Thursday, December 24, 2015

PENGOLAHAN LATEKS ALAM IRRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PRODUK SARUNG TANGAN





MAKALAH
PENGOLAHAN LATEKS ALAM IRRADIASI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PRODUK SARUNG TANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, Dan Lateks



Oleh:
Ayu May Zuhroh        101710101004
Astriani                       101710101009
Anis Suhariati              101710101011
Frida maslikhah           101710101064
Alfiana                        101710101097








JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2012


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang
Sesuai dengan nama latin yang disandangnya tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting untuk lingkup internasional dan bagi Indonesia khususnya. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar.
Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
      Pemanfaatan karet alam yang sangat terbatas menjadi hal penting yang harus dijadikan fokus utama. Kondisi demikian dikarenakan mutu karet di Indonesia rendah akibat pengolahan karet yang kurang baik. Oleh kerena itu dibutuhkan pengetahuan tentang teknologi pengolahan karet secara khusus. Makalah ini membahas mengenai teknologi pengolahan karet alam iradiasi dan pemanfaatannya sehingga dengan begitu dapat memperluas wawasan kita sebagai mahasiswa teknologi pertanian. Pengetahuan ini nantinya dapat memeperbaiki mutu karet di Indonesia dan memperluas pemanfaatan karet.

1.2    Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.2.1. Bagaimana teknologi pengolahan karet alam iradiasi?
1.2.2.      Bagaimana karakteristik karet alam iradiasi?
1.2.3.      Bagaiman proses pembuatan sarung tangan dari kareta alam iradiasi dan sifat sarung tangan dari karet alam iradiasi?
1.2.4.      Apa manfaat sarung tangan iradiasi?

1.3    Tujuan
Berdasarkan rmusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.3.1   Mengetahui teknologi pengolahan karet alam iradiasi
1.3.2   Mengetahui karakteristik karet alam iradiasi.
1.3.3   Mengetahui proses pembuatan sarung tangan dari kareta alam iradiasi dan sifat sarung tangan dari karet alam iradiasi.
1.3.4   Mengetahui manfaat sarung tangan iradiasi.

1.4    Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, diantaranya:
1.4.1   Meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan karet alam.
1.4.2   Memberikan pengetahuan tentang pengolahan karet alam secara iradiasi.
1.4.3   Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang pemanfaatan karet alam iradiasi sebagai sarung tangan dan tahapan proses pengolahannya.


 
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karet dan Komposisi Kimia Lateks  



Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet sebgai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Keluarga          : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis
(Habibie, 2009).
Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Handoko, B dan Kosasih. 1995).
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. (Djumarti, 2012).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, 1975)
            Berikut ini adalah tabel tentang kandungan kimia pada Lateks Segar dan Lateks Kering :
Komponen
Komponen dalam
Lateks Segar (%)
Komponen dalam
Lateks kering (%)
Karet hidrokarbon
36
92-94
Protein
1,4
2,5-3,5
Karbohidrat
1,6
2,1
Lipida
1,6
2,5-3,2
Persenyawaan organik lain
0,4
0,3
Persenyawaan anorganik
0,5
0,1-0,5
Air
58,5
0,3-1,0

2.1    Macam – Macam Karet Alam dan Proses Pengolahannya
Berbagai macam proses pengolahan karet alam sudah banyak diaplikasikan oleh industri di Indonesia. Beberapa proses pengolahan karet alam yang biasa dilakukan antara lain :
2.2.1   Ribbed Smoked Sheet (RSS)
Ribbed smoked sheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik. Ribbed smoked sheet terdiri atas beberapa kelas seperti di bawah ini :
·         X RSS
Mutu nomor 1 dari semua jenis RSS adalah X RSS. Karet yang dihasilkan betul-betul kering, bersih, kuat, bagus, dan pengasapannya merata. Cacat, noda-noda, karet, melepuh, dan tercampur pasir atau benda-benda kotor tidak boleh ada. Juga tidak diperkenankan terdapat garis-garis bekas oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlampau tinggi, pengasapan berlebihan, terbakar, dan warnanya terlalu tua. Gelembung kecil seukuran kepala jarum pentul boleh terdapat, tetapi harus tersebar merata.


