Reaksi maillard adalah suatu
reaksi kimia yang terjadi antara asam amino dan gula tereduksi, biasanya pada
suhu yang tinggi. Seperti layaknya proses karamelisasi tetapi karamelisasi
berbeda dengan maillard. Karamelisasi merupakan degradasi gula karena panas. Reaksi
maillard tergolong reaksi non enzimatik ini menghasilkan warna coklat
(browning). Secara umum suhu pemanasan lebih berpengaruh daripada waktu pemanasan dalam reaksi maillard. Mekanisme reaksi
maillard sangat kompleks, dimana gula amin akan mengalami denaturasi,
siklisasi, fargmentasi, dan polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen
yang disebut melanoidin.
Reaksi Maillard umumnya
terjadi pada pH 9-10,5. Pada pH rendah, banyak gugus amino yang terprotonasi sehingga
hanya sedikit asam amino yang tersedia untuk reaksi maillard. Proses ini berlangsung dalam suasana basa, suhu tinggi
ataupun kelembaban tinggi. Produk-produk yang memanfaatkan reaksi maillard dapat ditambahkan glukosa ataupun gula invert
untuk mendapatkan warna coklat yang diinginkan. Namun bila reaksi maillard
ingin dicegah, penambahan natrium metabisulfit dapat
diaplikasikan pada bahan pangan. Pemilihan jenis gula menjadi faktor penting karena jenis gula sangat menentukan karakteristik warna
coklat pada bahan pangan.
Reaksi Maillard yang diinginkan
antara lain sebagai berikut :
Reaksi Maillard ini dapat terjadi
pada waktu pembakaran roti, pengolahan kopi, pengolahan produk coklat, sirup maple (sejenis kayu), pemanasan daging terutama
bila terdapat bahan pangan nabati, pembuatan dodol susul. Produksi sereal sarapan seperti sereal jagung, beras, gandum dll.
Reaksi Maillard dapat terjadi
selama pembakaran roti. Akibatnya roti berwarna coklat karena
terjadinya reaksi dengan gula pereduksi yang dibentuk selama proses fermentasi
tetapi tidak habis digunakan oleh khamir dari ragi roti. Meskipun gula
nonreduksi seperti sukrosa tidak bereaksi dengan protein pada suhu
rendah, tetapi pada suhu tinggi ternyata dapat menimbulkan reaksi maillard, dimana pada suhu
tinggi terjadi pemecahan ikatan glikosidik dari sukrosa dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa.
Pada pembuatan dodol reaksi maillard diinginkan
terjadi karena diinginkannya aroma, warna serta tekstur dan rasanya yang sangat erat kaitannya dengan rasa khas
yang ditimbulkan oleh dodol sehingga lebih disukai konsumen.
Reaksi Maillard yang tidak
diinginkan antara lain sebagai berikut :
Walaupun memberikan keuntungan
dalam memberi warna dan aroma, reaksi maillard juga memberi efek yang tidak
diinginkan pada beberapa proses biologis dan makanan. Reaksi ini juga
berhubungan dengan aroma dan pewarnaan yang tidak diinginkan pada beberapa
makanan seperti makanan kering. Seperti perubahan warna pada susu bubuk,
perubahan pada saat pengolahan makanan kaleng.
Penurunan nilai biologis protein terutama untuk asam amino lysine dapat menghasilkan
cita rasa dan tekstur yang tidak disukai. Interaksi antara gugus karbonil
dan amino dapat merusak kualitas nutrisi protein dengan cara mengurangi
jumlah lysine dan beberapa jenis asam
amino lain dan membentuk zat yang
menghambat atau bersifat antinutrisi. Warna
coklat yang timbul akibat reaksi maillard sebenarnya tidak diinginkan dan menandakan bahwa flavour susu tersebut hangus
sehingga terjadi
penurunan nilai gizi pada susu.
Selain itu reaksi maillard juga dapat memicu timbulnya akrilamida pada produk
gorengan serta menurunkan daya cerna protein. Reaksi maillard
juga dapat bersifat karsinogenik jika terjadi dalam jumlah yang berlebihan
walaupun dapat juga berperan sebagai antioksidan dalam jumlah yang sesuai.
