Monday, January 18, 2016

ANALISA STUDI KASUS DIAGRAM ALIR SEBAB AKIBAT ”ROTI MANIS”





ANALISA STUDI KASUS DIAGRAM ALIR SEBAB AKIBAT
”ROTI MANIS”

disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah Pengendalian Mutu Pangan




Anggota Kelompok 7 :
1.      Anis Suhariati                   101710101011
2.      Titik Khoiriyah                 101710101039
3.      Tri Yuli Islamiyah              101710101058
4.      Frida Maslikhah               101710101064

 



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012



I. PENDAHULUAN

1.1  Deskripsi Produk
Roti adalah salah satu makanan tertua di dunia. Sejarah roti yang panjang konon berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Saat mereka menemukan cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga membentuk pasta. Pasta yang dimasak diatas api kemudian mengeras dan dapat disimpan beberapa hari (Afrianto, 2008).
Teknik paling dasar memasak roti seperti ini masih digunakan dibeberapa negara walau perkembangan teknik dan jenis roti modern semakin beragam.  Sebut saja tortila Mexico, roti canai India, Pita di Timur Tengah, dan lain-lain. Roti-roti semacam ini dikenal lebih dengan nama istilah roti datar. Sementara ragi roti ditemukan saat mereka menyimpan sedikit adonan dari hari sebelumnya dan ditambahkan pada adonan yang baru. Kemudian dikembangkan pula jenis gandum yang baru yang memungkinkan terciptanya jenis roti yang baru (Anonim, 2012).
Dari Mesir inilah bangsa Yunani mengambil teknologi pembuatan roti. Teknologi yang kemudian menyebar di seluruh Eropa dan menjadikan roti sebagai makanan yang dianggap penting oleh masyarakatnya. Di Roma bahkan roti dan gandum lebih penting ketimbang daging. Saat itu warna roti membedakan ‘kelas’ dalam masyarakat. Semakin gelap warna roti yang dikonsumsi semakin rendah satus sosialnya. Hal ini dikarenakan tepung putih yang mahal. Tetapi jaman sekarang roti berwarna gelap justru lebih mahal karena rasanya yang lebih enak dan kandungan gizinya yang lebih tinggi (Gaspersz, 2001).
Seiring dengan kemajuan teknologi manusia selain dari terigu dan air, bahan-bahan resep roti pun berkembang dan bertambah untuk menambahkan kadar protein dan rasa-rasa tertentu. Tambahan bahan-bahannya antara lain telur, garam, gula, mentega, minyak, ragi roti dan soda kue. Bahan-bahan resep rotiini berfungsi untuk mendapatkan roti yang mengembang sempurna, lembut, dan tentunya lezat (Afrianto, 2008).
Jenis roti saat ini sangat beragam, begitu juga dengan resep roti. Berbagai rasa dan jenis roti dibarengi dengan perkembangan dunia kuliner menjadikan resep roti makin bervariasi dengan isi dan jenisnya. Secara umum saat ini roti dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu roti tawar, roti manis dan roti isi (Afrianto, 2008).
Roti manis merupakan salah satu jenis roti yang rasanya lebih manis daripada jenis roti lainnya. Untuk menghasilkan rasa manis, resep roti jenis ini menggunakan gula lebih banyak dari resep roti lainnya. Rasa manis pada jenis roti bukan hanya dapat diperoleh dari gula, ada beberapa olahan resep roti jenis ini yang juga menambahkan rasa manis dari buah-buahan atau bahan makanan lainnya yang memiliki cita rasa manis. (Afrianto, 2008).
Roti yang baik adalah roti yang mengembang secara maksimal. Adapun penyebab roti tidak berkembang maksimal karena beberapa hal, yakni:
1.      Pengadukan adonan terlalu singkat atau terlalu lama (under atau overmix)
2.      Kuantitas dan kualitas ragi yang kurang tepat
3.      Fermentasi tidak optimal
4.      Pemakaian air terlalu sedikit dan mengandung kaporit berlebihan
5.      Pemakaian bread improver terlalu banyak
6.      Pemakaian margarine terlalu banyak
7.      Setelah diaduk temperatur adonan terlalu tinggi
8.      Fermentasi pertama kurang
9.      Pembuatan adonan dilewatkan
10.  Temperatur ruang steam / proofer terlalu tinggi (normalnya 330oC)
11.  Kelembaban ruang steam / proofer terlalu tinggi (normalnya 80 - 85%)
12.  Temperatur oven terlalu tinggi (normalnya untuk roti manis 190oC dan roti tawar 200oC)
(Gaspersz, 2001).