·         RSS 1
Kelas ini masih di bawah kelas X RSS. Sheet yang dihasilkan kriterianya hampir sama. Hasilnya benar-benar kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak berkarat, tidak melepuh, serta tidak ada benda-benda yang mengotorinya, Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis karena pengaruh oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua, serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung kecil seukuran kepala jarum pentul, asalkan letaknya tersebar merata, masih diperkenankan.
Adapun Proses Pengolahan RSS adalah sebagai berikut :
a.      Penerimaan Lateks Kebun
Perhitungan Kadar karet kering = kkk atau Dry Rubber Content
Tujuan Penentuan KKK adalah :
·         Untuk penentuan upah penyadapan lateks
·         Untuk menentukan jumlah air pada waktu  pengenceran lateks
·         Penyadap lateks tidak mungkin mencampuri lateks dengan air.
b.      Pengenceran Lateks
Tujuan  :
·         Penyeragaman KKK, sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap
·         Memudahkan penyaringan, sehingga kotoran lebih banyak yang tersaring
·         Gelembung udara atau gas yang terdapat dalam lateks lebih banyak keluar.
c.       Pembekuan
·         Lateks disaring dulu dg saringan 40, 60, 80 mesh
·         Masukkan dalam tangki koagolasi dengan ukuran 300 x70x40 cm. terdiri 75-90 ruang dibatasi oleh sekat alumunium
·         Tambahkan bahan pembeku asam format 1% atau asam asetat 2% dengan ukuran 55,5ml/liter.
d.      Penggilingan
Tujuan  :
·         Mengeluarkan sebagian air dengan pengepresan (tekanan) untuk mempercepat pengeringan
·         Memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan memberi lambang (print) sehingga pengeringan lebih cepat
·         Menyeragamkan mutu
Penggilingan koagulasi karet dilakukan dengan baterai sheet dari 4-6 gilingan. Pada gilingan terakhir  diberi patron (bergambar timbul) berbentuk spiral disebut printer.
e.       Pengasapan dan Pengeringan
Tujuan  :
  • Mengawetkan sheet agar tahan lama disimpan dengan menggunakan asap yang mengandung phenol yang akan mencegah tumbuhnya M.O dalam sheet.
  • Mengeringkan sheet supaya tidak mudah diserang M.O
  • Memberi warna coklat muda dengan asap sehigga mutunya meningkat
Pengaturan jumlah asap, suhu dan sirkulasi  udara sebagai berikut :
1.      Hari Pertama
Suhu 40-50C dengan jumlah asap banyak dan ventilasi udara cukup. Kayu bakar basah agar asap yang diperoleh banyak dan lalu diserap  oleh sheet.
2.      Hari kedua
Suhu 50-54C dengan ventilasi dan  jumlah asap dikurangi ½ nya dari hari pertama agar terjadi proses penguapan air dari sheet dan juga masih terjadi proses penyerapan asap.
3.   Hari ketiga
Suhu 50-55C dengan ventilasi dan jumlah asap dikurangi lagi menjadi ¼ hari pertama terjadi penguapan air disebut proses pengeringan.
4.   Pada Hari keempat
            Suhu 50-55C – 60C dengan jumlah asap dan ventilasi diusahakan serendh mungkin.
f.       Sortasi dan Pembungkusan
RSS disortasi menjadi beberapa mutu berdasar persyaratan yang telah ditentukan dalam buku “Type Description and Packing Spesification For Natural Rubber Grade In International Trade” disebut “Green Book” = “Batasan-btasan Jenis Karet Alam dan Cara-cara Pembungkusan yang dipergunakan dalam Perdagangan International” Diterbitkan oleh BPP Bogor dalam Bahasa Indonesia.
2.2.2        Crape Rubber
Jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. Adapun proses pengolahan adalah sebagai berikut :
a.      Penerimaan Lateks Kebun
Perhitungan Kadar karet kering = kkk atau Dry Rubber Content
Tujuan Penentuan KKK adalah :
