Sunday, November 29, 2015

PENGEMBANGAN ISOLAT KHAMIR (Saccharomyce cerevisiae) DALAM PRODUKSI AMILASE PADA PROSES FERMENTASI



PENGEMBANGAN ISOLAT KHAMIR (Saccharomyce cerevisiae)
DALAM PRODUKSI  AMILASE PADA PROSES FERMENTASI

Septian Indra Dwi, Sabrina Arindhani, Fatimatuz Zahra,  Frida Maslikhah, Septy Handayani
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember

Abstrak
Saccharomyces cerevisiae  adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval yang terdiri dari kapsul, dinding sel. Isolat RTG dapat dikembangkan dari mikoba yang berperan pada fermentasi tapai utamanya khamir Saccharomyces cerevisiae. Penggunaan khamir itu sendiri sangat besar peranannya dalam membantu aktivitas amilase yang baik. Isolasi dengan menambah 0,5 ml suspensi ke medium selektif (media agar pati mengandung 2% pati terlarut/YPSs cair). Scale-up perlu dilakukan karena selama fermentasi terjadi perubahan lingkungan internal fermentor, yang dapat mempengaruhi aktivitas dan produktivitas mikroba. Penggunaan khamir Saccharomyces sp dan enzim alfa-amilase berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas pemecahan gula kompleks menjadi gula sedrhana.
Kata kunci : Saccharomyces cerevisiae, amilase, scale-up.  



PENDAHULUAN
Saat ini banyak dijumpai produk fermentasi minuman dan makanan yang berasal dari hasil aktivitas enzim dari mikroba. Contohnya, enzim amilase dari mikroba khamir.  Amilase adalah kelompok enzim yang dapat memecah pati menjadi gula-gula sederhana sehingga banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil. deterjen dan gula cair nontebu.
Produk fermentasi tradisional atau pun substrat alami lainnya merupakan sumber utama untuk mendapatkan mikroba berpotensi. Mikroba pada substrat alami tersebut dapat diisolasi serta diskrining kemampuan enzimnya. Isolat-isolat terseleksi dapat dimanfaatkan secara langsung untuk meningkatkan kualitas produk fermentasi tradisional. asal mikroba tersebut, atau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri lainnya, di antaranya sebagai penghasil enzim. Enzim dapat diproduksi dengan cara  enumbuhkan sel mikroba pada media yang sesuai.
Beberapa enzim komersial telah diproduksi dari mikroba antara lain enzim amilase yang dihasilkan oleh kelompok bakteri dan kapang. Dari kelompok bakteri dihasilkan oleh Bacillus spp (B. substilis, B. mycoides, B. stearothermophillus, B. cereus dan B. polymixa), sedang dari kelompok kapang oleh Aspergillus spp. dan Rhizopus spp. (Fogarty dan Kelly, 1980). Dari kelompok khamir hanya sedikit sekali diketahui yang dapat menghasilkan amilase, di antaranya Endomyces sp (Hattori, 1962) dan Saccharomycopsis fibuligera (Futatsugi, et al., 1980, Hadisepoetro et al., 1979 dan Wickerham et al., 1944). Hingga saat ini  ebutuhan akan enzim amilase di Indonesia belum dapat terpenuhi sehingga masih harus diimpor dari luar negeri.

MIKROBA YANG BERPERAN
Beberapa mikroba baik bakteri, kapang maupun kamir dapat berperan dalam reaksi yang melibatkan enzim amilase pada suatu proses fermentasi. Strain kapang yang dapat digunakan adalah Rhizopus sp dan Mucor sp. Sedangkan dari strain khamir yang dapat berpengaruk terhadap reaksi dengan enzim amilase  yaitu khamir yang berperan pada pembuatan tape atau ragi, Saccharomycopsis, Saccharomyces dan Candida. Namun yang memiliki peran utama dalam fermentasinya adalah Saccharomyces sp.
Karakteristik khamir Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae  adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Saccharomyces cerevisiae mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari kapsul, dinding sel yang mempunyai komponen seperti Glukan Khamir (30-35% berat kering dinding sel), Mannan (30% dari berat kering dinding khamir), Protein (6% berat kering dinding sel), Kitin (1-2 %), dan Lipid (8.5-13.5 %). Selain itu juga mempunyai membran sitoplasma., nukleus, vakuola, mitokondria, globula lipid, dan sitoplasma (Yalun, 2008).
Aktivitas relatif amilase adalah besarnya  perbandingan antara diameter zona bening dengan diameter zona pertumbuhan koloni yang ditumbuhkan pada media agar yang mengandung 1% pati sebagai sumber karbon.  Zona bening tersebut menandakan bahwa pati yang terdapat dalam media telah diubah menjadi gula sederhana yang terlihat setelah permukaan media yang disiram dengan larutan iodium dan disimpan dalam lemari pendingin selama satu hari. Di sekitar  koloni yang tidak menghasilkan amilase akan terbentuk warna biru akibat reaksi amilum dengan iodium. Aktivitas relatif amilase isolat RTG cukup tinggi. Isolat RTG ini dikembangkan dari mikoba yang berperan pada fermentasi tapai utamanya khamir Saccharomyces cerevisiae. Suhu optimum bekerjanya mikroba pada suhu 400C-450C dan pada pH 5,0-6,0. Semakin tinggi pH aktivitas amilase cenderung menurun karena pada kisaran pH tertentu aktivitas enzim dapat hilang sebab protein enzim mengalami denaturasi karena berubahnya ikatan rantai polipeptida. Penggunaan khamir itu sendiri sangat besar peranannya dalam membantu aktivitas amilase yang baik.
Sedangkan pemanfaatan khamir S.cerevisiae dengan konsentrasi enzim α-amilase yang berbeda menunjukkan adanya interaksi antara enzim α-amilase yang menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Glukosa kemudian digunakan oleh S.cerevisiae. Dengan demikian, S. cerevisiae berperan dalam proses pengubahan glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis oleh enzim amilase menjadi etanol. Sehingga dapat diindikasikan bahwa penambahan enzim α-amilase dengan konsentrasi tinggi dapat menghidrolisa amilum menjadi glukosa secara efektif, tetapi S.cerevisiae tidak dapat mengkonversi glukosa secara efektif karena S.cerevisiae tidak memiliki nutrisi tambahan seperti pada fermipan. 

