MAKALAH
PENGOLAHAN LATEKS ALAM
IRRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PRODUK SARUNG TANGAN
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, Dan Lateks
Oleh:
Ayu May Zuhroh 101710101004
Astriani 101710101009
Anis Suhariati 101710101011
Frida maslikhah 101710101064
Alfiana 101710101097
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2012
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sesuai dengan nama
latin yang disandangnya tanaman karet (Havea
brasiliensis) berasal dari Brazil.
Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Karet alam merupakan salah
satu komoditi pertanian yang penting untuk lingkup internasional dan bagi
Indonesia khususnya. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian
terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang
diperoleh dari karet cukup besar.
Di Indonesia, sebagian
besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini
sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet,
padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan,
apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa
dipertahankan supaya tetap stabil.
Pemanfaatan karet alam yang sangat
terbatas menjadi hal penting yang harus dijadikan fokus utama. Kondisi demikian
dikarenakan mutu karet di Indonesia rendah akibat pengolahan karet yang kurang
baik. Oleh kerena itu dibutuhkan pengetahuan tentang teknologi pengolahan karet
secara khusus. Makalah ini membahas mengenai teknologi pengolahan karet alam
iradiasi dan pemanfaatannya sehingga dengan begitu dapat memperluas wawasan kita sebagai mahasiswa
teknologi pertanian. Pengetahuan ini nantinya dapat memeperbaiki mutu karet di
Indonesia dan memperluas pemanfaatan
karet.
1.2
Rumusan
masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.2.1. Bagaimana teknologi pengolahan
karet alam iradiasi?
1.2.2. Bagaimana
karakteristik karet alam iradiasi?
1.2.3. Bagaiman
proses pembuatan sarung tangan dari kareta alam iradiasi dan sifat sarung
tangan dari karet alam iradiasi?
1.2.4. Apa
manfaat sarung tangan iradiasi?
1.3
Tujuan
Berdasarkan
rmusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui
teknologi pengolahan karet alam iradiasi
1.3.2 Mengetahui
karakteristik karet alam iradiasi.
1.3.3 Mengetahui
proses pembuatan sarung tangan dari kareta alam iradiasi dan sifat sarung
tangan dari karet alam iradiasi.
1.3.4 Mengetahui
manfaat sarung tangan iradiasi.
1.4
Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, diantaranya:
1.4.1 Meningkatkan
pengetahuan tentang pemanfaatan karet alam.
1.4.2 Memberikan
pengetahuan tentang pengolahan karet alam secara iradiasi.
1.4.3 Meningkatkan
pengetahuan pembaca tentang pemanfaatan karet alam iradiasi sebagai sarung
tangan dan tahapan proses pengolahannya.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Karet adalah tanaman perkebunan
tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di
Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry
Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang
tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber
karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai
dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di
Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat
ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.
Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi
beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih
merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet
sebgai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Habibie,
2009).
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara
alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah
sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi
utama karet. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97%
cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam
diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa
lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa
dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi
(Handoko, B dan Kosasih. 1995).
Lateks
adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet.
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet
yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam
zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. (Djumarti, 2012).
Karet
mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF
karena terjadi koagulasi.(Goutara, 1975)
Berikut
ini adalah tabel tentang kandungan kimia pada Lateks Segar dan Lateks Kering :
Komponen
|
Komponen dalam
Lateks Segar (%)
|
Komponen dalam
Lateks kering (%)
|
Karet hidrokarbon
|
36
|
92-94
|
Protein
|
1,4
|
2,5-3,5
|
Karbohidrat
|
1,6
|
2,1
|
Lipida
|
1,6
|
2,5-3,2
|
Persenyawaan organik lain
|
0,4
|
0,3
|
Persenyawaan anorganik
|
0,5
|
0,1-0,5
|
Air
|
58,5
|
0,3-1,0
|
2.1
Macam
– Macam Karet Alam dan Proses Pengolahannya
Berbagai macam proses pengolahan karet alam sudah
banyak diaplikasikan oleh industri di Indonesia. Beberapa proses pengolahan
karet alam yang biasa dilakukan antara lain :
2.2.1 Ribbed Smoked Sheet (RSS)
Ribbed smoked sheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis
karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik. Ribbed
smoked sheet terdiri atas beberapa kelas seperti di bawah ini :
·
X
RSS
Mutu nomor 1 dari semua jenis RSS
adalah X RSS. Karet yang dihasilkan betul-betul kering, bersih, kuat, bagus,
dan pengasapannya merata. Cacat, noda-noda, karet, melepuh, dan tercampur pasir
atau benda-benda kotor tidak boleh ada. Juga tidak diperkenankan terdapat
garis-garis bekas oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlampau tinggi,
pengasapan berlebihan, terbakar, dan warnanya terlalu tua. Gelembung kecil
seukuran kepala jarum pentul boleh terdapat, tetapi harus tersebar merata.