·         Untuk penentuan upah penyadapan lateks
·         Untuk menentukan jumlah air pada waktu  pengenceran lateks
·         Penyadap lateks tidak mungkin mencampuri lateks dengan air.
b.      Pengenceran Lateks
Tujuan  :
·         Penyeragaman KKK, sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap
·         Memudahkan penyaringan, sehingga kotoran lebih banyak yang tersaring
·         Gelembung udara atau gas yang terdapat dalam lateks lebih banyak keluar.
c.       Pembekuan
Asam format pekat 0,5-0,7 ml/liter lateks atau asam asetat pekat 1,0-1,4 ml per liter lateks. Sebelumnya lateks ditambahkan Na Bisulfit 1% untuk menghilangkan warna kuning dari lateks.
d.      Penggilingan
Menggunakan baterai crepe 3-5 gilingan beroda dua.
  1. Gilingan Pendahuluan
Berupa pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron ± 2-3 mm
2.      Gilingan Menengah
Mempunyai lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
3.      Gilingan Akhir
Disebut “finisher” tidak berpatron permukaan rata.
e.       Pengeringan
Ada  2 metode :
·         Dengan suhu kamar 2-4 minggu
·         Menggunakan panas 35  (5-7 hari)
Cara pemanasan dapat menggunakan uap air panas atau air panas melalui pipa besi yang terdapat dalam ruangan pemanas.
f.       Sortasi dan Pembungkusan
Berdasarkan standart buku green book Pengujian secara visual/organoleptis lebar, tebal, berat dan warna kekeringan, cacat, noda. Setelah disortir karet crepe siap dikemas untuk dipasarkan, satu bandela berat min 160 lbs dan maks 244 lbs. Bagian luar dari kulit bandela  diberi tepung sagu agar tidak saling melekat. lalu bandela dibalut rapat rapat, sisi luar bandela dilumuri dengan larutan kimia disebut the official bale coating solution. Lalu diberi tanda nomor, jenis mutu, nama perusahaan serta tujuan ekspor.
2.2.3        Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Ada 2 jenis cara pembuatan lateks pekat, yaitu :
Ø  Cara Creaming (Bahan dadih/pendadih)
Lateks dapat dipandang sebagai sistem dispersi yang terdiri dari karet dan air serum. BJ karet 0,904 dan air serum 1,024. Variasi BJ karet < dibandingkan dengan variasi BJ serum. Umumnya pada dispersi benda padat dalam benda cair, kecepatan turun atau naik dari butir-butir yang terdispersi mengikuti hukum stok.
Apabila dalam rumus terjadi perubahan salah satu faktornya, maka kecepatan butir-butir karet  (V) berubah. Dengan menambahkan bahan dadih (creaming agent), maka garis tengah butir karet menjadi  bertambah besar, karena dengan adanya bahan dadih yang  berantai panjang  menyebabkan butir karet seperti menjadi lebih besar. Demikian juga dengan adanya bahan dadih gerakan brown berkurang, sehingga terjadi aglomerasi (pembuliran).
Dengan adanya perubahan faktor tersebut maka kecepatan naik butir karet bertambah besar, sehingga dalam beberapa waktu butir karet akan terpisah terkumpul di bagian atas cairan dan serumnya di bagian bawah. Lama pemisahan dengan cara ini perlu 3-4 hari, sehingga di bagian atas tercapai kadar karet  yang maksimum.
Ø  Cara Centrifuge
Prinsip pembuatan lateks pekat dengan cara centrifuge (pemusingan) berdasarkan perbedaan berat jennis antara partikel karet dan serum. Serum mempunyai berat jenis > dari  partikel karet, sehingga partikel karet memiliki kecenderungan untuk naik ke permukaan, sedang serum merupakan lapisan di  bawahnya.
Kecepatan naik partikel karet dalam serum mengikuti hukum stokes. Partikel karet dalam lateks mengalami gerakan brown, karena terjadi gaya tolak menolak antara partikel karet yang bermuatan. Gerakan brown ini akan memperlambat terjadinya pemisahan antara partikel karet dan serum.