1.2  Diagram Sebab-Akibat/Tulang ikan
            Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and  Flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools)  (Ishikawa,1992).
            Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram. Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan” karena memang kalau diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul. Masalah-masalah klasik di industri manufaktur seperti:
·         keterlambatan proses produksi
·         tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
·         mesin produksi yang sering mengalami trouble
·         output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
·         produktivitas yang tidak mencapai target
·         complain pelanggan yang terus berulang
 (Kusnadi, 2011).
Diagram Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan, atau cause-and-effect matrix) adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even yang spesifik. Pemakaian diagram Ishikawa yang paling umum adalah untuk mencegah defek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram Ishikawa dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan dan memberi efek terhadap sebuah even  (Suliestya, 2011).
Bagian-bagian dari Diagram Fishbone :
1.      Bagian Kepala Ikan
Kepala ikan biasanya selalu terletak di sebelah kanan. Di bagian ini, ditulis even yang dipengaruhi oleh penyebab-penyebab yang nantinya di tulis di bagian tulang ikan. Even ini sering berupa masalah atau topik yang akan di cari tahu penyebabnya.
2.      Bagian Tulang Ikan
Pada bagian tulang ikan, ditulis kategori-kategori yang bisa berpengaruh terhadap even tersebut. Kategori yang paling umum digunakan:
·         Orang : Semua orang yang terlibat dari sebuah proses.
·         Metode : Bagaimana proses itu dilakukan, kebutuhan yang spesifik dari poses itu, seperti prosedur, peraturan dll.
·         Material : Semua material yang diperlukan untuk menjalankan proses seperti bahan dasar, pena, kertas dll.
·         Mesin : Semua mesin, peralatan, komputer dll yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
·         Pengukuran : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas proses.
·         Lingkungan : Kondisi di sekitar tempat kerja, seperti suhu udara, tingkat kebisingan, kelembaban udara, dll.
 (Ishikawa,1992).
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya (Kusnadi, 2011).
 



 



II. PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Produk
            Roti manis adalah roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Selain rasa, daya tarik yang dimiliki oleh roti manis terdapat pada bentuk yang menarik. Roti manis merupakan roti yang dibuat dari adonan formulasi gula, tepung, margarin dan telur. Kualitas roti disebabkan karena variasi dalam penggunaan bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka roti yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula.
Berdasarkan bentuknya, roti manis biasanya berbentuk bulat, lonjong, dan bentuk-bentuk lain yang lebih bervariasi misalnya bentuk menyerupai kepangan, bunga, dll sesuai kreasi produsen untuk menarik minat konsumen untuk membeli. Kemudian ditambahkan toping sebagai pelengkap seperti ; coklat, kismis, keju, selai buah, wijen, coco chips, dll.
Ciri-ciri roti manis yang memiliki kualitas baik adalah tidak bantat, tidak berjamur, warnanya kuning keemasan, remah roti seragam, pengembangan volume sesuai, daya simpan maksimal 1 minggu karena apabila terlalu lama mengindikasikan bahwa terdapat bahan kimia yang tidak diijinkan.