·
RSS
1
Kelas ini masih di bawah kelas X
RSS. Sheet yang dihasilkan kriterianya hampir sama. Hasilnya benar-benar
kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak berkarat, tidak melepuh, serta
tidak ada benda-benda yang mengotorinya, Jenis RSS 1 tidak boleh ada
garis-garis karena pengaruh oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlalu
tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua,
serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung kecil seukuran kepala jarum
pentul, asalkan letaknya tersebar merata, masih diperkenankan.
Adapun Proses
Pengolahan RSS adalah sebagai berikut :
a.
Penerimaan Lateks Kebun
Perhitungan Kadar karet kering = kkk atau Dry Rubber
Content
Tujuan
Penentuan KKK adalah :
·
Untuk penentuan upah penyadapan lateks
·
Untuk menentukan jumlah air pada
waktu pengenceran lateks
·
Penyadap lateks tidak mungkin mencampuri
lateks dengan air.
b.
Pengenceran Lateks
Tujuan :
·
Penyeragaman KKK, sehingga cara
pengolahan dan mutunya tetap
·
Memudahkan penyaringan, sehingga kotoran
lebih banyak yang tersaring
·
Gelembung udara atau gas yang terdapat
dalam lateks lebih banyak keluar.
c.
Pembekuan
·
Lateks disaring dulu dg saringan 40, 60,
80 mesh
·
Masukkan dalam tangki koagolasi dengan
ukuran 300 x70x40 cm. terdiri 75-90 ruang dibatasi oleh sekat alumunium
·
Tambahkan bahan pembeku asam format 1%
atau asam asetat 2% dengan ukuran 55,5ml/liter.
d.
Penggilingan
Tujuan :
·
Mengeluarkan sebagian air dengan
pengepresan (tekanan) untuk mempercepat pengeringan
·
Memperluas permukaan sheet dengan
menipiskan dan memberi lambang (print) sehingga pengeringan lebih cepat
·
Menyeragamkan mutu
Penggilingan
koagulasi karet dilakukan dengan baterai sheet dari 4-6 gilingan. Pada gilingan
terakhir diberi patron (bergambar timbul)
berbentuk spiral disebut printer.
e.
Pengasapan dan Pengeringan
Tujuan :
- Mengawetkan sheet agar tahan lama disimpan dengan menggunakan asap yang mengandung phenol yang akan mencegah tumbuhnya M.O dalam sheet.
- Mengeringkan sheet supaya tidak mudah diserang M.O
- Memberi warna coklat muda dengan asap sehigga mutunya meningkat
Pengaturan
jumlah asap, suhu dan sirkulasi udara
sebagai berikut :
1.
Hari Pertama
Suhu
40-50C dengan jumlah asap banyak dan ventilasi udara cukup. Kayu bakar basah
agar asap yang diperoleh banyak dan lalu diserap oleh sheet.
2.
Hari kedua
Suhu
50-54C dengan ventilasi dan jumlah asap
dikurangi ½ nya dari hari pertama agar terjadi proses penguapan air dari sheet
dan juga masih terjadi proses penyerapan asap.
3. Hari ketiga
Suhu 50-55C dengan ventilasi dan jumlah asap
dikurangi lagi menjadi ¼ hari pertama terjadi penguapan air disebut proses
pengeringan.
4. Pada Hari keempat
Suhu
50-55C – 60C dengan jumlah asap dan ventilasi diusahakan serendh mungkin.
f.
Sortasi
dan Pembungkusan
RSS
disortasi menjadi beberapa mutu berdasar persyaratan yang telah ditentukan
dalam buku “Type Description and Packing Spesification For Natural Rubber Grade
In International Trade” disebut “Green Book” = “Batasan-btasan Jenis Karet Alam
dan Cara-cara Pembungkusan yang dipergunakan dalam Perdagangan International”
Diterbitkan oleh BPP Bogor dalam Bahasa Indonesia.
2.2.2
Crape Rubber
Jenis
ini merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. Adapun proses pengolahan
adalah sebagai berikut :
a.
Penerimaan Lateks Kebun
Perhitungan Kadar karet kering = kkk atau Dry Rubber
Content
Tujuan
Penentuan KKK adalah :
·
Untuk penentuan upah penyadapan lateks
·
Untuk menentukan jumlah air pada
waktu pengenceran lateks
·
Penyadap lateks tidak mungkin mencampuri
lateks dengan air.
b.