Misalnya terjadi pada pembakaran roti, daging dll. Jika dibakar pada suhu yang
sangat tinggi dan dalam waktu yang sangat lama akan menimbulkan sifat
karsinogenik jika dimakan.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya reaksi maillard dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian reaksi maillard yang terjadi pada bahan pangan
dapat dikontrol sehingga tidak sampai terjadi untuk menimbulkan kerugian atau
kerusakan pada bahan pangan.
Reaksi Maillard Sebagai Antioksidan:
Pada umumnya reaksi maillard
terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap reaksi awal dan
reaksi lanjutan. Pada tahap awal
reaksi inilah yang dapat berperan sebagai antioksidan dengan menghasilkan
antioksidan seperti pyrazines, pyridines, thiazoles, pyrroles dan oxazoles.
Antioksidan selanjutnya akan berperan
dalam menghambat proses oksidasi yang terjadi pada bahan makanan yang tidak
dikehendaki karena bersifat karsinogenik.
Kondensasi antara gugus karbonil
dari gula pereduksi dengan gugus
amino bebas dari asam
amino dalam rangkaian
protein akan menghasilkan produk
hasil kondensasi berupa
N-glycosylamine atau N-fructosylamine karena
kehilangan molekul air (H2O) dan akhirnya tersiklisasi oleh amadori
rearangement membentuk senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa dimana senyawa
tersebut merupakan senyawa intermediet amadori. Senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa
atau senyawa amadori yang terbentuk
merupakan bentuk utama lysine yang
terikat pada bahan pangan setelah
terjadinya reaksi maillard awal.
Pada tahap ini secara visual bahan pangan masih berwarna seperti aslinya, belum
berubah menjadi berwarna coklat, namun demikian lysine dalam protein bahan
pangan tersebut sudah tidak tersedia lagi secara biologis.
Senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa
kemudian akan membentuk reductones dan dehydroreductones dimana reduktonesnya
berupa H2S dan NH3 yang selanjutnya
akan menghasilkan senyawa antioksidan yang diingikan setelah mengalami
hetrerosiklisasi. Antioksidan yang dibentuk antara lain adalah Furans, Thiophenes, Pyrroles. Dan dehydroreductonesnya berupa asam amino dan degradasi
strecker yang selanjutnya harus menjadi reductones terlebih dahulu untuk
membentuk antioksidan dengan membentuk senyawa seperti Methional, NH3 dan H2S.
Reductones dan dehydroreductones
selain itu juga membentuk kondensasi retroaldol yang dapat membentuk senyawa Hydroxyacetone Acetoin Acetylaldehy dan senyawa Glyoxal Pyruvaldehyde Glycerolaldehyde. Selanjutnya
senyawa Hydroxyacetone, Acetoin, Acetylaldehy dan senyawa Glyoxal, Pyruvaldehyde, Glycerolaldehyde serta senyawa
Methional, NH3 dan H2S (dari hasil dehydroreductones yang berubah menjadi
reductones) akan mengalami heterosiklisasi sehingga dapat terbentuk
antioksidan-antioksidan seperti Pyrazines, Pyridines,
Thiazoles, Pyrroles &
Oxazoles.
Mekanisme pembentukan antioksidan
pada reaksi maillard dapat digambarkan sebagai berikut :
Antioksidan-antioksidan
diatas tergolong ke dalam senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat berperan
sebagai antioksidan dengan jalan menyumbangkan satu atom hidrogennya kepada
radikal fenoksil yang terbentuk ketika fenolik menyumbangkan satu atom
hidrogennya kepada radikal bebas. Senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai
antioksidan melalui kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas (terutama
radikal peroksi yakni ROO•). Dalam hal ini, senyawa fenolik bertindak sebagai
donor hidrogen atau sebagai akseptor radikal peroksi.
ROO• + AH2 -----------> ROOH
+ AH•
AH• + AH• ------------>
A +
AH2