2.2 Diagram Alir Pembuatan
2.2.1 Alat dan Bahan
2.2.1.1 Alat
·         Oven
·         Baskom
·         Mixer
·         Neraca analitik
·         Loyang
·         Pengemas

2.2.1.2 Bahan
·         Tepung terigu
·         Tepung mocaf
·         Gula
·         Telur
·          Margarine
·         Ragi
·         Toping (mises, keju, selai buah, dll).

2.2.2 Diagram Alir Pembuatan Roti Manis



 




 
2.3 Diagram Tulang Ikan
Gambar diagram tulang ikan pada produk roti manis

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekstur roti manis adalah :
1.      Metode
a.       Fermentasi tidak sempurna
Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut proses yang disebut proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi roti. Khamir senldiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan salah satu komponen utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi adalah 27°C.
b.      Komposisi bahan tidak tepat
         Dalam pembuatan produk roti manis digunakan beberapa komposisi bahan yang tepat, akan tetapi sering terjadi kesalahan dalam formulasi bahan, hal ini dapat terjadi karena peralatan (alat timbang) kurang valid, sehingga jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan tidak sesuai dengan resep dan hal ini akan mempengaruhi kualitas roti.
c.       Lama proses mixing bahan
Tahap awal pembuatan roti manis yaitu proses mixing bahan atau pencampuran bahan utama dan bahan pendukungnya. Pada proses mixing bahan masih perlu dilakukan formulasi bahan, sehingga bahan yang sudah tercampur masih menunggu untuk tahap  pemprosesan lanjut. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya tekstur bantet pada roti.
d.      Proses pengovenan
Pada proses pembuatan roti manis, proses pengovenan adonan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk akhir, sehingga proses pengovenan adonan memerlukan pengawasan yang lebih. Pengawasan ini dilakukan terhadap kestabilan suhu oven, lama pengovenan. Suhu pengovenan untuk roti manis berkisar antara 150-200oC. Lama pengovenan tergantung ukuran, bentuk, jumlah gula yang digunakan dalam formula dan jenis roti.
Ø  Suhu pengovenan
Jika suhu pengovenan terlalu rendah (<150OC), maka pengembangan adonan akan berlangsung cepat dan volume menjadi besar sekali sehingga sebagian adonan akan keluar dari cetakan. Hal ini mengakibatkan struktur sel roti kasar dan tekstur keras, kulit tebal, warna pucat, yang kesemuanya dapat menurunkan mutu roti yang dihasilkan. Jika suhu pengovenan terlalu tinggi (>200oC), maka volume adonan akan turun, warna kulit roti hitam karena proses karamelisasi cepat berlangsung pada permukaan dan jika roti diiris akan menghasilkan butir remah yang tidak seragam.
Ø  Lama pengovenan
Lama pengovenan tergantung ukuran dan bentuk roti, semakin besar ukuran roti yang dioven maka waktu yang dibutuhkan proses pengovenan yang lebih lama. Selain bentuk dan ukuran roti, jumlah gula yang digunakan sebagai bahan tambahan juga berpengaruh terhadap lama proses pengovenan. Semakin banyak formulasi gula, maka waktu yang diperlukan untuk proses pengovenan semakin cepat, karena gula rentan terhadap suhu tinggi, sehingga reaksi Mailard akan lebih cepat terjadi.

2.      Tenaga Kerja
Tidak disiplin, hal ini ditunjukkan dengan adanya kurang ketelitian pekerja dalam memformulasikan bahan-bahan untuk adonan roti. Seperti pada saat dalam penimbangan bahan, pekerja kurang teliti melakukan penimbangan bahan, sehingga komposisi bahan tidak seimbang dan tidak sesuai dengan resep. Kurang tepatnya pekerja memanage waktu pada  proses pengovenan.Selain itu kurang cermatnya pekerja dalam pengontrolan kecepatan atau speed yang digunakan pada saat pengoprasian mixer.