Pengenceran Lateks
Tujuan :
·
Penyeragaman KKK, sehingga cara
pengolahan dan mutunya tetap
·
Memudahkan penyaringan, sehingga kotoran
lebih banyak yang tersaring
·
Gelembung udara atau gas yang terdapat
dalam lateks lebih banyak keluar.
c.
Pembekuan
Asam
format pekat 0,5-0,7 ml/liter lateks atau asam asetat pekat 1,0-1,4 ml per
liter lateks. Sebelumnya lateks ditambahkan Na Bisulfit 1% untuk menghilangkan
warna kuning dari lateks.
d.
Penggilingan
Menggunakan
baterai crepe 3-5 gilingan beroda dua.
- Gilingan Pendahuluan
Berupa
pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron ±
2-3 mm
2.
Gilingan Menengah
Mempunyai
lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
3. Gilingan
Akhir
Disebut
“finisher” tidak berpatron permukaan rata.
e.
Pengeringan
Ada 2 metode :
·
Dengan suhu kamar 2-4 minggu
·
Menggunakan panas 35
(5-7 hari)
Cara
pemanasan dapat menggunakan uap air panas atau air panas melalui pipa besi yang
terdapat dalam ruangan pemanas.
f.
Sortasi dan Pembungkusan
Berdasarkan
standart buku green book Pengujian
secara visual/organoleptis lebar, tebal, berat dan warna kekeringan, cacat,
noda. Setelah disortir karet crepe siap dikemas untuk dipasarkan, satu bandela
berat min 160 lbs dan maks 244 lbs. Bagian luar dari kulit bandela diberi tepung sagu agar tidak saling melekat.
lalu bandela dibalut rapat rapat, sisi luar bandela dilumuri dengan larutan
kimia disebut the official bale coating solution. Lalu diberi tanda nomor,
jenis mutu, nama perusahaan serta tujuan ekspor.
2.2.3
Lateks Pekat
Lateks
pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat
melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan
atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan
bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Ada 2 jenis cara
pembuatan lateks pekat, yaitu :
Ø Cara
Creaming (Bahan dadih/pendadih)
Lateks dapat dipandang
sebagai sistem dispersi yang terdiri dari karet dan air serum. BJ karet 0,904
dan air serum 1,024. Variasi BJ karet < dibandingkan dengan variasi BJ
serum. Umumnya pada dispersi benda padat dalam benda cair, kecepatan turun atau
naik dari butir-butir yang terdispersi mengikuti hukum stok.
Apabila dalam rumus
terjadi perubahan salah satu faktornya, maka kecepatan butir-butir karet (V) berubah. Dengan menambahkan bahan dadih
(creaming agent), maka garis tengah butir karet menjadi bertambah besar, karena dengan adanya bahan
dadih yang berantai panjang menyebabkan butir karet seperti menjadi lebih
besar. Demikian juga dengan adanya bahan dadih gerakan brown berkurang,
sehingga terjadi aglomerasi (pembuliran).
Dengan adanya perubahan
faktor tersebut maka kecepatan naik butir karet bertambah besar, sehingga dalam
beberapa waktu butir karet akan terpisah terkumpul di bagian atas cairan dan
serumnya di bagian bawah. Lama pemisahan dengan cara ini perlu 3-4 hari,
sehingga di bagian atas tercapai kadar karet
yang maksimum.
Ø Cara
Centrifuge
Prinsip pembuatan
lateks pekat dengan cara centrifuge (pemusingan) berdasarkan perbedaan berat
jennis antara partikel karet dan serum. Serum mempunyai berat jenis >
dari partikel karet, sehingga partikel
karet memiliki kecenderungan untuk naik ke permukaan, sedang serum merupakan
lapisan di bawahnya.
Kecepatan naik partikel
karet dalam serum mengikuti hukum stokes. Partikel karet dalam lateks mengalami
gerakan brown, karena terjadi gaya tolak menolak antara partikel karet yang
bermuatan. Gerakan brown ini akan memperlambat terjadinya pemisahan antara
partikel karet dan serum.
2.2.4
Crumb Rubber
Karet
spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu
teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis. Warna atau
penilaian fisual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet
sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini.
Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya karet
spesifikasi teknis. Proses pengolahan karet alam terus
berkembang dengan tujuan untuk mendapat biaya produksi serendah mungkin,
terutama dalam menghadapi persaingan karet sintetis. Negara penghasil karet
alam mengusahakan beberapa perbaikan antara lain dalam pengolahan, budidaya
tanaman, penyajian dan mutu. Gagasan ini berasal dari cara pengolahan karet
sintetis dan bentuknya disesuaikan dengan penyajian karet sintetis. Cara
pengolahannya yaitu :
1. Pengolahan
Lateks Kebun
Untuk mengolah lateks
kebun menjadi karet mentah dengan proses guthrie, lateks digumpalkan dengan
asam atau biologis. Cara penggumpalan yang dapat memberikan sifat-sifat optimum
adalah denngan cara penggumpalan kombinasi antara asam dan cara biologis
(Assisted biological coagulation). Caranya yaitu denngan memberikan 0,36% tetes
dan buat karet kering 1% asam format ke dalam lateks. Sebagian bahan pencampur
dapat ditambahkan 0,05% natrium serta bisulfit.
Cara membuat larutan
penggumpal yaitu sebanyak 2 liter tetes diencerkan dengan 16 liter, larutan
natrium bisulfit yang melarutkan 150 gram natrium bisulfit dalam 4,5 liter air,
dan larutan asam format yang dibuat dengan melarutkan 300 gram asam format
dalam 13,5 liter air.
Gumpalan dari bak
penggumpal lalu diisikann ke dalam mesin pisau berputar (rotary cutter) yang
dilengkapi dengan saringan berukuran lubang 1,6 cm atau 1,9 cm, dimana koagulum
dipotong-potong menjadi potongan kecil yang lolos dari lubang saringan,
langsung masuk ke dalam kotak pengering. Pengeringan berlangsung selama jam
pada 100OC dan kemudian karet yang telah kering dikempa, masing-masing
ditimbang seberat 75 lb. sesudah di kempa, bongkah-bongkah dibungkus dengan
lembaran plastik politilen.
2. Pengolahan
Lump mangkok dan gumpalan mutu rendah
Untuk membuat karet
yang bermutu tinggi, hendaknya lump mangkok dipisahkan dari gumpalan yang kotor
seperti shup pohon dan shup tanah. Gumpalan karet itu biasanya direndam dulu
dalam tangki penampung, supaya kotoran
dapat mengendap di bawah bak. Lama perendaman 48 jam.
Kemudian
gumpalan-gumpalan diambil dan dialirkan melalui saluran air menuju ban berjalan
yang akan membawanya ke dalam mesin pisau berputar. Butiran gumpalan yang
keluar dari mesin pisau berputar mempunyai ukuran yang masih terlalu besar
untuk dikeringkan, karena itu perlu dilakukan pembutiran lebih lanjut dan
penyeragaman dalam mesin “polletisse”. Dalam mesin itu terjadi juga proses
menghilangkan kotoran. Sesudah dibutirkan dalam polletiser, kemudian
dikeringkan dan dibungkus dengan cara yang sama seperti pada karet yang berasal
dari lateks kebun.
(Djumarti,
2012)
2.3
Kegunaan
Karet Alam
Hasil olahan karet dan lateks
memiliki banyak manfaat diantaranya :
1. Digunakan sebagai bahan baku
pembuatan ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat
terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa
karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
2. Bahan baku perlengkapan seperti
sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shock
absorbers.
3. Bahan tahanan dudukan mesin.
4. Pembuatan lapisan karet pada pintu,
kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat
dan tahan getaran serta tidak tembus air.
5. Pembuatan jembatan sebagai penahan
getaran.
6. Sambungan pipa minyak, pipa air,
pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku
karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan plastik.
7. Alat-alat rumah tangga dan kantor
seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur busa, serta peralatan
tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan
pembuat.
8. Beberapa alat olahraga seperti
bermacam-macam bola maupun peralatan permainan
9.
Peralatan dan kendaraan perang banyak yang
bagian-bagiannya di buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser
berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.
10.
Pembuatan
sarung tangan karet.
Khususnya untuk sarung tangan karet banyak digunakan
untuk keperluan medis, kimia, klinik, industri kimia dan makanan, serta
keperluan rumah tangga (house hold).
Permintaan komoditas sarung tangan karet dunia selalu meningkat rata-rata 20%
per tahun terutama di negara-negara Afrika dan Asia. Sekitar 90% bahan baku
yang digunakan untuk pembuatan sarung tangan dari karet alam adalah lateks
pekat.
