening.
         Tes biuret merupakan tes umum untuk protein, warna yang terbentuk kemungkinan berasal dari kompleks antara ion Cu2+ dengan gugus -CO dan -NH ikatan peptida dalam suatu alkalis (filzahazny,2009).
         penambahan NaOH adalah untuk menciptakan suasana basa kuat yang apabila direaksikan dengan larutan CuSO4 akan dihasilkan warna ungu-biru. Akan tetapi reaksi ini tedak terjadi pada peptida (Anonim, 2009).

c. Uji Xantoprotein
         Uji yang ketiga adalah uji xanthoprotein, mula-mula larutan glisin, tirosin, dan kasein sebanyak 2ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambah HNO3 pekat, dikocok secara hati-hati dan diamati, dipanaskan 1 menit kemudian didinginkan di air mengalir lalu ditambah NaOH.
         Dari data pengamatan diperoleh bahwa ketika ditambah HNO3 pada hari ke-1 glisin, tirosin dan kasein berturut-turut berubah menjadi bening, bening dan pink bening. Pada hari ke-2 berubah menjadi bening, hijau muda, dan kuning tua. Sedangkan pada hari ke-3 berubah menjadi bening, kuning, dan kuning orange. Untuk pengamatan setelah penambahan NaOH adalah pada hari ke-1 berturut-turut dari glisin, tirosin, dan kasein berubah menjadi putih bening, kuning bening, kuning pekat ada endapan. Pada hari ke-2 berwarna menjadi bening, hijau muda, kuning tua. Sedangkan pada hari ke-3 berwarna bening, kuning, dan kuning orange.
         Pereaksi xanthoprotein terdiri dari HNO3 pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning. Reaksi ini berdasarkan nitro inti benzene yang terdapat dalam molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua (filzahazny,2009).

d. Uji Presipitasi Protein oleh Logam Berat
         Percobaan yang keempat adalah uji presipitasi protein oleh logam berat. Yang digunakan disini adalah CuSO4, karena ion positif Cu2+ dapat mengendapkan protein.
         Dari hasil pengamatan di peroleh bahwa hanya pada hari ke-1 larutan glisin, tirosin, dan kasein berubah menjadi biru kuning, putih bening, dan kehijauan. Pada hari ke-2 berturut-turut berubah menjadi biru muda bening, tetap bening, dan kuning kehijauan keruh. Dan pada hari ke-3 berwarna biru bening, bening ada kristal dan kunig kehijauan.

e. Uji Denaturasi Protein
         Percobaan yang kelima adalah mengenai denaturasi protein yang disebabkan oleh panas dan pH ekstrim. Sampel yang digunakan adalah albumin 0,2% sebanyak 9ml kemudian ditambah buffer asetat, ditabung kedua ditambah dengan NaOH 0,1 N dan tabung ketiga ditambah HNO3 pekat. Lalu ketiga larutan tersebut dikocok kemudian dipanaskan selama 15 menit dan diamati perubahannya.
         Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada hari ke-1 semua larutan tetap bening. Pada hari ke-2 semua larutan juga tetap bening semua akan tetapi pada pemanasan albumin yang ditambah HCl timbul gelembung dan pada penambahan HNO3 menjadi hangat. Sedangkan pengamatan hari ke-3 pada saat penambahan semua larutan tetap bening dan saat pemanasan albumin yang ditambah HCl timbul gelembung dan yang ditambah HNO3 warnanya jadi kuning.
         Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian doble terjadi sewaktu ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan (Wirastuti,2006)
         Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu pH dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan (Poedjiadi,1994:116).
         Sedangkan panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non-polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein (Hart,1990:370).

5.6 Penyimpangan-penyimpangan
         Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama praktikum protein ini antara lain; Pada uji denaturasi protein tidak terjadi pengendapan sama sekali, seharusnya protein akan rusak jika ditambahkan asam kuat ataupun basa kuat. Hal ini terjadi mungkin karena beberapa faktor, antara lain mungkin kebersihan alat yang kurang dijaga, langkah-langkah yang telah dilakukan, dan juga pada bahan yang digunakan dalam praktikum.



BAB 6. PENUTUP

6.1   Kesimpulan
·        Protein adalah polimer asam-asam amino dengan berat molekul besar.
·        Protein dalam tubuh berfungsi sebagai enzim, transport, nutrien dan penyimpanan, struktural, mempertahankan dan melindungi sel, pengatur aktifitas sel.
·        Uji ninhidrin berguna untuk mendeteksi asam amino.
·        Uji biuret untuk mengetahui adanya reaksi antara larutan protein dalam basa kuat.
·        Uji xanthoprotein terjadi nitrasi terhadap inti benzena.
·        Denaturasi adalah kerusakan struktur protein karena faktor suhu, pH, radiasi, dan lain-lain.
·        Presipitasi adalah berkurangnya daya larut protein akibat penambahan garam-garam.
·        Pada uji ninhidrin
·        Pada uji biuret
·        Pada uji xanthoprotein
·        Pada uji denaturasi protein
·        Pada uji presipitasi protein oleh logam berat

6.2    Saran
            Praktikan seharusnya lebih menguasai materi agar pada saat melakukan praktikum tidak terjadi kesalahan.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.Protein.http://signaterdadie.wordpress.com (diakses tanggal 25 Maret 2011).

Anonim.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Pangan dan Hasil Pertanian I. Jember : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Fessenden.1997.Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.

Filzahazny.2009.Protein, Asam Amino, dan Susu.http://filzahazny.wordpress.com(diakses tanggal 25 Maret 2011).

Harisdianto.2010.Protein.http://wordpress.com (diakses tanggal 25 Maret 2011).

Harper,H.A.1974.Biokimia (Edisi 17). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Hart,H.1990.Kimia Organik (Edisi 6). Jakarta :Erlangga.

Hartanti,dkk.2002.Biokimia I. Jember : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Massetyo,dkk.1995.Ilmu Gizi Kolerasi Gizi, Kesehatan, dan Produktifitas Kerja. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Montgomery.1993.Biokimia. Jakarta : Binarupa Aksara.

Poedjiadi,A.1994.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.

Soehardjo.1992.Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Taufik,W.2009.Protein.http://kimiaanalitik.blogspot.com (diakses tanggal 25 Maret 2011).

Winarno,F.G.1992.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Valensia.2008.Presipitasi Protein.http://vareleenie.blogspot.com (diakses tanggal 25 Maret 2011).

Vivanaliz.2009.Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino.http://vivanaliz.wordpress.com (diakses tanggal 25 Maret 2011).

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...