3.      Tata Letak
Penataan ruang produksi, pada tempat pengolahan kurang tepat penaataan dan kurang tepat menurut standart yang berlaku. Hal ini dikarenakan tata letak pada tempat pengolahan yang dijadikan satu dengan tempat produksi produk lainnya., sehingga adanya kemungkinan bahan tercampur dengan bahan produk lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas produk akhir.

4.      Peralatan
a.       Kecepatan mixer tidak konstan
Dalam pencampuran bahan-bahan digunakan alat mixer. Alat mixer ini memiliki kecepatan (Speed) yang berbeda-beda yaitu dengan kisaran speed 1-2. Jika adonan yang akan dimixer adonan kering maka kecepatan mixer menggunakan speed 1, sedangkan pada adonan basah maka kecepatan mixer yang digunakan menggunakan speed 2. Kecepatan mixer yang digunakan dalam pencampuran bahan sangat berpengaruh terhadap tekstur roti yang dihasilkan, jika kurang cermat dalam mengontrol kecepatan mixer maka memungkinkan tekstur roti bantet.
b.      Neraca tidak valid
Pada saat formulasi bahan, dibutuhkan penimbangan bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan formulasi yang tepat. Pada neraca yang sudah lama dipakai dan kurangnya perawatan (tidak pernah dikalibrasi ) maka tingkat kevalidannya akan menurun.

5.      Bahan Baku
a.         Kualitas dan jumlah ragi
 Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas. Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi gas CO2 nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunakgluten dengan asam yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.
 
b.        Air banyak mengandung kaporit
Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air juga berperan sebagai pelarut garam, penahan dan penyebar bahan-bahan bukan tepung secara seragam, dan memungkinkan adanya aktifitas enzim.
Sehingga jika air yang dipakai mengandung kaporit, maka akan mempengaruhi tekstur roti. Hal ini dikarenakan kaporit merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga dapat memungkinkan kaporit dapat merusak kandungan-kandungan yang terdapat dalam air, dan menyebabkan air tidak berfungsi secara optimal dalam membentuk tekstur roti.

 


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sebagian besar hasil produksi roti manis telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Namun, terdapat beberapa produksi yang mengalami cacat yang diakibatkan oleh adanya neraca yang tidak valid, sehingga berpengaruh terhadap formulasi bahan. Produk yang cacat biasanya tidak dipasarkan, namun diberikan kepada karyawan atau penduduk sekitar yang bersedia untuk mengkonsumsinya karena meskipun produk tersebut mengalami cacat masih dalam kategori aman dikonsumsi.

3.2 Saran
Setiap akan melakukan produksi, hendaknya pekerja menerapkan sistem higiene seperti mencuci tangan, memakai sarung tangan, penutup kepala, dan menggunakan masker. Selain itu, setiap akan berproduksi dilakukan pengujian terhadap kualitas bahan-bahan yang akan digunakan. Serta mengkalibrasikan dan melakukan perawatan rutin terhadap peralatan yang digunakan. Akan lebih baik apabila ruangan  produksi roti manis dipisahkan dengan produksi produk lain. Agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.




DAFTAR PUSTAKA

 Afrianto E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Anonim.2012.Petunjuk Praktikum Pengendalian Mutu Pangan. Jember: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember

Gaspersz, V., 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ishikawa, K., 1992. Pengendalian Mutu Terpadu.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kusnadi, Eris.2011. Diagram Fishbone Dan Langkah- Langkah Pembuatannya. http://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/fishbone-diagram-dan-langkah-langkah-pembuatannya.html [diakses 22 November 2012]

Suliestya, Ayu. 2011. Pengertian Roti Manis. http://ayusuliestya.wordpress.com/ 2011/04/15/roti-manis.html. [diakses 22 November 2012]

 
                                          

ANALISIS JABATAN "STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) X KEBUN AJONG GAYASAN

MAKALAH “Analisis Jabatan” Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara (Pe...