Sarung tangan biasanya diproduksi secara
massal dalam suatu proses yang bersifat otomatis. Industri ini bergantung secara
eksklusif pada karet alam karena dapat menghasilkan lapisan film yang kontinus
dan licin serta kuat dan elastis. Sarung tangan diproduksi dengan cara
mencelupkan cetakan berbentuk tangan ke dalam kompon karet selama waktu
tertentu, dikeluarkan secara perlahan hingga menghasilkan lapisan karet
(deposit) tipis pada permukaan cetakan. Deposit karet dikeringkan dan
divulkanisasi sebelum sarung tangan dilepas dari cetakan.
2.4
Pengertian
Lateks Alam
Iradiasi dan Komposisinya
Teknologi pengolahn lateks alam dewasa ini semakin berkembang demi
menghasilkan produk karet yang berkualitas. Salah satu yang berkembang adalah
teknologi vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan
ikatan silang kimia dari
rantai molekul yang berdiri sendiri, yang dapat meningkatkan
elastisitas dan menurunkan plastisitas. Vulkanisasi merupakan salah satu proses polimerisasi lateks, namun dengan
menggunakan cara sederhana dengan menambahkan bahan kimia. Namun saat ini vulkanisasi
digantikan dengan proses irradiasi atau biasa dikenal dengan polimerisasi
lateks secara irradiasi.
Polimerisasi radiasi
adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer
dengan menggunakan radiasi sinar gamma
atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan
baru dengan sifat yang dikehendaki. Pengolahan
lateks alam iradiasi artinya cara membuat lateks alam/getah pohon karet dengan menggunakan sinar gama Cobalt – 60 atau berkas
elekttron sebagai sumber energi. Proses iradiasi ini merupakan suatu proses
yang mendukung tahahapan proses polimerisasi lateks pekat sehingga terbentuk
padatan karet yang sesuai dengan keinginan dan sesuai dengan produk yang akan
diproduksi. Menurut Goutara, (1975) Polimerisasi
radiasi adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer dengan menggunakan radiasi
sinar gamma atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan baru dengan sifat yang
dikehendaki. teknologi iradiasi untuk polimerisasi lateks dalam proses produksi
barang karet terbukti lebih ramah lingkungan dan menghasilkan produk barang
jadi karet yang lebih aman untuk dipergunakan, karena bebas senyawa
karsinogenik dan Nitrosamin.
Karet iradiasi disebut juga sebagai lateks alam
pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan
teknologi nuklir dan langsung dapat digunakan untuk membuat barang karet
seperti sarung tangan, balon, bola dll.
Pengolahan lateks alam iradiasi dengan cara pengolahan lateks alam dengan
menggunakan sinar gamma Cobalt-60 atau berkas elektron sebagai sumber energi.
Dengan sumber radiasi berkapasitas sekitar 6.000 Curie, yang mampu meradiasi 2
liter setiap 17 jam. Vulkanisasi lateks alam dengan radiasi hanya menggunakan
dua macam bahan kimia, tidak perlu dipanaskan, langsung dapat diproses menjadi
produk industri karet yang dikehendaki. Pada tanggal 8 Desember 1983
didirikanlah iradiator lateks alam menggunakan sumber radiasi Cobalt-60
berkapasitas 225.000 Curie dan dapat meradiasi lateks alam sebanyak 1.500 ton
setahun (1.500 kg setiap 20 jam) (Anonim, 2011).
Perbedaan
Struktur Kimia Karet Setelah Iradiasi dan Vulkanisasi Sulfur
Perbedaan struktur kimia
karet alam yang mengalami vulkanisasi menggunakan sulfur dengan yang
menggunakan teknik iradiasi adalah sebagai berikut :
Ini adalah truktur kimia karet alam yang mengalami
reaksi dengan sulfur sehingga terbentuk ikatan silang.
Setelah megalami
iradiasi karet akan mengalami perubahan struktur kimia dengan membentuk ikatan
cross linking yang sebelumnya didahului dengan pembentukan radikal bebas akibat
penembakan elektron.
Komposisi kimia lateks pekat iradiasi sama
dengan komposisi kimia lateks pekat sebelum iradiasi, yang membedakan hanyalah
kenampakan fisik lateks pekat. Produk dengan menggunakan lateks pekat iradiasi
memiliki kenampakan lebih baik, lebih elastis, dan lebih kokoh atau kuat
(Utama, 2008).
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
-
Iradiator sinar gamma Co-60 dosis 100
Kgy
-
Cetakan sarung tangan
-
Bak pencelup
-
Bak pencuci
3.1.2
Bahan
-
Lateks alam pekat KKK 60%
-
Monomer vinil
-
Lateks alam iradiasi (lateks pekat)
-
Bahan pewarna
-
Air