2.2.4         Crumb Rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian fisual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini. Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya karet spesifikasi teknis. Proses pengolahan karet alam terus berkembang dengan tujuan untuk mendapat biaya produksi serendah mungkin, terutama dalam menghadapi persaingan karet sintetis. Negara penghasil karet alam mengusahakan beberapa perbaikan antara lain dalam pengolahan, budidaya tanaman, penyajian dan mutu. Gagasan ini berasal dari cara pengolahan karet sintetis dan bentuknya disesuaikan dengan penyajian karet sintetis. Cara pengolahannya yaitu :
1.      Pengolahan Lateks Kebun
Untuk mengolah lateks kebun menjadi karet mentah dengan proses guthrie, lateks digumpalkan dengan asam atau biologis. Cara penggumpalan yang dapat memberikan sifat-sifat optimum adalah denngan cara penggumpalan kombinasi antara asam dan cara biologis (Assisted biological coagulation). Caranya yaitu denngan memberikan 0,36% tetes dan buat karet kering 1% asam format ke dalam lateks. Sebagian bahan pencampur dapat ditambahkan 0,05% natrium serta bisulfit.
Cara membuat larutan penggumpal yaitu sebanyak 2 liter tetes diencerkan dengan 16 liter, larutan natrium bisulfit yang melarutkan 150 gram natrium bisulfit dalam 4,5 liter air, dan larutan asam format yang dibuat dengan melarutkan 300 gram asam format dalam 13,5 liter air.
Gumpalan dari bak penggumpal lalu diisikann ke dalam mesin pisau berputar (rotary cutter) yang dilengkapi dengan saringan berukuran lubang 1,6 cm atau 1,9 cm, dimana koagulum dipotong-potong menjadi potongan kecil yang lolos dari lubang saringan, langsung masuk ke dalam kotak pengering. Pengeringan berlangsung selama jam pada 100OC dan kemudian karet yang telah kering dikempa, masing-masing ditimbang seberat 75 lb. sesudah di kempa, bongkah-bongkah dibungkus dengan lembaran plastik politilen.
2.      Pengolahan Lump mangkok dan gumpalan mutu rendah
Untuk membuat karet yang bermutu tinggi, hendaknya lump mangkok dipisahkan dari gumpalan yang kotor seperti shup pohon dan shup tanah. Gumpalan karet itu biasanya direndam dulu dalam tangki  penampung, supaya kotoran dapat mengendap di bawah bak. Lama perendaman 48 jam.
Kemudian gumpalan-gumpalan diambil dan dialirkan melalui saluran air menuju ban berjalan yang akan membawanya ke dalam mesin pisau berputar. Butiran gumpalan yang keluar dari mesin pisau berputar mempunyai ukuran yang masih terlalu besar untuk dikeringkan, karena itu perlu dilakukan pembutiran lebih lanjut dan penyeragaman dalam mesin “polletisse”. Dalam mesin itu terjadi juga proses menghilangkan kotoran. Sesudah dibutirkan dalam polletiser, kemudian dikeringkan dan dibungkus dengan cara yang sama seperti pada karet yang berasal dari  lateks kebun.
(Djumarti, 2012)
2.3    Kegunaan Karet Alam
Hasil olahan karet dan lateks memiliki banyak manfaat diantaranya :
1.      Digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
2.      Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shock absorbers.
3.      Bahan tahanan dudukan mesin.
4.      Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
5.      Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.
6.      Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan plastik.
7.      Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat.
8.      Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan
9.      Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.
10.  Pembuatan sarung tangan karet.
Khususnya untuk sarung tangan karet banyak digunakan untuk keperluan medis, kimia, klinik, industri kimia dan makanan, serta keperluan rumah tangga (house hold). Permintaan komoditas sarung tangan karet dunia selalu meningkat rata-rata 20% per tahun terutama di negara-negara Afrika dan Asia. Sekitar 90% bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sarung tangan dari karet alam adalah lateks pekat.
Sarung tangan biasanya diproduksi secara massal dalam suatu proses yang bersifat otomatis. Industri ini bergantung secara eksklusif pada karet alam karena dapat menghasilkan lapisan film yang kontinus dan licin serta kuat dan elastis. Sarung tangan diproduksi dengan cara mencelupkan cetakan berbentuk tangan ke dalam kompon karet selama waktu tertentu, dikeluarkan secara perlahan hingga menghasilkan lapisan karet (deposit) tipis pada permukaan cetakan. Deposit karet dikeringkan dan divulkanisasi sebelum sarung tangan dilepas dari cetakan.
2.4    Pengertian Lateks Alam Iradiasi dan Komposisinya
Teknologi pengolahn lateks alam dewasa ini semakin berkembang demi menghasilkan produk karet yang berkualitas. Salah satu yang berkembang adalah teknologi vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, yang dapat meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Vulkanisasi merupakan salah satu proses polimerisasi lateks, namun dengan menggunakan cara sederhana dengan menambahkan bahan kimia. Namun saat ini vulkanisasi digantikan dengan proses irradiasi atau biasa dikenal dengan polimerisasi lateks secara irradiasi.
Polimerisasi radiasi adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer dengan menggunakan radiasi sinar gamma atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan baru dengan sifat yang dikehendaki. Pengolahan lateks alam iradiasi artinya cara membuat lateks alam/getah pohon karet dengan  menggunakan sinar gama Cobalt – 60 atau berkas elekttron sebagai sumber energi. Proses iradiasi ini merupakan suatu proses yang mendukung tahahapan proses polimerisasi lateks pekat sehingga terbentuk padatan karet yang sesuai dengan keinginan dan sesuai dengan produk yang akan diproduksi. Menurut Goutara, (1975) Polimerisasi radiasi adalah suatu teknik modifikasi bahan/polimer dengan menggunakan radiasi sinar gamma atau berkas elektron untuk mendapatkan bahan baru dengan sifat yang dikehendaki. teknologi iradiasi untuk polimerisasi lateks dalam proses produksi barang karet terbukti lebih ramah lingkungan dan menghasilkan produk barang jadi karet yang lebih aman untuk dipergunakan, karena bebas senyawa karsinogenik dan Nitrosamin. 
Karet iradiasi disebut juga sebagai lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir dan langsung dapat digunakan untuk membuat barang karet seperti sarung tangan,  balon, bola dll. Pengolahan lateks alam iradiasi dengan cara pengolahan lateks alam dengan menggunakan sinar gamma Cobalt-60 atau berkas elektron sebagai sumber energi. Dengan sumber radiasi berkapasitas sekitar 6.000 Curie, yang mampu meradiasi 2 liter setiap 17 jam. Vulkanisasi lateks alam dengan radiasi hanya menggunakan dua macam bahan kimia, tidak perlu dipanaskan, langsung dapat diproses menjadi produk industri karet yang dikehendaki. Pada tanggal 8 Desember 1983 didirikanlah iradiator lateks alam menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 berkapasitas 225.000 Curie dan dapat meradiasi lateks alam sebanyak 1.500 ton setahun (1.500 kg setiap 20 jam) (Anonim, 2011).
 