PENGEMBANGAN INOKULUM
Inokulum yang berupa kultur kerja tidak dapat langsung digunakan untuk fermentasi, sebelumnya perlu dipropagasi untuk menumbuhkan kembali inokulum agar kaya dengan sel vegetatif. Selanjutnya dapat langsung digunakan sebagai starter pada skala lab, tapi harus dibiakkan kembali untuk skala industri. Prosedur perpindahan fermentasi dari skala laboratorium ke skala industri disebut scale-up atau peningkatan proses. Scale-up perlu dilakukan karena selama fermentasi terjadi perubahan lingkungan internal fermentor, yang dapat mempengaruhi aktivitas dan produktivitas mikroba. Pada fermentasi skala laboratorium digunakan fermentor gelas 1-5 liter. Percobaan di laboratoirum, meliputi menguji berbagai macam media, temperatur, pH, dan sebagainya semurah mungkin. Kemudian, pada tahap percobaan lapangan (pilot plant stage) biasanya menggunakan bioreaktor 300 –3.000 liter. Selanjutnya pada tahap industri digunakan fermentor 10.000 – 400.000 liter. Adapun secara umum tahapan scale-up yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 1.

Pembuatan starter 
Ekstrak  Ulva  fasciata  5  ml dimasukkan  ke  dalam  erlenmeyer  50  ml (Purwanto,  2004).  Ditambahkan larutan  HCl  30%  agar pH 4,5 (Munadjim, 1984). Metode serupa dilakukan pada konsentrasi ragi roti fermipan® sebesar 0,5 mg; 1 mg; 1,5 mg dan Saccharomyces cerevisiae (kontrol). Starter siap digunakan dan dimasukkan ke dalam medium fermentasi tepat ketika fase logaritmik fermipan® (berdasarkan kurva pertumbuhan).


Isolasi dan seleksi
Isolasi dengan menambah 0,5 ml suspensi ke medium selektif (media agar pati mengandung 2% pati terlarut/YPSs cair). Setelah inkubasi selama 2–5 hari pada suhu kamar hingga ada pertumbuhan mikroba, selanjutnya diambil beberapa ml untuk ditumbuhkan pada permukaan media YPSs padat. Masing-masing isolat yang berumur 3 hari di inokulasikan satu ose pada permukaan media agar YPSs, kemudian inkubasi selama 7 hari pada suhu kamar. Adanya aktivitas amilase terlihat dengan adanya zona bening disekitar koloni setelah dituang dengan larutan iodine            (1g I2,2 g KJ/300 ml aquades).

Produksi enzim amilase kasar
Enzim  amilase kasar diproduksi dalam media YPSs cair. Sebanyak 1% suspensi dengan kepekatan optik 0,5 pada panjang gelombang 630 nm dari isolat yang berumur 3–5 hari diinokulasikan ke dalam 20 ml medium produksi, inkubasi selama 3 hari di atas alat pengocok dengan kecepatan 130 rpm. Kultur disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan filtrat (berupa enzim kasar) dari partikel substrat.




KESIMPULAN
 
Khamir sebagai mikroba fermentative dapat di hasilkan dari proses isolasi dari beberapa bahan seperti Ulva  fasciata  dan ragi roti fermipan®, dan ragi tapai. Penggunaan khamir saccaromyces sp dan enzim alfa-amilase berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas pemecahan gula kompleks menjadi gula sedrhana. Namun apabila pH dan suhu fermentasi tidak terkontrol atau tidak sesuai dengan pertumbuhan khamir maka dapat menghambat reaksi dengan menurunkan efektifitas alfa amilase.


DAFTAR PUSTAKA

Yalun. 2008. Mengenal Ragi Saccharomyces cerevisiae. http://yalun.wordpress. com/2008/11/23/mengenal-ragi-saccaromices-cerevisiae/ [diakses tanggal 8 November 2012].

Munadjim.  1984.  Teknologi  Pengolahan Pisang. Jakarta : Gramedia.

Purwanto.  2004.  Aktivitas  Fermentasi Alkoholik  Cairan  Buah.  Jurnal Universitas Widya Mandala Madiun. Widya Warta No. 1 th. XXXII/ISSN 0854-1981.

Fogarty, WM dan Kelly, T. 1980. Amilases, Amyloglucosidases and Related Gluconases in Economy Microbiology : Microbial enzymes and bioconversions vol. 5. Ed. by. AH Rose. Academic Press, London.

Hattori Y. 1962. Studies of amylolitic enzyme produced by Endomyces sp. 1. Production of extracellular amilase by Endomyces sp. Agric. Biol. Chem 25: 737–743.

Wickerham LJ, Lockwood LB, Pettijohn OG and Ward GE. 1944. Starch hydrolysis and fermentatiopn by the yeast Endomycopsis Fubuligera. Jornal of Bacteriology. 48:413–427.



ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...