  
 


Perbedaan Struktur Kimia Karet Setelah Iradiasi dan Vulkanisasi Sulfur
Perbedaan struktur kimia karet alam yang mengalami vulkanisasi menggunakan sulfur dengan yang menggunakan teknik iradiasi adalah sebagai berikut :
Ini adalah truktur kimia karet alam yang mengalami reaksi dengan sulfur sehingga terbentuk ikatan silang. 
 

Setelah megalami iradiasi karet akan mengalami perubahan struktur kimia dengan membentuk ikatan cross linking yang sebelumnya didahului dengan pembentukan radikal bebas akibat penembakan elektron.

Komposisi kimia lateks pekat iradiasi sama dengan komposisi kimia lateks pekat sebelum iradiasi, yang membedakan hanyalah kenampakan fisik lateks pekat. Produk dengan menggunakan lateks pekat iradiasi memiliki kenampakan lebih baik, lebih elastis, dan lebih kokoh atau kuat (Utama, 2008).



BAB 3. METODOLOGI
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
-          Iradiator sinar gamma Co-60 dosis 100 Kgy
-          Cetakan sarung tangan
-          Bak pencelup
-          Bak pencuci

3.1.2        Bahan
-          Lateks alam pekat KKK 60%
-          Monomer vinil
-          Lateks alam iradiasi (lateks pekat)
-          Bahan pewarna
-          Air

Skema Kerja

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...